Malam tiba....
Adnan tengah menunggu istrinya yang sedang berdandan, mereka hari ini akan pergi ke acara pernikahan teman Adnan. Kania sedang mendandani adik iparnya itu agar terlihat lebih cantik dan dewasa. Setelah beberapa saat lamanya, Cia akhirnya keluar dari kamar Kania dengan gaun birunya. Ia berjalan perlahan agar tak jatuh sebab hak sepatunya cukup tinggi.
"Lihatlah seberapa tinggi sepatu yang kamu gunakan" keluh Adnan saat berdiri di dekat Cia.
Cia menggembungkan pipinya, ia menunduk sembari menggerakkan kakinya. Padahal dirinya sudah mencoba yang terbaik agar tidak terlihat pendek saat bersanding dengan Adnan. Kania memukul lengan Adnan sebab mengatakan hal yang jahat.
"Mas Adnan pergi sendiri saja deh, a...aku sepertinya mengantuk" lirih Cia.
"Aku hanya tidak mau kamu merasa tak nyaman Cia, apapun yang kamu kenakan aku tak masalah. Ayo kita pergi" ujar Adnan.
Gadis itu masih menunduk dan tak beranjak dari tempatnya. Adnan menggenggam tangan Cia lalu membawakan pergi keluar rumah. Cia masih diam dan hanya memainkan jemarinya, suasana hatinya terlihat buruk. Adnan menyesal mengatakan hal-hal yang seharusnya tak dikatakan.
Selama perjalanan menuju pesta pernikahan teman Adnan, Cia masih diam dan tak mengatakan apapun. Adnan jadi merasa canggung. Saat sampai di aula pernikahan, Adnan turun lalu membukakan pintu mobil untuk Cia. Ia mengulurkan tangannya kepada Cia, gadis itu memegangi pintu mobil dan turun tanpa bantuan Adnan.
"Cia, kamu masih marah?" Tanya Adnan. Namun masih saja Cia tak menjawab perkataan suaminya.
"Cia"
"Cia"
Adnan yang kesal menghadang jalan istrinya, ia mendekap Cia dan menggenggam tangannya.
"Cia, jangan marah" bisik Adnan. Ia menatap mata istrinya yang memandang ke arah lain. Setelah melihat Cia yang terus mengabaikannya, Adnan baru terpikirkan sesuatu.
"Sayang, kita tidak akan masuk kedalam jika kamu masih cemberut seperti ini" ucap Adnan.
"Habisnya Mas Adnan jahat, kan aku pakai high heels biar tingginya gak beda jauh sama Mas. Susah tau jalannya harus pelan-pelan, Mas mah gak pengertian. Jadi sebel deh, kecewa nih aku" oceh Cia mengomel.
Pemuda itu benar-benar merasa gemas dengan tingkah istrinya. Ia memeluk Cia erat untuk meluapkan emosinya. Kesabarannya benar-benar di uji saat dekat dengan sang istri kecilnya ini. Adnan merangkul pinggang Cia dan masuk kedalam aula pernikahan.
"Mas nanti jangan sibuk ngobrol ya, aku gak mau dilupain. Nanti kalau ada yang godain aku gimana?"
"Hm...." dehem Adnan.
Adnan dan Cia masuk kedalam, mereka berjalan menuju altar pernikahan. Tetapi rupanya para wanita sedang berdiri untuk memperebutkan bunga yang hendak di lempar. Adnan bertemu dengan teman-temannya lagi dan asik mengobrol melupakan Cia yang saat itu tengah menonton para wanita.
Perlahan keduanya saling menjauh karena terlalu asik berbincang dan menonton. Cia tanpa sadar berdiri tak jauh di belakang perkumpulan para wanita. Karena berdiri sendirian, beberapa pemuda mendekatinya. Tentu saja mereka bukanlah teman-teman Adnan, jika memang teman Adnan mereka jelas tau siapa Cia.
Cia di hampiri beberapa pemuda silih berganti, namun ia terus menolak berbincang dengan mereka. Ia masih fokus melihat bunga yang hendak di lempar tersebut. Saat hitungan ketiga, Cia membuka mulutnya melihat bunga yang menuju ke arahnya. Gadis itu menangkapnya dengan mudah, ia juga kebingungan karena hal tersebut. Semua mata tertuju pada Cia yang berdiri diantara dua pria.
"Oh, Adnan, istrimu mendapatkan bunganya. Waah lihatlah bagaimana para pria mengelilinginya" ujar mempelai pria mengambil mic dari pembawa acara.
Mendengar berita itu, Adnan langsung berpaling, ia tak mendapati sang istri di dekatnya. Adnan berjalan sesuai arahan temannya untuk mencari Cia. Para pria pun menjauh saat melihat Adnan yang mendekati istrinya. Pemuda itu menatap Cia yang tertawa karena mendapatkan lemparan bunga.
"Apa yang kamu lakukan?" Tanya Adnan sembari mengambil bunga dari tangan Cia.
"Bagaimana dengan Mas? Aku tidak mengenal siapapun disini, sudah kubilang jangan lupakan aku tapi Mas melupakanku hanya dalam hitungan detik. Jangan salahkan aku yang hanya berdiri diam dan melihat semuanya" jawab Cia sambil merebut kembali bunga yang ada ditangan Adnan. Ia berjalan mendekati altar pernikahan untuk mengembalikan bunga pada mempelai wanita. Cia juga mengucapkan selamat atas pernikahan mereka sebelum berbalik dan pergi.
Adnan menatap istrinya yang berjalan perlahan dengan senyuman ramah. Ia samar mendengar para pria berbisik memuji kecantikan dan betapa kharismatik nya Cia. Mengetahui hal itu, Adnan tidak bisa tinggal diam jika ada banyak pria yang mencoba mendekati istrinya.
"Lapar, ayo makan" pinta Cia saat sudah berdiri di hadapan suaminya.
Pemuda itu memandangi Cia dengan seksama, entah apa sebenarnya yang tidak bisa Adnan lihat darinya dan terlihat dimata pria lain. Apa sebenarnya sesuatu yang Cia miliki tapi tidak bisa Adnan pahami.
"Mas Adnan" panggil Cia sembari mengelus pipi suaminya.
"Kita beri selamat pada mereka dulu, aku belum menemui pengantin" ajak Adnan. Ia merangkul pinggang Cia dan berjalan mendekati altar pernikahan.
Bunga sekali lagi di lempar, dan sayangnya sekali lagi mengarah pada Cia yang berjalan bersama Adnan. Gadis itu awalnya tak menyadarinya karena sibuk memandangi suaminya, tapi Adnan tiba-tiba saja berdiri menghadang jalan sang istri. Sontak saja semua tamu tertawa melihat Adnan berusaha melindungi istrinya dari lemparan bunga tersebut. Bunga pun menabrak punggung Adnan dan terjatuh di lantai. Teman-teman Adnan mulai mengejek pemuda itu, Cia yang merasa senang mencium pipi suaminya.
"Sialan si Adnan, pamer sudah punya istri ya" teriak salah seorang pemuda.
Adnan mengambil bunga itu dan menggandeng Cia untuk berjalan menuju altar pernikahan. Ia memberikan bunga itu pada temannya dan meminta agar di lemparkan sekarang juga saat Cia berada diatas panggung. Mempelai wanita tertawa, ini adalah kejadian yang langka. Ia pun bersiap sekali lagi untuk melemparkan bunganya. Kali ini tentu saja wanita lain yang mendapatkan bunga tersebut.
"Selamat" ucap Adnan singkat.
"Hahaha, takut ya istrinya nikah lagi. Nan Adnan, makanya kalau cemburu itu ditunjukkan dong, biar Cia tau kalau suaminya cemburu" goda mempelai pria sembari meninju pelan bahu Adnan.
"Ditunjukkan kok Kak, cuma caranya aja yang beda" sela Cia dengan senyuman lebarnya.
"Hoooh, udah ada yang belain nih. Sayang, lihat deh sahabat baikku ini akhirnya bertemu dengan wanita yang tepat" tutur sang mempelai pria sembari mencium pipi istrinya.
"Hmmm... So sweet sekali" puji Cia.
Mendengar sang istri berkata begitu, Adnan langsung membawa istrinya turun dari altar pernikahan. Teman-teman Adnan masih saja bersorak menggoda pemuda itu.
"Padahal teman-teman Mas seberisik ini, tapi kenapa Mas malah cuek sekali hm.... Aneh" bisik Cia pada suaminya.
"Aku memang selalu dikelilingi oleh orang-orang berisik, termasuk istriku" cetus Adnan sembari memberikan segelas minuman untuk Cia.
"Mantan Mas tidak ada disini? Apa dia bukan teman kalian?"
"Bukan, dia adalah karyawan di salah satu perusahaan Ayah. Kami bertemu saat bekerja di sana"
"Lalu bagaimana Kak Adrian bisa mengenalnya?"
Adnan meletakkan gelasnya, ia menatap istrinya yang sedang menenggak minuman. Cia melirik ke arah Adnan sekilas lalu melanjutkan minumnya. Gadis itu langsung pergi mengambil makanan usai menyelesaikan minumnya, ia tau suaminya tak akan menjawab pertanyaan tersebut.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 73 Episodes
Comments