Esok harinya, Cia yang bangun dari tidur tidak melihat suaminya. Ia berpikir jika Adnan sudah sembuh dan sedang berada di bawah. Cia bergegas mandi dan menyusul ke ruang makan. Saat sampai di ruang makan, gadis itu memeriksa dahi suaminya.
"Masih demam, meetingnya tidak bisa di tunda Mas?" Tanya Cia khawatir.
"Aku baik-baik saja"
"Aku yang tidak baik-baik saja melihatmu memaksakan diri seperti ini. Kak Adam tidak bisa menggantikan Mas Adnan?"
"Aku baik-baik saja" sahut Adnan menyela.
Cia tak mau mendengarkan suaminya, ia terus memaksa Adam agar bisa menggantikan Adnan. Melihat istrinya yang khawatir dan terus memaksa sang Kakak, Adnan mengambil ponselnya dan mendial nomor seseorang.
"Hm... Meeting hari ini saya batalkan, kita...." ucapan Adnan terpotong saat Cia menatapnya.
"Sampai Mas Adnan sembuh, gak boleh ke kantor" bisik Cia.
"Saya kabari lagi nanti, beritahu yang lainnya" sambung Adnan kemudian menutup teleponnya.
Gadis itu tersenyum senang lalu mencium pipi suaminya. Cia berjalan keluar ruang makan, ia mengambilkan susu hangat untuk suaminya. Selama sarapan Adnan tampak tak selera, ia hanya makan sedikit karena sulit menelan makanannya. Padahal masih sesakit ini, tapi pemuda itu memaksa ingin pergi kerja. Cia juga tak ingin makan usai melihat suaminya yang tak selera makan.
"Aku buatkan bubur ya Mas, aku antar Mas Adnan ke kamar"
"Cia, biar aku yang bawa Kak Adnan ke kamar" sahut Addy.
Cia mengangguk kemudian pergi menuju dapur, ia mulai memasakkan bubur abalon untuk suaminya. Saat sedang menyiapkan bahan, Cia tersentak saat seseorang memeluknya dari belakang. Ia menoleh dan langsung mendorong Adrian yang berdiri di belakangnya. Cia mengepalkan tangannya lalu menampar Adrian sekeras mungkin.
"Kamu gila ya Kak?" Teriak Cia dengan marah.
"Kenapa? Katakan jika kamu membenciku maka aku akan menjauhi mu!!" Ucap Adrian.
Gadis itu terdiam dengan tangan yang bergetar, Adrian mencoba memegang tangan Cia tanpa peduli pipinya yang memerah. Cia sekali lagi menepis tangan Adrian, ia menatap pemuda itu dengan penuh kebencian. Adrian menahan tangan Cia yang hendak pergi, Cia menghentikan langkahnya dan menitihkan air mata.
"Aku tau kamu tidak bisa berbohong Cia, dan alasan kamu tidak mengatakannya adalah karena kamu masih mencintaiku. Kita bisa memulainya dari awal, aku berjanji akan membuatmu bahagia" ujar Adrian.
"Kak Adrian benar, aku memang masih mencintai kamu. Tapi Kak Adrian salah, aku tidak ingin hidup bersamamu"
"Kenapa? Karena Kak Adnan? Itu hanya rasa kasihanmu, aku tau kamu sangat baik. Aku tau hatimu begitu lembut Cia, kamu hanya merasa kasihan karena hal buruk menimpanya"
Cia melepaskan genggaman tangan Adrian, ia berbalik dan menatap mata pemuda yang dicintainya itu.
"Kasihan? Kak Adrian adalah orang yang aku kasihani. Aku menyayangi Mas Adnan, sangat menyayangi nya. Kak Adrian bisa tau bukan jika aku tidak berbohong?" Tutur Cia begitu yakin.
"Baiklah aku mengerti, tapi ingatlah ini, aku akan selalu menerimamu kembali Cia" ucap Adrian kemudian pergi meninggalkan dapur.
Setelah Adrian pergi, Cia mengusap air matanya. Ia bergegas menyelesaikan masaknya kemudian membawanya naik ke kamar. Adnan terlihat memejamkan mata, pasti ia merasa kelelahan. Cia menghampiri suaminya, ia memeriksa dahi Adnan yang masih terasa panas. Pemuda itu membuka matanya, ia bangun dari tidurnya dan duduk bersandar di dinding.
"Aku mendengar semuanya, pembicaraan mu dan semua yang Adrian lakukan. Maaf membuatmu berada di situasi ini Cia" ujar Adnan sembari mengelus kepala istrinya.
Cia menitihkan air matanya dan kembali memeluk Adnan dengan erat. Pemuda itu mencium kening istrinya, ia menggenggam tangan kecil Cia.
"Jika kamu ingin bersama Adrian, aku akan...." perkataan Adnan terhenti sebab Cia menyelanya.
"Mas Adnan juga berpikir begitu? Apa menurut Mas aku tidak pantas untuk Mas? Aku sudah berkali-kali bilang bukan jika aku hanya akan bersama Mas Adnan, kenapa Mas tidak percaya diri dan selalu menawarkan aku memilih Kak Adrian? Kenapa?" Cecar Cia kesal. Ia melepaskan pelukannya dan mengambil bubur untuk Adnan.
Pemuda itu merebut mangkok dari tangan Cia kemudian menaruhnya lagi diatas meja. Ia menarik Cia agar duduk dipangkuan nya.
"Kenapa tidak bilang kalau kamu sayang aku? Aku juga sayang kamu Cia" pungkas Adnan kemudian melumat bibir istrinya. Ia benar-benar merasa bugar usai mendengar pengakuan itu. Adnan merasa sedang berada di level perasaan yang berbeda saat ini.
Adnan menyibakkan selimutnya, ia menggulingkan tubuh Cia ke atas tempat tidur. Pengakuan cinta adalah lampu hijau untuk meneruskan ke jenjang yang lebih serius. Adnan dan Cia melepaskan pakaian mereka masing-masing, pemuda itu tersenyum lalu menggenggam jemari istrinya.
"Aku tau ini juga pertama kali buat Mas, jangan gugup gitu, nanti aku jadi takut" ucap Cia sembari mengelus pipi suaminya.
"Kamu mendapatkan banyak informasi tentangku"
"Tentu saja, kan aku istri Mas. Pelan-pelan ya, aku sedikit takut Mas" pinta Cia.
Pemuda itu mengangguk dan tersenyum sekali lagi sambil menatap Cia. Melihat Adnan tersenyum Cia terpaku sejenak, ia tak salah menilai jika suaminya benar-benar tampan. Adnan mengelus pipi Cia dan memulai permainan cinta mereka dengan perlahan. Gadis itu awalnya meringis kesakitan sembari mencengkram bahu Adnan, selama beberapa saat ia harus menahan sakit dan perih.
Ini adalah hari pertama berhubungan untuk keduanya, Cia sebenarnya sedikit khawatir sebab Adnan masih demam, tubuhnya juga terasa hangat. Tapi melihatnya melakukan ini, Cia bisa tau seberapa takutnya Adnan karena perkataan Adrian. Padahal Cia benar-benar menyayangi suaminya ini, Cia juga yakin rasa cinta itu akan tumbuh sebentar lagi. Hanya saja, bagaimana cara Cia melupakan Adrian jika mereka terus bertemu seperti ini.
Setelah beberapa saat, keduanya tidur di bawah selimut sambil berpelukan. Adnan terus mencium kening sang istri dan tak mengalihkan bibirnya dari sana. Hari ini ia mengetahui sesuatu, meski bersikap seperti anak kecil dan manja, namun tak semua yang ada pada diri Cia itu kecil. Istrinya menyembunyikannya dengan baik hingga Adnan tak menyadarinya.
"Mas, buburnya jadi dingin tuh" lirih Cia.
"Biarkan saja, aku tidak lapar"
"Mas Adnan kalau senyum ganteng banget tau gak, senyum lagi dong Mas" pinta Cia sembari memposisikan dirinya diatas Adnan.
Adnan yang sudah tersihir dengan perasaan sayangnya pada sang istri pun langsung tersenyum tanpa perdebatan. Jika tau akan begini, harusnya Adnan menyatakan perasaan sayangnya lebih dulu sejak lama. Bohong memang jika ia sudah bisa melupakan Isvara, tapi Adnan juga tak bisa berbohong jika ia memiliki perasaan pada Cia. Bagaimana bisa ia begitu pengecut dan membiarkan Cia mengatakannya lebih dulu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 73 Episodes
Comments
Mukmini Salasiyanti
pindah dong...
jgn serumah ma Adrian....
2024-01-14
1
Mukmini Salasiyanti
aaaaaaaaa
baPeeerrrrrrrrrrr
2024-01-13
0