Hari Pernikahan.....
Seluruh keluarga sudah berangkat ke aula pernikahan, para Pria juga sudah menyambut para tamu yang datang. Bunda dan Kania sedang berada di ruang pengantin untuk menunggu Cia yang sedang di rias. Setelah selesai di rias, Cia menunggu untuk di jemput oleh Adam dan Kania yang sedang menyambut tamu lainnya. Ia kini hanya di temani para pelayan yang memang ditugaskan menjaga Cia.
"Kalian pergilah" perintah Adrian memasuki ruang rias.
"Ada apa Kak?" Tanya Cia.
Adrian berjalan mendekati Cia dan berlutut di depan gadis yang sedang duduk itu. Ia menggenggam tangan Cia dan menatapnya dengan penuh harap.
"Cia, kamu tau kan aku sangat mencintaimu. Aku juga tau jika kamu juga mencintaiku. Kamu bisa menolak pernikahan ini dan kita bisa menikah setelah itu, kita saling mencintai, jangan sakiti dirimu hanya karena tak ingin melihat orang lain terluka. Kamu juga berhak bahagia" tutur Adrian.
Cia melepaskan tangannya dari genggaman Adrian, ia menatap pemuda itu dengan marah.
"Aku tidak pernah mengira Kak Adrian akan sejahat ini dan egois. Apakah belum cukup mengambil Kak Isvara dari Mas Adnan? Aku tau itu bukan hanya kesalahan Kak Adrian, tapi harusnya Kak Adrian juga bertanggungjawab dan menikahi Kak Isvara yang hamil saat itu"
"Cia..."
"Kalian berdua sangat jahat, Mas Adnan adalah pemuda yang baik. Sudah kubilang kan, aku membenci setiap orang yang menyakiti Mas Adnan, bahkan jika orang itu Kak Adrian sekalipun. Jika Kak Adrian memang laki-laki, nikahilah Kak Isvara dan bertanggungjawab"
"Tapi anak itu sudah tidak ada, Isvara sudah keguguran. Aku juga tidak yakin apakah itu anakku, aku melihatnya beberapa kali pergi dengan pria lain"
"Sialan kamu Adrian, bukan ini kan yang kita rencanakan" sentak Isvara keluar dari persembunyiannya.
Brakkkkk.....
Pintu ruangan terbuka usai para penjaga mendobraknya. Ayah menyeret Adrian keluar dengan paksaan dan wajah marah nya. Bunda dan Kania segera menghampiri Cia dan memeluknya erat. Mereka merasa lega sebab tak terjadi hal buruk apapun dengan Cia. Tanpa Cia ketahui, Adrian dan Isvara sedang berusaha merusak pernikahannya. Kedua orang itu membuat siaran langsung yang bisa di lihat oleh seluruh tamu undangan di aula pernikahan. Karena itulah Ayah dan pengawalnya memaksa masuk kedalam.
Tak ada yang menceritakan pada Cia apa yang sebenarnya terjadi. Mereka tak ingin Cia khawatir dan gugup karena masalah sepele ini. Adam dan Kania menemani Cia berjalan menuju Adnan. Gadis itu tersenyum sembari terus menatap calon suaminya. Sayangnya wajah Adnan selalu saja datar tak berekspresi.
Kedua mempelai tampak bersanding di pelaminan, mereka saling memasangkan cincin di jari manis mereka. Adnan mencium kening lalu berakhir dengan kecupan dibibir istrinya. Kini satu persatu tamu bergantian mengucapkan selamat dan berfoto dengan mereka. Adam dan Ayah menatap wajah Adnan yang terlihat gelisah.
"Apa yang Mas Adnan pikirkan? Kenapa terlihat gelisah?" Bisik Cia sembari menggenggam tangan suaminya.
Adnan menoleh menatap Cia, ia menggelengkan kepalanya. Gadis itu tersenyum dan mengelus tangan Adnan dengan jempolnya. Satu persatu teman pria Adnan berdatangan untuk mengucapkan selamat, mereka menggoda Adnan yang terus saja terpaku pada istrinya. Cia menatap sekitar, ia tak mendapati Bunda dimanapun, Ayah dan Adam juga berdiri dengan raut wajah gelisah.
Ketika Adnan berbincang dengan teman-temannya, Cia berjalan perlahan menuju Kania. Langkahnya terhenti ketika mendengar para tamu berbisik mengenai Isvara dan Adrian. Cia mulai menerka-nerka, ia merasa jika ada yang aneh disini. Gadis itu menghampiri Aden yang sedang makan bersama Dilan.
"Aden, Bunda kemana?" Tanya Cia.
"Lagi marahin Kak Adrian" jawab Aden.
"Kenapa marahin Kak Adrian?"
"Soalnya tadi waktu Kak Cia lagi ngobrol di ruang rias dengan Kak Adrian, kami semua lihat dan dengar di layar besar itu. Terus tiba-tiba videonya bergoyang dan ada suara..." penjelasan Aden terpotong sebab Addy membungkam mulutnya.
Sayangnya Cia sudah mendengar semuanya, ia menatap ke arah Addy yang terlihat panik. Cia berjalan kembali menghampiri Adnan yang masih berbincang dengan teman-temannya. Gadis itu duduk di pelaminan dan memandangi lantai. Ia merasa sesak di dadanya dan ingin menangis, tapi Cia tak mau merusak hari bahagia ini.
Cia mendongakkan kepalanya saat melihat sebuah kaki seseorang yang berdiri di depannya. Adnan berlutut dan menggenggam tangan Cia kemudian menciumnya.
"Bukan salah kamu sayang, jangan manyun gitu. Nanti orang-orang mikirnya kamu nyesel milih aku" ujar Adnan masih raut wajah yang sama.
"Kamu juga kelihatan gelisah, Ayah, Kak Adam, kalian tidak merasa bahagia. Kenapa menyembunyikan ini dariku? Cepat atau lambat aku juga pasti akan tau kan? Hanya aku yang tidak tau, rasanya seperti orang bodoh karena terus tersenyum bahagia sendirian tanpa tau yang lainnya sedang sedih" cerocos Cia
"Karena reaksi kamu ini"
Adnan berdiri dari posisinya, ia mengelus kepala Cia dan mencubit pipinya. Akhirnya Adnan bisa melakukan hal ini setelah sekian lama merasa gemas sebab pipi chubby istrinya. Ia menggandeng tangan Cia dan mengajaknya berdiri untuk menyambut tamu lainnya.
Setelah acara pernikahan usai, Cia dan Adnan pulang dengan satu mobil bersama Addy serta Aden. Keluarga yang lainnya sudah pulang lebih dulu kecuali Adam dan Kania yang mengurusi WO.
"Mas, terus Kak Isvara dan Kak Adrian gimana?" Tanya Cia.
"Ayah dan Bunda akan mengurus semuanya" jawab Addy.
Cia berdehem sambil mengangguk, Adnan mengelus rambut istrinya yang masih saja khawatir. Gadis itu menangkap tangan Adnan kemudian menggenggamnya.
"Harusnya kita tidak ikut mobil pengantin baru ya Den" celetuk Addy menyindir.
"Entahlah, biasa saja" sahut Aden yang super tidak peka.
Addy menjitak kepala sang adik, ia yakin harus memberi Aden pelajaran agar remaja itu menjadi pemuda yang peka. Cia tertawa melihat adik iparnya yang sedang melakukan pertengkaran antar saudara. Mobil mereka sudah sampai di rumah, Adnan membawa Cia masuk kedalam kamarnya. Gadis itu terpesona melihat kamar Adnan yang luas dan rapi.
"Hmm..... Kok gak ada hiasannya sih? Kan biasanya kamar pengantin baru banyak hiasannya Mas" rengek Cia kecewa.
"Mandi, semua barang kamu sudah ada disini. Aku akan Mandi di kamar mandi bawah" ucap Adnan kemudian pergi keluar kamarnya.
"Tapi Mas, Mas Adnaan, hiisshh kan kita suami istri. Bukannya bisa mandi bareng ya, atau mungkin Mas Adnan malu? Hihihi lucu sekali sih suamiku" gumam Cia kemudian masuk kedalam kamar mandi.
Hari sudah sangat larut malam, Cia yang sudah selesai mandi tengah menunggu suaminya. Karena Adnan tak kunjung datang, Gadis itupun keluar dari kamar untuk menemui Adnan. Terlihat semua orang sedang berkumpul di bawah, Ayah sedang memaksa Adrian untuk pergi keluar negeri. Semua orang hanya diam melihat Ayah yang terbawa emosi karena sikap buruk putranya.
Cia berjalan perlahan menuruni tangga, ia tak tega melihat Adrian memohon seperti itu. Adnan menghampiri sang Ayah, menghentikan semua pertikaian ini.
"Sudahlah Yah, pernikahan ku juga sudah selesai kan" ucap Adnan.
"Kamu mau menutup mata lagi karena kesalahan adikmu? Kamu lihat sendiri kan kalau Adrian tidak pernah memedulikan perasaan kamu, padahal kamu yang selalu memaafkan kesalahannya. Adnan, ada kalanya seorang suami itu harus berani mengambil keputusan sulit demi keluarganya" ujar Ayah.
"Ayah, aku juga punya batas kesabaran. Aku masih bisa menerimanya, biarkan Adrian tinggal disini dan menyelesaikan kuliahnya. Aku yakin dia akan mengerti nanti" bujuk Adnan pada sang Ayah.
Ayah melihat wajah putra keduanya itu, Adrian memang keras kepala tapi Adnan juga lebih keras kepala. Bunda membawa Ayah masuk kedalam kamarnya, amarah tak bagus untuk kesehatan Ayah. Kania juga kembali masuk ke kamarnya bersama dengan Adam. Addy dan Aden juga kembali ke kamar masing-masing meninggalkan Adrian serta Adnan yang ada disana. Cia masih berdiri di tangga memandangi suaminya.
"Kenapa Kak Adnan tidak melakukan ini sejak awal? Kenapa Kakak tidak membiarkanku menikah dengan Cia? Yang aku inginkan itu Cia Kak, Ciaa" teriak Adrian.
"Kakak tidak mau kamu melukai Cia, dia akan lebih bahagia bila bersama Kakak" ucap Adnan.
"Bahagia? Apa Kakak yakin? Mana mungkin Cia bahagia tinggal bersama pria yang tidak ia cintai Kak, harusnya aku yang menjadi suaminya. Dia akan jauh lebih bahagia, karena aku kebahagiaan nya"
"Kita lihat saja Adrian, Kakak akan tunjukkan padamu apa itu rasa sakit penyesalan" kata Adnan kemudian pergi menuju kamarnya di lantai atas.
Semua kamar para pria itu ada dilantai atas, dibawah hanya ada kamar Ayah dan Bunda serta kamar tamu. Kamar pelayan maupun para pekerja ada di bangunan lain di samping rumah. Sedangkan kamar untuk para penjaga ada di bangunan luar pagar rumah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 73 Episodes
Comments
Qaisaa Nazarudin
Adnan terlalu lembek dan gak Tegas orangnya, pantesan Izvara berlaku semaunya,ogeb..
2024-04-23
0
Qaisaa Nazarudin
Untung aja saat itu CIA menolak Adrian juga memojok kan Adrian dgn kata-kata nya yg menohok Adrian, Sekarang Adrian dan Izvara yg malu sendiri,Itu namanya SENJATA MAKAN TUAN..🤣🤣👏👏👏👍👍👍
2024-04-23
0