Hari berikutnya....
Cia dan Adnan sedang dalam perjalanan pulang usai mengambil gaun pernikahan. Ini pertama kalinya mereka pergi hanya berdua tanpa di temani siapapun.
"Mas Adnan" panggil Cia lirih.
"Hm...."
"Laper Mas, beli makan dulu yuuukkkk" pinta Cia.
Adnan menghentikan mobilnya di sebuah restoran, tetapi Cia menolak. Ia ingin mencoba makanan yang ada di dekat pom bensin tak jauh dari rumah mereka. Tetapi Adnan menolak dan bersikukuh makan di tempat ini. Cia merengek dan memasang wajah sedihnya, ia menarik lengan Adnan serta terus memaksanya. Pemuda itu menjauhkan kepala Cia darinya dan memintanya diam.
"Mas Adnan, itu bukannya mantan kamu ya" celetuk Cia tiba-tiba. Ia menunjuk ke arah depan mobil, terlihat Isvara sedang berdebat dengan dua orang pria berbadan besar.
"Mas, ayo kita samperin, kan Kak Isvara sedang hamil. Aku takut kandungannya kenapa-napa, ayo Mas" ucap Cia memaksa.
"Biarkan saja"
Cia menatap Adnan dengan kecewa, ia keluar mobil Adnan dan menghampiri Isvara. Cia menghentikan para pria berbadan besar yang mencoba menyeret Isvara. Alhasil malah Cia di dorong hingga terjatuh, tapi gadis itu tak menyerah ia kembali bangun dan mencoba menengahi mereka lagi. Isvara terlihat ketakutan dan hanya berdiri diam melihat Cia menghentikan dua preman itu.
"Aahhh" teriak Cia ketika preman itu mendorongnya sekali lagi. Untungnya kali ini Adnan menahan tubuh Cia yang hendak jatuh. Pemuda itu menatap mata Cia yang keras kepala.
"Aku tau Mas Adnan akan turun, maaf merepotkan" lirih Cia dengan senyumannya.
Adnan menarik Cia untuk berdiri di belakangnya, ia mulai berbicara dengan dua preman itu. Pembicaraan keduanya terdengar cukup serius, Adnan mengeluarkan kartu namanya dan meminta kedua pria itu menghubunginya. Cia menghampiri Isvara ketika kedua pria itu sudah pergi. Ia menanyakan keadaan Isvara dan kondisi kandungannya.
"Kak Isvara mau kemana?" Tanya Cia.
"Aku tadi mau ke rumah kamu Adnan, aku sedang menunggu taksi" jawab Isvara menghampiri Adnan dan mengabaikan Cia.
"Bareng kita aka kalau gitu, kita juga mau pulang" sahut Cia dengan ramah meski di abaikan.
Isvara berjalan menuju mobil Adnan, Adnan menatap Cia yang masih tersenyum dengan ramah. Cia berjalan menuju mobil, ia sedikit terkejut karena Isvara duduk di kursi depan. Gadis itu langsung menahan Adnan yang hendak membuka pintu penumpang di depan. Adnan menghela napasnya dan membukakan pintu untuk Cia.
"Makasih Mas" ucap Cia.
Adnan mengangguk kemudian pergi menuju kursi kemudi. Ia melajukan mobil menuju rumah, selama perjalanan tak ada obrolan apapun di dalam mobil. Meskipun Isvara mencoba mengajak Adnan berbincang, tapi pemuda itu berlagak tak mendengarnya. Sedangkan Cia juga hanya diam sebab tak di ajak berbincang.
Sampai di rumah, Cia segera mengambil gaunnya dan turun dari mobil. Ia berlari menuju taman belakang untuk menunjukkan nya pada Aden. Adnan masuk kedalam rumah, begitu juga dengan Isvara. Semua orang dewasa sudah berkumpul di ruang tamu karena Isvara bilang akan membicarakan hsl penting.
"Cia mana?" Tanya Bunda celingukan.
"Dibelakang sama Aden" jawab Adnan.
"Selamat siang semuanya" sapa Isvara dengan sopan.
Ayah meminta Isvara duduk, mereka sudah berkumpul untuk mendengarkan kejutan apalagi yang akan Isvara berikan sekarang. Isvara tiba-tiba saja memasang wajah sedih lalu menangis, ia berkata jika dirinya kehilangan bayinya satu hari yang lalu. Saat para rentenir mengejarnya dan dia mengalami kecelakaan kecil namun bayinya tak selamat.
Bunda dan Kania menghampiri Isvara, memeluknya untuk memberikan semangat. Isvara mengaku terlilit hutang karena harus membiayai pengobatan Mamanya yang sedang sakit. Ia juga meminta maaf karena telah melakukan hal buruk, Isvara tak ingin pernikahan nya batal. Ia memohon kepada Adnan agar mereka bisa melanjutkan pernikahan. Adrian tentu saja langsung setuju, ia jelas lebih memilih Cia, gadis yang ia cintai.
Semua orang menatap ke arah Adnan, ia sudah tau sikap buruk Isvara. Bodoh jika ia menerimanya, tapi Adnan masih sangat mencintai Isvara. Ia berusaha keras mengabaikannya namun bohong jika bilang perasaan itu sudah hilang.
"Istirahat saja dulu disini, aku akan mengurus para rentenir itu" ujar Adnan kemudian berjalan menuju kamarnya.
Cia dan Aden yang berdiri tak jauh dari mereka semua saling berpandangan dengan Adnan. Gadis itu mencoba tersenyum dengan mata yang berkaca-kaca. Cia tau, Adnan pasti masih memiliki perasaan pads Isvara. Ia juga yakin Adnan turun dari mobil sebab khawatir jika wanita yang ia cintai akan terluka. Gadis itu berbalik menghadap Aden, air matanya menetes dengan deras.
Aden menatap Adnan dengan amarah, ia tak mengerti kenapa kedua Kakaknya malah memperebutkan Isvara. Jika Aden ada di posisi mereka, tentu saja ia akan memilih Cia. Aden tak mengerti pikiran para pria dewasa ini. Ia merangkul Cia dan mengajaknya keluar menjauh dari yang lainnya.
Tak ada seorang pun yang tau jika Cia menangis, hanya Aden dan Adnan. Aden membawa gaun pengantin Cia masuk kedalam rumah, membiarkan calon Kakak iparnya itu menenangkan diri. Cia mencoba menghentikan tangisannya , tapi dadanya terasa begitu sesak. Ia menyeka air matanya dan mencoba mengatur napasnya. Setelah merasa cukup tenang, Cia beranjak dari duduknya dan hendak masuk kedalam rumah. Namun Isvara tiba-tiba saja muncul menghentikan langkahnya.
"Kamu mendengar semua kisah hidupku yang menyedihkan bukan?" Ujar Isvara mendekati Cia.
"Iya"
"Biarkan aku menikah dengan Adnan, kami berdua saling mencintai. Tidakkah kamu tau alasan dia menolongku dari para preman? Memintaku istirahat disini dan tidak menjawab permintaan ku secara langsung? Itu karena dia masih dan sangat mencintai ku. Pernikahan tidak akan bahagia tanpa cinta, Cia"
"Itu hanya pemikiran mu"
"Hahaha, menyedihkan sekali dirimu ini. Kamu pikir hanya kamu yang bisa membuat kisah sedih agar bisa dekat dengan keluarga kaya ini? Aku juga bisa mengarang cerita dan menyewa orang untuk melakukan semuanya. Awalnya ku pikir Adrian lebih baik karena dia lebih terbuka padaku, tapi tentu saja Adnan jauh lebih kaya dibandingkan Adrian. Aku sempat bodoh sesaat, tapi aku sudah memperbaiki semuanya sekarang. Biar ku perjelas, Adnan adalah milikku" tutur Isvara sambil menyeringai. Ia berjalan perlahan dan menyudutkan Cia di kolam renang. Isvara mendorong bahu Cia kemudian masuk kedalam rumah dan bersikap seolah tak terjadi apapun.
Byuurrrr.......
Cia terjatuh kedalam kolam renang yang dalamnya sekitar satu koma lima meter. Gadis itu berusaha menapakkan kakinya namun tak sampai, Cia berusaha menggerakkan kakinya agar tak tenggelam. Ia mengepakkan tangannya, dan mencoba berteriak minta tolong. Naasnya kaki Cia tiba-tiba saja merasa kram, ia perlahan tenggelam kedalam dasar kolam renang.
Sejenak Cia merasa pasrah, ia mengingat kembali hari-hari menyenangkan saat dia tinggal di rumah ini. Meskipun hanya sesaat, Cia ingin berterimakasih pada semua orang yang ada di rumah ini karena telah memberikannya kebahagiaan layaknya keluarga harmonis. Mata Cia perlahan menutup dan hanya ada kegelapan dalam sunyi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 73 Episodes
Comments
Qaisaa Nazarudin
Pasti sengaja di gugurin nih,Demi utk mendapatkan Adnan kembali..Bodoh aja Adnan kalo masih mau menerimanya lagi..
2024-04-23
0
Qaisaa Nazarudin
Satu kata buat Cia,Bebal dan Bodoh, Belum apa2 udah ngasih peluang aja..🤦🤦
2024-04-23
0