Adnan memandangi wajah Cia yang tertidur dalam dekapannya. Jika diam seperti ini Cia terlihat benar-benar manis dan cantik. Saat membuka mata dia seperti anak nakal bahkan melebihi kenakalan Dilan. Cia akan terus mengoceh dan mengatakan banyak hal panjang lebar.
Tanpa sadar Adnan mendekapnya erat dan membiarkan Cia tidur dalam pelukannya hingga pagi menjelang. Hari ini adalah hari terakhir Adnan melajang, ia akan mengadakan pesta lajang bersama teman-temannya nanti malam.
"Banguun, mau tidur sampai kapan?" Bisik Adam membangunkan sang adik yang masih tertidur di sofa. Ia menggoyangkan rubuh Adnan dan menaruh Dilan diatas perutnya.
"Ommm.... Banguunnnnn" teriak Dilan memukuli dada Adnan.
Seketika Adnan terbangun, ia membuka matanya perlahan menatap Dilan berada diatasnya. Pemuda itu menatap sekitar, tak ada siapapun disana kecuali Adam dan Dilan. Adam meminta Adnan untuk mandi karena mereka akan sarapan sebentar lagi. Adnan yang masih setengah sadar pun berjalan perlahan menuju kamarnya.
Semua orang sudah duduk di kursi masing-masing dan bersiap untuk sarapan. Mereka masih menunggu Adnan yang belum selesai bersiap. Setelah beberapa saat, akhirnya pemuda itu datang, ia menarik kursinya lalu duduk dengan tenang.
"Kak Adnan, lihat Kak Cia deh, cantik banget loh" celetuk Aden.
Adnan hanya berdehem dan tak menoleh, ia hanya fokus pada makanannya. Entah kenapa hari ini perasaan Adnan sungguh aneh, ia merasa jantungnya berdebar sangat kencang tanpa alasan.
"Kak Adnan nanti aku ikut ya ke pesta lajangnya Kakak" ujar Addy.
"Kenapa kamu mau ikut?" Sahut Adam curiga.
"Memangnya mau Kak Adam? Kan waktu Kak Adam menikah, Kak Adnan yang nemenin. Sekarang gantian aku dong" jelas Addy sambil tersenyum.
Adam masih merasa curiga, bisa-bisa yang mabuk berat Addy dan bukannya Adnan. Di sela-sela perdebatan Kakak beradik itu, Cia menyentuh lengan Adnan.
"Pesta lajang itu apa Mas?" Tanya Cia sembari menatap Adnan.
"Pesta..." jawaban Adnan terhenti kala dirinya berhadapan dengan Cia. Ia merasakan detak jantungnya berdebar dengan sangat kencang.
Cia mengerutkan keningnya melihat Adnan terdiam, ia mendekatkan wajahnya sambil memanggil nama pemuda itu sekali lagi. Adnan masih terpaku pada Cia, ia tak mengira jika gadis kecil itu bisa terlihat lebih dewasa dan cantik saat mengenakan riasan. Rambut yang di curly bahkan menggunakan lipstik berwarna merah, membuat garis wajah Cia lebih tajam dan terlihat lebih dewasa. Namun wajah menggemaskannya masih terlihat dengan pipi chubby itu.
"Kak Adnan, tadi gak mau lihat, sekalinya lihat gak mau berpaling" ucap Addy sembari menarik baju sang Kakak agar tersadar dari lamunannya.
Wajah Cia langsung merah padam, ia melanjutkan makannya sambil tersenyum malu. Adnan jadi salah tingkah dan memukul Addy karena mengucapkan omong kosong. Setelah keheningan yang cukup lama, Bunda berkata jika Isvara akan diantarkan oleh supir pulang ke rumahnya setelah sarapan. Isvara tentu saja terkejut dengan permintaan itu, ia meminta Adnan untuk memberikan jawabannya secara langsung.
"Aku akan tetap menikah dengan Cia, kamu yang membatalkan pernikahan kita sejak awal" ucap Adnan.
"Lalu bagaimana denganku? Aku mengandung anak Adrian dan akhirnya keguguran, apa kalian akan lepas dari tanggungjawab?" Tutur Isvara sedikit menaikkan nadanya.
"Itu bukan tanggung jawab kami, keputusan ada padamu dan Adrian. Apapun pilihan kalian kami akan menerimanya. Juga, jangan lupa atas apa yang kamu lakukan pada Cia, saya tidak akan tinggal diam karena kami juga punya buktinya" sahut Ayah yang beranjak dari duduknya dan pergi meninggalkan ruang makan.
"Ayah tunggu..." panggil Cia pergi mengikuti Ayah.
Isvara menatap Adnan, namun pemuda itu tak peduli sama sekali. Sudah cukup, akan bodoh jika ia tetap menikah dengan Isvara padahal tau semua keburukannya. Isvara bahkan dengan sengaja menyakiti Cia untuk keduakalinya. Wanita itu menarik Adrian dan mengajaknya berbincang berdua diluar ruangan.
Disisi lain, Cia mencoba bernegosiasi dengan Ayah, ia tak mau membawa masalah ini ke ranah hukum. Cia tidak mau menambah kesedihan Adnan karena harus melihat wanita yang dicintainya menjadi pelaku percobaan pembunuhan. Ayah menatap Cia lalu menepuk pucuk kepalanya, sahabatnya membesarkan putrinya dengan baik. Ayah melirik ke arah Adnan yang berdiri menatap mereka, Ayah juga ingin tau jika Cia bukanlah pilihan yang salah.
"Baiklah, untuk sekarang Ayah tidak akan mempermasalahkan nya. Tapi jika dia mencoba berbuat nekat atau apapun itu, Ayah tidak akan membiarkannya lagi. Kamu itu putri Ayah dan Bunda juga, orang tua mana yang membiarkan putrinya terluka" ucap Ayah.
"Aku juga berterimakasih pada Ayah dan Bunda karena mengijinkan aku tinggal disini. Ayah sangat mirip dengan Papa, dan Bunda memberiku kasih sayang yang berlebihan. Tapi aku menyukainya, terimakasih"
"Tanggung jawab kamu belum dimulai, setelah menikah nanti, kamu harus merawat Adnan dengan baik"
"Siap bos, aku akan beri Ayah cucu yang banyak" jawab Cia dengan ceria seperti biasanya.
Ayah tertawa sembari menatap Adnan yang tersipu malu dengan wajah merahnya. Sekeras apapun Adnan menyembunyikan perasaannya, Ayah tentu saja tau sebab Adnan adalah putranya. Putra keras kepala yang selalu saja mengalah pada para saudaranya. Adnan adalah satu-satunya anak Ayah yang tak pernah terlibat perkelahian dengan saudara nya yang lain sebab selalu mengalah bahkan sebelum berperang. Mementingkan kebahagiaan adik-adiknya daripada dirinya sendiri.
Setelah berbincang dengan Ayah, Cia berpamitan pergi untuk melanjutkan makannya yang belum selesai. Namun para pelayan sudah membersihkan meja makan dan semua orang juga sudah pergi dari ruang makan.
"Aku kan belum selesai makan" gerutu Cia kesal.
"Kak Cia, jajan yuk" teriak Aden menggema di seluruh penjuru rumah.
"Ayooo, go go" sahut Cia tak kalah semangat. Ia berbalik dan tak sengaja menabrak Adnan yang rupanya berdiri di belakangnya.
"Kenapa tadi pagi kamu tidak membangunkan aku?"
"Sudah kok, tapi Mas Adnan masih pulas sekali tidurnya. Jadi Bunda meminta ku membiarkan Mas tidur, lalu aku pergi deh"
Adnan melangkah mendekati Cia, cara bicaranya selalu saja membuat Adnan ingin mencubit hidung mungilnya itu. Pemuda itu menatap wajah Cia yang merona merah karena tersipu malu.
"Lain kali, bangunkan aku sampai aku bangun, baru kamu boleh pergi. Mengerti?"
"I...iya Mas" jawab Cia terbata-bata.
"Kak Cia, Ayoo" ajak Aden sembari menarik tangan Cia. Ia benar-benar tak bisa membaca situasi, Adam dan Addy yang melihat dari kejauhan benar-benar dibuat geram oleh Aden.
Harusnya Adam dan Addy mengajak Aden briefing agar tak mengganggu rencana mereka mendekat kan Cia dan Adnan. Setelah mobil Aden dan Cia pergi, seluruh keluarga berkumpul memperhatikan Adrian serta Isvara yang bertengkar hebat di belakang rumah. Addy menghela napasnya, ia sudah tau jika Adrian adalah biang dari segala masalah. Ia sudah menduga semua ini sejak Adrian kecil, ia adalah laki-laki egois yang selalu ingin menang sendiri.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 73 Episodes
Comments
Mukmini Salasiyanti
😉💪
2024-01-07
1