Beberapa hari setelah kejadian hari itu, Cia selalu menghindar dari Adrian. Ia akan mengabaikan setiap kali pemuda itu mengajaknya bicara. Hubungannya dengan Adnan semakin dekat setiap harinya meskipun wajah Adnan masih sama datarnya. Namun Cia merasa Adnan sedikit berubah, suaminya lebih nakal dari sebelumnya.
Ayah dan Bunda juga sudah pulang dari luar kota, mereka menepati janji pulang sehari sebelum Aden masuk SMA. Hari ini adalah hari pertama Aden masuk SMA, Bunda secara khusus meminta pelayan menyiapkan masakan kesukaan pemuda itu. Cia berseru kegirangan menatap banyak makanan lezat diatas meja makan.
"Pagi sayang" ucap Adnan mencium kening istrinya.
"Pagi Mas, coba lihat makanannya banyak sekali" seru Cia dengan senyuman lebar.
"Sepertinya terjadi sesuatu ya selama kami pergi? Makin lengket saja pengantin baru ini" celetuk Bunda.
Cia mengangguk dengan wajah memerah, Adnan hanya berdehem seperti biasanya. Ia melirik ke arah istrinya yang sedang makan, tanpa sadar bibirnya menarik senyuman.
"Wah, Kak Adnan barusan senyum ya?" Celetuk Aden untuk kesekian kalinya.
Cia dan yang lainnya reflek menoleh ke arah Adnan, pemuda itu menatap ke arah Aden.
"Memang kenapa kalau Kakak senyum?" Tanya Adnan.
"Ya tidak apa-apa juga, hanya terkejut saja kalau ternyata Kak Adnan bisa senyum. Ku kira wajah Kak Adnan kaku makanya gak pernah berekspresi" jawab Aden.
Adnan berdehem dan kembali menatap istrinya, ia tersentak kemudian langsung melanjutkan makannya sebab Cia memandangi dirinya. Jantung Adnan berdebar dengan kencang, ia jadi salah tingkah hanya karena tak sengaja bertatapan dengan Cia. Melihat suaminya berpaling, Cia menjadi kesal tentunya, ia pikir Adnan mencoba mengacuhkan dirinya.
Setelah mengantarkan Aden ke sekolah, Adnan, Adam, Addy dan Ayah tengah berbincang di ruang tamu. Bunda sedang berada di dapur untuk menyiapkan camilan, sedangkan Kania bermain bersama putranya. Cia baru saja dari halaman dan hendak masuk kedalam, ia menatap Adrian yang turun dari tangga sambil memegangi perutnya. Gadis itu mengerucutkan keningnya melihat wajah pucat Adrian.
"Kak Adrian sakit?" Tanya Cia saat Adrian mendekat ke arahnya.
"Tidak" jawab pemuda itu acuh.
"Wajah Kak Adrian pucat sekali"
Adrian menghela napasnya dan terus berjalan tanpa menjawab pertanyaan Cia. Ia berdiri di hadapan Cia dan menaruh dahinya di bahu gadis itu.
"Luka di hatiku tidak mungkin bisa di sembuhkan oleh dokter" lirih Adrian sebelum jatuh pingsan.
Cia menopang tubuh pemuda itu, ia memanggil suaminya karena Adrian pingsan. Semua orang yang memang melihat kejadian nya langsung berdiri dan membawa Adrian pergi ke rumah sakit. Adnan menggenggam tangan Cia yang tampak khawatir sebab mereka menunggu di rumah. Ia memeluk istrinya dan mencium keningnya.
"Maaf Mas, aku tidak bermaksud dan hanya melihat dia sepertinya sakit" lirih Cia membalas pelukan suaminya.
"Tidak apa-apa, bagaimanapun kamu adalah Kakak iparnya, wajar jika khawatir. Mau pergi menyusul mereka?" Tawar Adnan.
Gadis itu menggelengkan kepalanya sambil tersenyum tipis. Namun Adnan bisa melihat jika Cia sangat mengkhawatirkan Adrian. Kania dan Bunda keluar rumah, mereka sudah siap untuk menyusul yang lainnya ke rumah sakit. Melihat mereka bertiga keluar rumah, Adnan menggandeng tangan Cia dan masuk kedalam mobil untuk pergi menyusul yang lainnya.
Selama perjalanan, Adnan tak pernah melepaskan genggaman tangannya pada Cia. Ia mengelus tangan mungil istrinya tersebut, meskipun Bunda dan Kania bergantian berdehem, Adnan masih tak melepaskan genggaman tangannya. Sampai di rumah sakit, mereka mendapatkan kabar jika Adrian terkena usus buntu. Ayah, Adam, dan Adnan pergi keluar untuk mengangkat telepon mereka. Jadilah Addy dan Kania yang mengurus semua administrasi nya.
Bunda dan Cia masuk kedalam dan melihat Adrian yang terbangun sambil memegangi perutnya. Pemuda itu masih saja menatap Cia, ia tak bisa merasakan sakit di perutnya karena hatinya lebih sakit kala melihat gadis yang dicintainya.
"Cia, jika aku tiada, apa kau akan sedih?" Tanya Adrian.
"Kak Adrian ngomong apa sih, kamu akan baik-baik saja setelah di operasi. Jadi tak perlu khawatir" jawab Cia.
"Sakit ini tidak seberapa dengan luka yang aku rasakan saat melihat mu tertawa dengan pria lain. Apa kamu tau seberapa depresi nya aku saat kamu memutuskan hubungan kita? Seandainya saja hubungan kita tidak berakhir, seandainya saja aku menahan mu saat itu. Apa mungkin hari ini kamu adalah istriku?"
Bunda mencoba mengalihkan topik pembicaraan, tapi Adrian bersikukuh untuk mendengar nya. Ia hanya ingin tau, seandainya saja ia melakukan apa yang tidak ia lakukan dulu, apakah semuanya akan berbeda saat ini. Cia yang memandangi Adrian tiba-tiba saja tersenyum.
"Jikalau pun waktu kembali, pilihanku masih Mas Adnan. Sama seperti Kak Adrian, aku juga tidak ingin kehilangan Mas Adnan" jawab Cia.
"Jadi kamu sudah mencintai nya ya, kamu selalu unik Cia. Kamu tidak pernah berbohong, tapi caramu mengatakan jika kamu mencintai Kak Adnan membuatku terkesan. Baiklah, aku mengaku kalah, aku pikir aku bisa lebih baik dari Kak Adnan atas segala hal, tapi kamu membuktikan jika aku salah. Aku akan melupakanmu, itu janji terakhir ku untukmu, kamu tau kan aku tidak pernah ingkar janji" tutur Adrian dengan air mata menetes.
Cia berjalan mundur menjauhi ranjang Adrian, ia mengangguk sambil tersenyum. Bunda menyeka air mata Adrian dan mencoba mengajaknya berbincang. Saat hendak keluar ruangan, Cia melihat Ayah, Adam dan Adrian berdiri di dekat pintu masuk.
"Bunda, aku harus ke kantor sekarang. Aku akan membawa Cia bersamaku, Ayah aku akan pulang secepatnya setelah urusan selesai" pamit Adnan sembari mengulurkan tangannya ke arah Cia.
"Bunda, aku pergi dulu ya" ujar Cia.
"Hati-hati ya sayang" kata Bunda.
Adnan menggandeng tangan Cia dan pergi meninggalkan rumah sakit. Pemuda itu tiba-tiba saja tersenyum lebar saat mereka sudah berada di dalam mobil. Cia menatap suaminya dengan dahi berkerut karena kebingungan. Adnan menghela napasnya kemudian kembali memasang wajah datarnya. Sekali lagi ia kalah cepat menyatakan perasaannya, sekali lagi Cia lebih dulu menunjukkan perasaannya. Hal ini membuat Adnan sedikit risau, ia takut jika Cia tak bisa merasakan jika perasaannya berbalas.
Mobil Adnan sampai di kantor, ia turun lebih dulu kemudian membukakan mobil untuk istrinya. Cia berjalan di belakang Adnan sambil menatap sekitarnya. Ini pertama kalinya ia pergi ke kantor sang suami. Semua mata memandang dengan penuh tanda tanya, siapakah wanita yang berjalan di belakang bos mereka tersebut. Sedangkan Adnan masih sibuk menelepon karena ponselnya terus berdering.
Cia benar-benar mengagumi perusahaan Adnan, bagaimana bisa perusahaan ini terlihat begitu santai. Ia yakin siapapun pasti ingin bekerja disana, suasana dan dekorasi sangat indah. Adnan adalah CEO sekaligus salah satu pendiri W Search, perusahaan yang bergerak di bidang layanan dan produk internet seperti mesin pencari. W Search adalah salah satu anak perusahaan yang berada di bawah naungan W Group milik Ayah.
Setelah Adnan menjadi CEO, semua peraturan dan apapun yang ada di dalam perusahaan W Search adalah keputusannya. Ayah sudah melepaskan semua hal tentang W Search kepada keputusan Adnan. Adnan membebaskan karyawannya untuk berpakaian santai namun harus memakai atasan berwarna putih setiap hari Jum'at. Jika hanya melihat sekilas, semua orang akan berpikir jika perusahaan ini tak memiliki aturan yang ketat. Namun mereka semua tau jika Adnan adalah orang yang tepat waktu dan tak suka saat ada kesalahan sekecil apapun.
Sebab alasan itulah kenapa Adnan tak memperketat peraturan di kantor. Karena ia menekan pekerjaan yang sempurna untuk seluruh pegawainya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 73 Episodes
Comments
Qaisaa Nazarudin
Menurut ku Mending Adnan bawak isterinya pindah rumah aja, Keluarga nya juga pasti mengerti alesan Adnan pindah,Selagi tinggal satu atap,selagi itulah Adrian akan menganggu RT mereka..
2024-04-23
0
Mukmini Salasiyanti
Love U more...
Ci-Nan.... 😘🥰😍💐
2024-01-14
0