Malam tiba....
Selepas makan malam, Cia bergegas menuju kamarnya tanpa ikut berkumpul dengan yang lain. Tidak biasanya gadis itu pergi tanpa mengobrol lebih dulu. Adnan juga masih melanjutkan pembicaraannya dengan Ayah serta Adam dan Addy. Sedangkan Cia sedang bingung memilih gaun malam yang hendak ia gunakan untuk menggoda suaminya nanti.
Setelah beberapa saat, akhirnya gadis itu memutuskan hendak memakai gaun malam berwarna hitam. Ia mengambil foto dirinya di cermin dan mengirimkannya pada Adnan. Hanya selang beberapa detik saja, Adnan langsung masuk kedalam kamar dan langsung menguncinya. Cia yang sedang duduk diatas tempat tidur terkejut melihat kedatangan suaminya.
"Mas, sudah selesai bicara dengan Ayah?" Tanya Cia.
"Belum, aku bilang ada urusan penting setelah melihat foto yang kamu kirimkan. Nakal ya mau godain aku"
"Kenapa nakal? Kan Mas Adnan suamiku, aku ingin punya anak Mas"
Permintaan Cia membuat Adnan terdiam, ia memeluk istrinya lalu mencium pucuk kepala Cia.
"Kamu dengar ya pembicaraan ku dengan Ayah ditelepon?" Bisik Adnan.
"Ti...tidak, aku kan tidur saat itu" jawab Cia gelagapan.
"Bagaimana kamu bisa tau jika kami membicarakan nya saat kamu tidur? Kamu memang tidak pandai berbohong, ini adalah hukuman karena kamu berani berbohong padaku" tutur Adnan langsung menyambar bibir istrinya. Ia melumat bibir Cia dan mendorongnya perlahan naik ke atas tempat tidur. Malam ini Adnan sangat bersemangat padahal Cia yang sedang berusaha menggodanya.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Pagi menjelang....
Cia bangun terlambat hari ini, ia terlihat lelah dan masih mengantuk. Jelas saja hal ini terjadi, sebab Adnan tak membiarkan istrinya beristirahat sebagai hukuman karena telah berbohong. Semua orang sedang sarapan hari itu, kecuali Addy yang tengah menjaga Adrian di rumah sakit.
"Kamu sakit Cia? Kenapa kelihatan lelah?" Tanya Bunda.
"Tidak Bunda, hanya saja Mas Adnan tidak membiarkan aku beristirahat semalam. Dia sangat nakal sekali dan bersemangat" jawab Cia tanpa sadar.
Adnan langsung terbatuk-batuk mendengar jawaban jujur istrinya yang tidak bisa berbohong tersebut. Cia mengambilkan minum dan menepuk punggung suaminya.
"Pelan-pelan Mas makannya, Mas Adnan ini masih pagi sudah semangat sekali" tutur Cia.
Semua orang tertawa mendengar penuturan Cia, Bunda tak bisa menyembunyikan senyum bahagia nya. Ia pikir akan butuh waktu lama bagi Adnan dan Cia untuk saling membuka hati. Namun tidak ada yang tau bagaimana takdir mengatur segalanya.
"Pantas saja semalam langsung buru-buru pergi" cetus Adam menyela.
Tak ingin semakin salah tingkah, Adnan bergegas menyelesaikan makannya dan pergi. Cia juga menyelesaikan makannya lalu mengikuti sang suami. Pemuda itu menatap istrinya yang berdiri di samping pintu mobil. Cia mengetuk jendela mobil Adnan sambil memanggil nama suaminya. Adnan menurunkan jendela mobilnya, ia berdehem tanpa menoleh ke arah sang istri.
"Mas Adnan, aku masih ingin bersama Mas, apa aku boleh ikut?" Pinta Cia dengan wajah memelasnya.
Mana mungkin Adnan bisa menolak permintaan istrinya, ia mengangguk dan membiarkan Cia ikut dengannya. Gadis itu berlari masuk kedalam untuk mengambil ponsel dan tasnya serta berpamitan pada yang lain. Ia lalu bergegas masuk ke dalam mobil dan duduk di samping Adnan. Cia menggandeng tangan suaminya dan bermanja pada Adnan. Tidak biasanya gadis ini begitu manja seperti hari ini.
"Mas" panggil Cia.
"Kenapa?"
"Hari ini, teman-teman SMA aku mengadakan reuni Mas. Sebenarnya aku tidak ingin datang, tapi satu-satunya teman baikku memaksaku datang kesana Mas untuk menemaninya. Apa boleh Mas aku pergi?"
"Dimana?"
"Restoran W Class, katanya sih salah satu teman kaya kami yang traktir. Aku juga tidak tau siapa yang traktir, boleh kan Mas Adnan ku sayang?"
Mobil Adnan berhenti di kantornya, ia mengangguk setuju dengan permintaan sang istri. Cia tersenyum senang kemudian berpamitan pergi pulang ke rumah. Adnan buru-buru keluar mobil dan menahan sang istri yang hendak pergi naik taksi.
"Tunggu, alasan kamu ikutin aku karena ini?" Tanya Adnan.
"Iya, kan aku mau minta ijin langsung ke Mas. Maunya sih semalam bilang Mas tapi kan Mas gak kasih aku waktu buat jelasin" jawab Cia.
"Nanti siang saja pulangnya, temani aku dulu disini. Padahal kan bisa telfon atau chat, kamu itu memang ribet"
"Kan aku mau bilang langsung Mas, kita kan suami istri malah aneh kalau aku hak ngomong langsung"
Adnan berdehem dan merangkul pinggang istrinya, Cia tersenyum senang, ia tak bisa menyembunyikan senyuman lebar nya. Sikap Cia sampai membuat suaminya tak habis pikir dengan apa yang dipikirkannya saat ini. Ketika berada di ruangan, Adnan mengunci ruangannya kemudian duduk di kursinya. Ia menarik tangan Cia untuk duduk disalah satu paha Adnan.
"Mas Adnan sayang tidak sama aku?" Tanya Cia yang sedang memandangi suaminya membaca beberapa file yang ada di map.
"Sayang" jawab Adnan.
"Kalau cinta?"
"Cinta"
Cia menatap suaminya dengan curiga, bagaimana bisa Adnan menjawab semua pertanyaan nya tanpa menatap bahkan meliriknya sama sekali. Gadis itu mengambil map yang sedang Adnan baca lalu menaruhnya di meja. Cia berdiri kemudian merapatkan kaki Adnan lalu duduk diatasnya sambil menatap ke arah Adnan.
"Kenapa istriku?"
"Mas, keadaan Kak Adrian gimana? Kenapa belum pulang?" Tanya Cia sembari mengelus leher Adnan.
Belum saja Adnan menjawab apapun, Cia mendekati Adnan dan mencium leher pemuda itu hingga meninggalkan bekas.
"Tumben nanyain Adrian?"
"Mas Adnan kenapa ganteng sekali sih, wangiiii" jawab Cia mengalihkan topik pembicaraan.
Pemuda itu mencubit kedua pipi sang istri sambil tersenyum tipis. Cia melepaskan kedua tangan Adnan dan berpamitan pergi sebab dirinya mau ke salon agar terlihat cantik untuk reuni nanti malam. Adnan merasa iri dengan acara reuni sekolah Cia, acara itu bisa membuat istrinya berdandan lebih cantik dari biasanya.
Adnan meminta supir kantor untuk mengantarkan istrinya pulang ke rumah. Ia meminta sang istri agar mengabari dirinya setelah sampai dirumah. Sebelum pulang, Cia mampir ke rumah sakit untuk mengecek keadaan Adrian. Ia bertemu dengan Bunda dan Kania yang rupanya juga ada disana. Dilan berlari dan langsung memeluk Cia.
"Katanya mau ke salon? Kenapa belum berangkat?" Tanya Kania.
"Habisnya Mas Adnan ganteng banget Kak, pingin manja-manja sama Mas Adnan" jawab Cia dengan senyuman malu-malu.
"Hm... Jadi kalian berdua berniat memiliki anak nih? Berduaan mulu, Bunda sih tentu saja senang melihat kalian harmonis seperti ini. Adnan sikapnya gimana? Baik kan sama kamu Cia?" Sahut Bunda ikut berbincang.
"Aaaaa ah Bunda, Mas Adnan jelas baik sekali, gantengnya maksimal kalau lagi senyum. Bunda ih, aku mau ke salon dulu deh, bisa-bisa aku balik lagi nih ke Mas Adnan gara-gara gak mau pisah. Kalau bicara tentang Mas Adnan, aku jadi tiba-tiba kangen suamiku Bunda"
"Bucin sekali adik iparku ini, yasudah sana pergi, nanti Kak Kania pilihkan gaun yang bagus untukmu" ujar Kania lalu mengambil alih Dilan dari pangkuan Cia.
Bunda tersenyum lebar melihat menantu bungsunya yang bahagia karena pernikahan nya. Beliau lalu melirik ke arah Adrian yang menatap kepergian Cia. Bunda juga masih tak yakin jika Adrian akan melepaskan Cia begitu saja, melihat bagaimana sifat Adrian selama ini. Tapi Bunda yakin Adnan tidak akan membiarkan istrinya pergi ke tangan pria lain, meskipun pria itu adalah Adrian. Bunda juga bisa melihat ada sedikit perubahan dalam sikap Adnan. Bunda tentu tak bisa memilih diantara kedua putranya, Bunda ingin keduanya bahagia.
Namun jika kebahagiaan mereka adalah Cia, maka yang berhak memilih adalah Cia.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 73 Episodes
Comments