Acha kembali menjalani hari-harinya seperti biasa. Pagi ini dia sudah bersiap untuk ke kampus, dan sedang sarapan bersama ayah dan ibunya. Ayahnya seorang guru di sebuah SMP Negeri di Kuningan, ibunya juga seorang guru di sebuah SMP swasta. Sedangkan Acha sendiri, dia seorang mahasiswi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Kuningan, semester lima.
Setelah sarapan mereka semua menuju ke tempat kerja masing-masing. Sebelum ke tempatnya mengajar, ayah mengantar ibu ke tempatnya mengajar. Sedangkan Acha, dia melajukan motornya menuju kampusnya. Hanya butuh waktu lima belas menit untuk sampai di kampusnya.
"Assalamualaikum...Pak Beni!" Acha menyapa satpam yang bertugas pagi itu.
"Waalaikum salam, Acha..cerah sekali pagi ini!" Goda Pak Beni.
"Iya doong, kan mataharinya sedang bersinar terang! Masuk dulu Pak Beni..!" Acha kembali melajukan motornya, menuju parkiran mahasiswa. Tanpa Acha ketahui, ternyata di belakangnya ada motor Haidar yang sedang membonceng Isma. Acha memarkirkan motornya, lalu membuka helmnya. Tak lama kemudian motor Haidar pun terparkir di samping motornya. Acha yang sedang membuka helm fullfacenya, sedikit terkejut saat melihat siapa yang ada di dekatnya. Acha mencoba menenangkan hatinya,tak bisa dipungkiri, rasa sakit dan kecewa masih ada di hatinya. Apalagi lelaki yang dicintainya, berkhianat dengan sahabatnya sendiri.
Haidar melempar senyum pada Acha, senyum yang dulu terlihat sangat manis di matanya, namun kini berubah menjadi senyuman sinis. Acha tak mengindahkannya, dia menyimpan helmya dengan mengaitkan talinya ke jok belakang. Sedangkan Isma, dia tersenyum penuh kemenangan, karena pikirnya dia telah berhasil mendapatkan Haidar.
" Hai, Cha...! Apa kabar?" Isma seperti sengaja ingin memastikannya keadaan Acha. Acha menoleh dan tidak berniat menjawab pertanyaan Isma.
"Ngapain sok tanya- tanya keadaan gue, ogeb! Lu pikir sendiri saja...Tapi gue gak akan terlihat rapuh di hadapan lu, Ijem!" Tentunya Acha hanya menggerutu dalam hati.
Acha malah berjalan menjauh dari mereka, Isma kesal dong karena merasa diabaikan. Awalnya dia ingin pamer kemesraan dengan Haidar. Namun ternyata Acha malah cuek, dan tak menganggap keberadaan mereka.
"Apa maksudnya nanya gitu ke Acha? Gak usah cari masalah baru, sudah jelas kita berdua yang salah, sudah mengkhianatinya."Ucap Haidar, dia membuka helmnya. Di lubuk hatinya, dia masih mencintai gadis itu, namun dia juga tidak bisa menolak pesona tubuh Isma yang sudah dinikmatinya.
"Hanya mencoba menyapa aja, walau bagaimana pun kan kita pernah sahabatan." Isma mencari jawaban aman. Dia tidak ingin Haidar marah. Hanya dengan melihat cara Haidar yang menatap Acha,dia bisa lihat bahwa Haidar masih menyimpan rasa cinta untuk Acha.
Di depan kelasnya, Acha sudah bergabung dengan teman-temannya. Dia sudah kembali ceria dan tertawa.
" Lho, Cha...bukannya itu Haidar yah cowok lu,kok gandengan tangan sama Isma?" Nadia yang juga sahabat Acha dan Isma sedikit kaget. Acha menoleh pada subjek yang ditunjuk Nadia.
"Ooh...iya... mereka jadian mungkin!" dengan santainya Acha menjawab. Membuat teman-temannya yang lain menoleh kepada Acha.
"Lu putus sama Haidar, Cha?" Doni menatap Acha.
" Iya... kemarin! Udah lah gak usah dibahas gak penting!" Acha mengalihkan pandangannya ke arah lain. Saat Isma dan Haidar mendekat.
"Is...aku langsung ke kelas yaa!" Haidar langsung pamit setelah mengantar Isma, ke depan kelasnya. Haidar memang berbeda fakultas, dia Fakultas ekonomi. Haidar menunduk saat melewati Acha dan teman-temannya. Biasanya dia ke kelas ini untuk bertemu Acha, namun kini keadaan berubah.
"Hai guys ....!" Isma menyapa teman-temannya. Namun mereka hanya menatap Isma penuh selidik.
" Teman-teman, aku ke kelas duluan yah!" Acha berlalu tanpa menunggu jawaban. Kini teman-temannya memandang punggung Acha yang sudah masuk ke dalam kelas. Mereka beralih menatap Isma.
"Isma, lu jadian sama Haidar?" Nadia mulai bertanya dengan nada mengintimidasi. Isma melirik pada Nadia
"Menurut lu...?" Isma tak menjawab, dia malah membalikkan pertanyaan.
"Cih...gue gak nyangka yah...iblis lu!" Tanpa basa-basi Nadia berdiri meninggalkan Isma lalu masuk ke kelas, menyusul Acha. Disusul teman-temannya yang lain. Tersisa Doni yang masih duduk di sana, karena masih merokok. Namun Isma merasa punya pendukung, dengan santai dia bertanya pada Doni.
"Emang salah, ya Don, kalau gue jatuh cinta sama Haidar, kenapa mereka kayak pada gak terima gitu sih?" Isma memasang wajah sedih, namun malah membuat Doni muak. Dia segera mematikan rokoknya.
"Jatuh cinta itu gak salah, Is! Kesalahan lu, lu sudah salah mencintai orang yang masih pacaran sama sahabat lu sendiri! Dan lu itu bangke banget!" Doni menggelengkan kepalanya. Lalu meyusul teman-temannya ke kelas.
"Sialan, si Doni! Gue pikir dia akan berpihak sama gue! Ternyata sama saja! Bodo amatlah mereka menjauhi gue, kan masih ada yayang Haidar!" gumam Isma. Dia pun ikut masuk ke dalam kelas, karena mata kuliah pertama akan segera dimulai.
*****
Bandung, pukul 10.30 di ruangan Amygdala. Di depannya sudah bertumpuk berkas yang harus diperiksanya. Namun sejak 30 menit yang lalu, setiap kali dia membuka lembar pertama, dia melihat Acha yang sedang tersenyum sangat manis kepadanya.
"Aaarggh...sial! Kenapa malah wajah gadis tengil itu yang muncul di hadapanku! Aku tidak mungkin jatuh cinta sama gadis itu kan?Bukannya menolak tapi masa secepat ini sih? Aaarrgh!" Amygdala mengacak sendiri rambutnya.
Tok...tok..!
"Masuk...!"
Ceklek!
Pintu ruangan Amygdala terbuka, tampak seorang lelaki yang seumuran dengannya masuk dengan membawa beberapa berkas lagi. Amygdala yang melihatnya malah terlihat tambah prustasi.
"Anjiir...Devan! Sampai kapan lu mau ngasih berkas terus sama gue? Lu gak lihat di depan gue masih setumpuk gini?" Amygdala menggerutu.
"Lah...emang dari tadi lu ngapain aja! Kenapa berkurangnya sedikit amat nih berkas?" Devan menelisik berkas di depannya, lalu menoleh pada bos sekaligus sahabatnya ini.
"Ya gue periksa laah..tapi gue gak bisa fokus! Gara-gara tiap buka halaman pertama yang gue lihat cewek itu!" Amygdala malah curhat."
"Astaghfirullah...Dalot! Bukannya lu kemarin udah ngapelin pacar lu yang di Kuningan itu, yah, harusnya kan lu tambah semangat kerja." Sindir Devan, dia tahu kalau Amygdala punya pacar di kota tempat dia dilahirkan dan tinggal, namun Devan tidak pernah tahu, dan tidak ingin mau tahu tentang urusan pribadi bosnya.
"Ngapelin apaan? Nyampe sana gue malah dusuguhi live streaming adegan mesum cewek gue sama si Riko!" Ujar Amygdala.
"Haaaah.....!" Devan berteriak dan membelalakan matanya. Dia lalu membenahi duduknya.
"Tunggu...tunggu ceritakan dulu!" akhirnya Dala bercerita saat dia melihat pacarnya berzina dengan musuhnya. Sampai dia bertemu dengan Acha saat hampir menabraknya.
Devan mengkerutkan keningnya, saat mendengar nama Acha disebut Amygdala.
Meski berkali-kali mencoba mengingkari , namun kita tak bisa menghindari perasaan yang dihadirkan sebagai takdir kita.
P
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 128 Episodes
Comments
Erni Fitriana
dalottt...dalotttttt😁😁😁😁
2024-09-15
0
Elizabeth Zulfa
keknya si devan tuh kakaknya acha dech..
2024-06-07
2
Nadiyah1511
astaga muka tembok kamu tuh is is
2024-04-29
0