Acha menatap Dala,saat lelaki tampan ber-anting itu memanggil ibu yang ditabraknya dengan sebutan Nin.
"Lho, Nin? Akhirnya ketemu juga! Aku nelpon lho, tapi gak diangkat!" Dala mengambil alih kantong belanjaan di tangan neneknya. Acha masih berdiri mematung, tak menyangka bertemu dengan neneknya Amygdala dengan cara tabrakan.
"Eh...panjang umur kamu,Dal! Baru Nin mau kenalin sama neng cantik ini...!" Nenek Dala menarik lembut tangan Acha, hingga tubuh Acha kini berdempetan dengan neneknya. Dala menatap Acha dengan senyum dan tatapan yang tak bisa diartikan.
"O yaaa...? Kenalan nya nanti aja di mobil Nin, ini di jalan lho, nanti menghalangi orang yang mau lewat." Ujar Dala.
"Ooh... iya, neng ikut yaaah!" Vi menggaruk tengkuknya.
"Emmh... Iya Nin..!" Acha pun kemudian menuntun nenek Dala yang masih terlihat cantik dan segar di usia senjanya.
Dala memasukkan belanjaan neneknya ke dalam bagasi. Acha menuntun nenek untuk masuk ke dalam mobil. Dia sendiri masih berdiri di samping pintu mobil.
"Neng..ini cucu ibu yang tadi ibu bilang mau dikenalin sama neng..! Tampilannya emang urakan tapi dia baik kok!" kata Nenek.
"Gak usah dikenalin lagi, Nin! Kita udah kenal kok! Ayo Cha...masuk!" Titah Dala.
"Aku naik angkot aja deh bang!" Acha merasa gak enak.
"Masuk! Gue udah janji anterin pulang kan tadi!" Kata Dala lagi.
" Eh...kalian beneran udah kenal yaa! Alhamdulillaah..udah Dal daripada cewekmu yang siapa itu namanya, mending ini aja deh! Ayo sayang...masuk!" Kali ini neneknya Dala yang meminta. Acha pun tak bisa menolak, dia pun masuk dan duduk di kursi belakang.
"Namanya siapa?" Nenek menoleh ke belakang, ke arah Acha.
"Varsha Evara, Nin!" Jawab Acha. Dala melihat Acha lewat mirror center.
"Perasaan kemarin kenalan, namanya Acha deh kenapa sekarang ganti?" Selidik Dala.
"itu nama panggilanku.., nama lengkapku ya Varsha Evara...! Kalau gak percaya tanya sana sama Ayahku, sekalian minta bukti akta kelahiran juga biar akurat!" Acha kepancing kesal, hingga keluarlah juteknya, dia lupa kalau di sana ada neneknya Dala.
"Oke...laksanakan! Sekalian nanti gue minta berkas lengkap aja yah buat daftar ke KUA, setuju kan Nek?" Dala malah semakin menjadi menggoda Acha.
"Setuju doong!" jawab Nenek Dala sambil mengacungkan jempolnya.
"Yaaah...kok malah setuju, Nin? Janganlah Nin, kalau kita berdua menikah nanti yang ada setiap hari akan dilalui dengan perdebatan panjang yang melelahkan!" Acha menanggapi dengan santai, karena dia tahu kalau Dala hanya sedang ingin membuatnya kesal.
"Gak apa-apa, debat cinta itu!" kata sang Nenek.
"Iya ya nek, yang penting bukan debat Capres-cawapres!" Timpal Dala.
Mereka pun tertawa, kecuali Acha tentu saja, dia malah mempout bibirnya.
"Acha ada acara lagi gak?" Nenek kembali menoleh pada Acha.
"mmmh..gak ada sih Nin! Kenapa gitu?"
" Jangan dulu pulang, yah! Mampir dulu ke rumah! Nin masih ingin ngobrol sama Acha." Pinta Nenek.
"Boleh deh, Nin!" Entah kenapa Acha tak bisa menolak permintaan Neneknya Dala. Dala tersenyum mendengar Acha mengiyakan permintaan neneknya.
"Emang ajaib, nih cewek...baru ketemu aja udah bisa membuat Nin gue jatuh hati! Padahal waktu gue kenalin Ashila ke Nin responnya biasa aja! Malah terkesan malas dan gak peduli!" Batin Dala.
Dala membelokan mobilnya ke sebuah rumah yang tidak terlalu mewah, namun tidak sederhana juga. Bangunan berdesain klasik minimalis terlihat estetik. Halaman yang luas, terlihat asri dengan banyaknya tumbuhan hijau dan bunga berwarna warni. Ada gazebo di dekat kolam buatan. Vi turun dari mobil dengan wajah takjub melihat halaman rumah ini.
"Ayo, Cha..masuk!" Nenek menggamit tangan Acha.
"Eh iya, Nin! Rumahnya adem ya Nin..!" bisik Acha.
"Suka...?" tanya Nin.
"Suka, bisa betah di sini ini mah!" canda Acha.
"Bagus deh, biar Nin ada temen kalau Acha betah di sini mah!" Jawab Nenek. Acha tersenyum. Mereka sampai di depan pintu, Nenek mempersilahkan Acha untuk masuk dan duduk. Tak lama kemudian Dala muncul dengan tangan ringkih oleh kantong belanjaan.
"Eh...Cha-cha maricha heyhey! Gak ada niatan bantuin gitu?" Dala mengangkat kantong belanjaan di tangannya.
"Aku bantu bang, bantu doa!" jawab Acha sambil terkikik. Dala hanya melengos meninggalkan Acha di ruang tamu. Tak lama kemudian Dala kembali dan duduk di ruang tamu bersama Acha.
"Capek ya Bang?" Goda Acha sambil melihat wajah Dala yang terlihat lelah dan berkeringat.
"Ya capeklah...namanya juga habis membawa beban!" Ujar Dala.
" Yaah...bang, beban segitu mah cetek laah! Mau tahu yang lebih capek?" pancing Acha. Dala tahu, gadis ini tidak akan serius, dia oasti akan menjawab random.
"Apa?" Dala malah masuk lagi dalam jebakan Acha.
"Mengangkat beban hidupku....eeaaaa....!" Ujar Acha.
"Hmmh..sudah kuduga! Tapi tenang saja, aku kuat kok mengangkat beban hidupmu, jangankan beban hidup, mengangkat kamu ke pelaminan aja aku sanggup kok" Dala menaikturunkan alisnya.
"Mampus! Senjata makan tuan gak tuh! Acha...Acha... lama-lama lu bisa baper juga...!" Acha merutuki dirinya sendiri.
"Gak capek ngegembel melulu dari tadi?"
"Ngegombal Acha, gak usah ngelawak diplesetin segala rupa!" Tukas Dala. Acha mencebikkan bibirnya.
Drrt..drrrt.
Dala mengeluarkan ponsel dari saku celananya. Dia melihat ponselnya sebentar,lalu menolak panggilan. Acha yang memperhatikan wajah kesal lelaki di depannya, malah terbersit membuatnya lebih kesal.
"Dari mantan pacar yang selingkuh dan belum move on yaah?" Acha mengangkat dagunya.
"Kok tahu? Kamu cenayang ya?" Dala meletakkan ponselnya di meja.
"Tahu doong, ekspresi wajahmu menjelaskan!" kata Acha.
Drrrt..drrtt!
Ponsel Dala berdering lagi, Namun Dala lebih memilih mengabaikan.
"Jangan jadi pengecut dengan menghindar, masalah tak akan selesai dengan dihindari, tapi hadapi dan selesaikan!" Sarkas Acha, tanpa menoleh pada Dala. Dia sendiri memilih untuk mengirim kabar pada orang rumah,kalau dia terlambat pulang. Dala menatap Acha yang masih cuek.
"Bukan menghindar, tapi malas berdebat dan bicara omong kosong! Hanya buang-buang waktu!" Acha mengangkat wajahnya.
" Terus mau dibiarin aja gitu? Jangan-jangan masih gak rela yaah pacarnya selingkuh, jangan-jangan masih cinta yaaah? Makanya gak mau diselesaikan?" Dala menatap Acha dengan intens, lalu menarik nafas panjang.
"Walau bagaimana pun dia pernah menjadi bagian dari kisahku, hampir satu tahun kita bersama ,Cha! Tak bisa aku pungkiri, kalau aku juga pernah sayang sama dia. Dia pernah mengisi hari-hariku, memberi warna dalam hidupku. Aku bahagia bersamanya, namun jujur kuakui, beberapa bulan ini dia sedikit berubah. Kita juga jarang ketemu karena aku sibuk dengan pekerjaan! Kemarin juga aku gak bilang sama dia kalau mau ke sini, ceritanya mau kasih kejutan, gak tahunya malah aku yang terkejut!" Dala tersenyum getir, saat bayangan kekasihnya yang begitu menikmati pergulatan jahanam itu.
"Gak ada niat memaafkan gitu?" Tanya Acha serius.
"Ooh...ayolah, Aku bukan lelaki bodoh! Melihat dengan mata kepala sendiri pengkhianatan yang dilakukannya, terus gue harus memaafkan! Gak mungkin Cha..! Aku manusia biasa, bukan malaikat! Jika dia sudah berkhianat itu berarti dia sudah tidak ingin bersamaku lagi, dan dia lebih menginginkan selingkuhannya itu kan?" Dala meraih sebatang rokok, menyulutnya lalu menyesapnya.
"Bener juga yah, untuk apa kita memaksakan diri bersama orang yang tak benar-benar mengganggap kita, dan tidak menginginkan kita! Ck...cuma buang-buang waktu saja!" Ujar Acha.
"Nah..itu paham! Emang kamu maafkan mantan pacar kamu itu?"
"Enggak lah! Enak bener...udah senang-senang sama orang lain,masih dapat maaf juga, ujung-ujungnya ngelunjak!" Acha malah jadi geram, mengingat kisahnya sendiri.
"Mangkanya...Gue udah males ketemu dia! Lihat mukanya, jadi inget waktu dia bertukar peluh sama lelaki itu! Jijjk gue!" Dala malah bergidik.
"Eh..tapi tetep aja, Bang! Harus diselesaikan, harus tegas! Jangan sampai jadi masalah di depan." ujar Acha.
"Iya nanti lah kalau mood!" jawab Dala santai.
"Daaal....Dalaaa!" Suara teriakan seorang perempuan beradu dengan suara Pak Deri, satpam rumah Dala menghampiri pendengaran Acha dan Dala.
"Sial...ngapain tuh cewek malah ke sini sih? Pake teriak-teriak segala!" Umpat Dala.
"Jadi...itu suara mantanmu..?Mendingan gue kabur ke dapur nyusul Nin Aah..daripada harus melihat drama rumah tangga! Selamat berjuang Bro!" Acha langsung ngacir ke dapur meninggalkan Dala yang sedang geram.
Masa lalu takkan pernah benar-benar pergi, ketika kita tidak pernah benar-benar ingin menyelesaikannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 128 Episodes
Comments
Erni Fitriana
mantap cha👍🏾👍🏾👍🏾👍🏾....naaehat nya jitu...tapi siap" hbs ini haidar yg nyamperin kamu cha...buat klarifikasi😁
2024-09-14
0
uyhull01
selsaikan Dal dri oda d intilin mulu nanti,
2024-01-22
2
Jumadin Adin
masa lalu biarlah masa lalu....
2024-01-06
2