Amygdala melajukan mobilnya menuju tempat kost Devan. Hanya butuh waktu 30 menit untuk sampai di tempat kost Devan. Amygdala membunyikan klaksonnya, Devan pun segera keluar dengan membawa tas ransel.
"Siapa dulu yang nyetir nih?" Devan masih berdiri di samping mobil Amygdala.
" Gue aja dulu...!" Setelah mendapat jawaban, barulah Devan masuk ke dalam mobil, menyimpan tas ranselnya di jok belakang. Mobil Amygdala pun melaju meninggalkan kota Bandung. Amygdala memilih masuk tol agar tiba lebih cepat.
"Dal...lu serius jatuh cinta sama Acha, atau hanya menjadikannya sebagai pelarian dari rasa kecewa lu?" Devan ingin meyakinkan perasaan macam apa yang ada di dalam hatinya.
Amygdala menoleh kepada Devan, sambil mengernyitkan dahinya.
"Lu kenapa sih Van? Lu gak yakin kalau ternyata gue jatuh cinta sama Acha,?"
" Kalau boleh jujur, iya gue masih ragu dengan perasaan lu...kok bisa secepat itu? Mana baru dikhianati lagi." Devan melirik sekilas kepada Amygdala.
"Gue juga gak tahu pasti, perasaan macam apa ini, tapi gue merasa nyaman aja dekat sama dia. Hidup gue berasa lebih berwarna aja...!" Ucap Amygdala.
Devan tak ingin lagi mempertanyakan apa pun, karena sepertinya Amygdala memang jujur dengan perasaannya.
*****
Sementara itu di rumah Acha, gadis cantik itu kini masih berada di dalam kamar dengan memakai mukenanya, menunggu waktu isya dengan tilawah al qur'an. Walaupun sikapnya cuek, sedikit nyablak kalau bicara, tapi dia tak pernah melupakan kewajibannya sebagai hamba.
Acha melipat mukenanya setelah sholat isya, dia lalu duduk di meja belajarnya dengan laptop yang sudah terbuka, rencananya dia akan mengerjakan tugas kuliahnya, lalu lanjut menulis novelnya. Sampai tiba-tiba terdengar ketukan di depan rumahnya. Acha pun berdiri dan melenggang meninggalkan pintu kamarnya.
Tok..tok...tok!
"Assalamualaikum...!"
"Waalaikum salam, iya sebentar!"
Ceklek!
Acha membuka pintu rumahnya, dia sempat kaget saat melihat tamu yang datang.
"Lho...Bang Dala?" Acha membeliakkan matanya saat melihat Dala muncul di hadapannya.
"Hai...Cha...!" Amygdala tersenyum manis saat melihat Acha di depan pintu.
"Hallo, Bang! Tadi kan kita video call, kok gak bilang mau ke sini?" Acha melirik kepada seorang lelaki yang berdiri membelakangi di samping Amygdala.
"Sengaja biar surprise! Eh iya kenalin ini sahabat aku...Van! Lu ngapain malah munggungin gitu sih? Katanya penasaranmau kenalan!" Amygdala memutarkan badan Devan.
"Aaaaaaah....abaaaaang!" Acha berteriak histeris dan langsung berhambur memeluk lelaki di depannya. Devan tersenyum dan menyambut pelukan Acha. Amygdala malah bengong melihat adegan ini.
"Lho...kok Acha terlihat bahagia sekali? Main peluk peluk aja lagi! Apa Acha ini pacarnya Devan? Aaah mampus gue!" Amygdala bermonolog dalam hatinya.
"Achaaaa...gadis tengilku!" Devan mengusap pucuk kepala adiknya. Mereka mengurai pelukannya. Amygdala masih diliputi perasaan bingung.
"Ayo...bang masuk dulu...! Eh sebentar...kalian kok bisa barengan datangnya?" Acha menoleh kepada Amygdala kemudian bergantian menoleh Devan.
"I...iya...ketemu di depan barusan!" jawab Devan.
"Ooh...begitu? Ayo bang Dala masuk dulu deh,aku panggil ayah sama ibu dulu. Acha meninggalkan dua orang lelaki itu.
"Ayo..Dal..masuk dulu lah...!" Devan menarik tangan Amygdala yang masih bengong.
"Heh ...kampret ...! Tunggu dulu, kenapa situasinya jadi berbalik gini sih? Lu sama Acha sda hubungan apa?" Amygdala ingin segera menuntaskan kebingungan di kepalanya.
"Ck... masuklah dulu...!" Devan kembali menarik tangan Amygdala mengajaknya masuk. Dan kali ini Amygdala mengikuti langkah Devan masuk ke dalam rumah.
"Dev...katakan! Hubungan lu sama Acha apa?" Amygdala sudah gereget ingin tahu yang sebenarnya.
" Ya ampuun, masih aja gak sabaran...! Ini rumah gue...!" Ujar Devan.
" Heh...gue gak bertanya rumah lu, gue nanya hubungan lu sama Acha apa, bego!"
"Lu yang bego Pak Dalaa! Kalau gue bilang ini rumah gue, eh maksud gue rumah Ayah ibu gue, berarti hubungan gue sama Acha....?"
"Ini rumah Ayah sama ibu lu? Berarti Acha...adik lu...jiiir! Sialan lu!" Amygdala menonjok lengan Devan, lalu menarik kepala Devan dan dijepit diantara keteknya.
"Anjiir lepas kepala gue! Bisa-bisa bau asem ketek lu...lagi!"
"Bodo amat...kenapa lu gak bilang..haah!"
"Lah gue juga belum yakin, kalau Acha yang Lu maksud itu adik gue! Gue baru yakin saat lu berhenti di depan rumah ini" Bela Devan.
"Lho...ada tamu toh?" Amygdala segera melepaskan Devan, saat mendengar suara ayahnya Acha.
"Eh, iya Pak..!" Amygdala langsung berdiri dan menghampiri ayah dan ibu Acha untuk menyalaminya.
" Devaaan...akhirnya kamu ingat rumah juga setelah berbulan-bulan gak pulang. Bandung- Kuningan dekat, Dev! Bukan Rusia-Kuningan!"Sindir sang ayah , Devan hanya nyengir, Devan berdiri,.dia menyalami dan memeluk kedua orangtuanya.
" Iyaa Bu, Yah...maaf Devan jarang pulang! Soalnya bosnya kalau ngasih kerjaan gak kira-kira!" Sindir Devan sambil melirik Amygdala.
"Bohong Bu...itu mah Devannya aja yang malas pulang!" Amygdala melayangkan pembelaan diri.
"Emang bosnya bang Devan galak yaa?" Acha ikut nimbrung dalam pembicaraan.
"Galak Cha, suka gigit lagi! Makanya kamu jangan dekat-dekat sama dia, nanti kamu digigit lagi!" seru Devan.
"Haah..gigit? Emangnya bos bang Devan sejenis anjing, kok menggigit segala?" Acha dan kedua orang tuanya masih belum menyadari kalau bosnya Devan adalah Amygdala.
"Bohong Cha..jangan percaya! Aku gak gigit kok!" Jawab Amygdala.
"Emang Bang Dala bosnya?" Acha melirik Dala.
"Haah..eh..itu..! Ah...lu sih Dev!" Amygdala tak menjawab pertanyaan Acha.
"Iyaaa Cha, Dala ini bos abang di kantor! Gara-gara dia juga Devan pulang nih, dia maksa!" Ujar Devan.
"Eh...serius ini? Nak Dala bosnya Devan? Pantesan bisa barengan datangnya." Kata ayahnya Acha.
"I-iya Pak..!" Amygdala menggaruk tengkuknya yang tak gatal.
"Aduuh...maafkan kami, ya Nak Dala, kami gak tahu kalau nak Dala ini bosnya anak saya. Tiap ke sini malah disuguhin pisang goreng, singkong goreng...!" Kata ayah Acha.
"Yaah...Pak...biasa sajalah...gak usah seperti itu. Tapi saya suka pisang goreng sama singkong gorengnya!" Ini yang Dala gak suka,. perubahan sikap saat tahu dia seorang pemilik perusaahan.
"Gak percaya aku, Bang Dala bosnya bang Devan. Mana ada bos tampilannya badboy begini?" Celetuk Acha.
"Alhamdulillaah.. akhirnya ada juga yang tidak percaya..! Terima kasih atas ketidakpercayan anda, lanjutkan Cha!" Amygdala menepuk-nepuk bahu Acha.
"Dasar bos somplak! Ada yang gak percaya malah senang" seru Devan sambil berdiri.
"Eh mau kemana?" Tanya Amygdala.
"Mandi...mau ikut?" Tanya Devan.
"Gaaak..!" jawab Amygdala.
Devan langsung ke belakang sambil membawa tasnya.
"Jadi anak Ayah yang jarang pulang itu Devan yaa?" Amygdala mencairkan kembali suasana.
"Iya..nak! Kalau ditanya kenapa gak pulang, jawabannya "tanggung Yah, liburnya cuma sebentar" begitu terus." kata Ayah Acha.
" Haah...kenapa takdir itu seperti ini yah?" Gumam Acha.
"Maksudnya,.Cha?" Amygdala tak mengerti.
"Ya gini, pertemuan yang tanpa direncanakan malah terjalin sebuah hubungan tak terduga, emang boleh hidup sebercanda ini?" Acha mengingat pertemuannya dengan Dala beberapa waktu yang lalu.
"Dan... hubungan kita akan lebih jelas satu minggu ke depan!" Ujar Amygdala. Acha menoleh cepat kepada Amygdala.
"Hubungan kiitaa?" Acha mengernyitkan dahinya. Amygdala hanya mengangguk dan tersenyum. Membiarkan Acha dalam kebingungannya sendiri.
Ternyata hidup ini memang sebuah misteri yang tak bisa diprediksi. Banyak hal terjadi tiba-tiba dan tak terduga dalam hidup kita, itu menurut kaca mata manusia. Namun dalam pandangan Pemilik Kehidupan...itu adalah kisah yang sudah dituliskan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 119 Episodes
Comments
Siti Nadiyah
aaahhhh keluarganya seru bngtttt...ga kaku
2024-04-29
0
muthia
🅚🅔🅡🅔🅝
2024-02-04
1
uyhull01
hahhh tuuu bingung sendri kan Cha,
2024-01-22
2