Nenek Sinta langsung mengusap pipi Acha yang merah akibat ditampar Ashila. Sementara Amygdala malah berjalan menuju lemari es, dan mengambil sapu tangan bersih yang tergantung di jemuran. Lalu membungkus es batu dengan sapu tangan itu.
"Duduk Cha!" Amygdala menyuruh Acha duduk. Acha pun menuruti saja tanpa membantah. Amygdala kemudian menempelkan kain berisi es itu ke pipi Acha,dan menekannya sedikit.
"Awww...!" Acha meringis.
Plak!
Acha refleks memukul tangan Dala yang sedang mengompres pipinya.
"Ini niat ngobatin apa nambahin sakit sih? Gak usah ditekan-tekan,sakit tahu!" Acha lalu mengambil alih Es batu berbungkus kain dari tangan Amygdala.
"Sini aku kompres sendiri aja! Nanti malah tambah bengkak, jadi seperti Sinchan aku...!"
"Mana ada cuma ditekan sedikit jadi bengkak, kalau gak ditekan malah menggembung nanti. Jadi kayak pipi sinchan beneran jadinya! Agak ditekan-tekan...jangan cuma ditempelin!" Titah Amygdala.
"Iyaaa...iyaaa... bawel amat ih! Kayak ibu-ibu rumpi tetanggaku, emaknya Ashila itu!" Acha terus menempelkan es batu di pipinya.
Nenek Sinta malah tertawa melihat perdebatan mereka.
"Kalian berdebat gini, kok jadi lucu yaah...gemes Nin lihatnya!"
"Mana ada orang berdebat lucu Nin,kalau lihat orang ngelawak baru lucu!" Tukas Amygdala.
"Eh...Chacha maricha heyhey! Beneran Ashila itu tetangga kamu?"
"Iya lah...! Emang abang belum pernah ke rumahnya?" Amygdala menggelengkan kepalanya. Acha mengernyitkan dahinya.
"Terus kalau kalian bertemu di mana?" Acha malah penasaran, karena selama ini, orang tua Ashila selalu membanggakan anaknya, yang sukses sebagai model. Namun tetap menjadi anak yang baik, yang lebih suka diam di dalam rumah.
"Di tempat kosnya..!" Jawab Dala.
"Haaaaah....tempat kos? Dia ngekos? Ngapain? Kan rumahnya gak jauh-jauh amat ke kampus juga. Gila! Banyak duit kali yah...rumah masih di kota yang sama tapi ngekos! Pantesan gue jarang lihat keberadaan tuh anak." Acha malah geleng-geleng kepala tak percaya.
"Mana gue tahu! Pas pacaran sama dia juga udah ngekos! Kosannya gue yang bayarin selama dia pacaran sama gue!" ucap Amygdala.
Acha malah tertawa mendengar jawaban Amygdala.
"Kenapa tertawa?" Amygdala malah heran.
"Baik banget sih abang...memberikan fasilitas untuk dia dan selingkuhannya bertukar keringat...Ha..ha..ha!" Acha menertawakan kebodohan Amygdala.
"Sialan! Bener juga yaah! Jangan-jangan bukan cuma si Riko...yang masuk ke sana!" Umpat Amygdala.
"Mangkanya Nin gak suka kamu sama dia, soalnya Bi Warti juga pernah bilang kalau dia pernah melihat Ashila sama pria yang sudah berumur lagi jalan bergandengan di depan sebuah hotel." Kata Nenek Shinta.
" Kenapa baru bilang sekarang?" Amygdala menatap Neneknya.
"Kan Nin..udah pernah bilang, kamunya saja yang gak denger malah misah misuh keluar dari rumah!" ujar nenek Sinta.
" Yaah...maklum lah Nin, Cinta itu memang bikin orang buta! Gak bisa lihat kejelekan pasangannya...yang dilihatnya ya cuma yang bagus-bagus aja!" Acha menurunkan kain kompresannya karena sudah mencair esnya.
"Pengalaman yaah?" sindir Amygdala yang kemudian berdiri dan keluar dari dapur. Meninggalkan dua wanita beda generasi itu, dalam obrolan mereka.
"Ini masaknya udah selesai Nin?" Acha baru ingat kalau tadi dia sedang membantu Nenek Sinta memasak,sebelum adegan tampar menampar terjadi.
"Udah doong, tinggal makan yuk!" Ajak Nek Sinta. Acha berdiri membantu menyiapkan makanan di meja makan.
"Cha..tolong panggilkan Dala di kamarnya di atas!" Setelah semua makanan siap Nek Sinta meminta Acha memanggil Dala. Acha mematung canggung.
"Emang gak apa-apa nek?" Acha merasa ragu.
"Cuma manggil buat makan,Cha...!" Kata nenek.
Baru saja Acha memutar badan untuk memanggil Dala, dari ruang tengah terdengar langkah kaki. Acha bernafas lega saat melihat Dala datang, jadi dia tidak harus ke kamarnya.
Acha memindai penampilan Dala yang sudah rapi dengan setelan kemeja polos berwarna biru tua, dengan lengan yang digulung sampai sikut, bawah kemeja sengaja dikeluarkan terlihat lebih santai. Acha akui lelaki ini sangat tampan.
"Kenapa gitu amat lihatin aku, baru sadar kalau aku ganteng?" Ucap Dala penuh percaya diri.
"Mmh..iya ganteng sih, cuma sayang, belum bisa buat aku jatuh cinta!" Ujar Acha sambil melengos pergi.
"Sekarang sih belum, lihat saja sebentar lagi! Kamu pasti akan jatuh cinta kepadaku!" Gumam Kavin. Dia lalu berjalan mengikuti Acha ke ruang makan.
"Mau kemana Dal, tumben sudah rapi?" Nenek Sinta melirik penampilan cucunya.
"Mau cari pacar baru sepertinya, Nin!" ledek Acha.
"Lho ngapain harus cari pacar baru, kan ada kamu, kamu aja lah yang jadi pacar barunya Dala!" Pinta Nenek.
"Mampus gue! Lagi-lagi kena sama omongan sendiri gue!" Acha mengumpat dirinya sendiri dalam hati.
"Emang harus diplester tuh mulutnya, biar gak sembarangan ngomong!" Amygdala malah kesel mendengar ucapan Acha.
"Emangnya mulutku lecet pake diplester segala!"
"Enggak sih, tapi aku bisa bikin mulutmu lecet!" Ujar Dala sambil tersenyum smirk.
"Isssh...gak ada niatan ganti cucu Nin? Nyebelin banget sih cucunya!" Acha mulai menyuapkan sendok berisi nasi ke mulutnya.
"Enggak ah..mau nambah cucu aja, buat teman hidup cucu Nin!" Ujar Nin.
"Bener Nin, harus ada yang nemenin biar gak dibego-begoin cewek lagi! Capek-capek kerja, eeh duitnya dihabiskan cewek gak bener! Rugi sekali!" Sindir Acha.
"Ya sudah kamu saja yang jadi teman hidup aku, biar gak dibegoin cewek lagi! Paling kamu yang bakal begoin aku! Tapi rela lah...!" ujar Amygdala.
"Huuuh berat sekali! Nantilah aku istikhoroh dulu!" Acha menyuapkan kembali nasi di sendoknya.
Drrrt..drrrt!
Ponsel Acha, berdering, Acha melihat nama kontak yang menghubunginya.
"Bang Andre editor?" Acha bergumam lalu menggeser tombol Hijau.
Acha
"Assalamualaikum, Bang!"
Andre
"Waalaikum salam, Cha... udah nyampe cafe belum? "
Acha mengernyitkan dahinya.
Acha
"Cafe apa bang?Emang kita ada janji ya?"
Andre
"Ya ampun Cha! Jangan bilang kalau kamu lupa, hari ini kita ada meeting dengan pimpinan kantor penerbit soal project promo bukumu itu! Suracha..suracha...ini mumpung pimpinannya lagi ada di sini! Pokoknya kamu segera ke Mokaya Cafe, ditunggu di sini! Jangan-jangan kamu belum mandi lagi!"
Acha
" Aduuuh...sorry bang saya beneran lupa! Bang Andre bener lagi, saya belum mandi, emang kecium sampe sana yaah?"
Andre
"Haaah...tahu ah... buruan ke sini, sekalian bawa hasil revisiannya. Sekarang Achaa!"
Dala yang melihat Acha menjauhkan ponselnya dari telinga, bisa menebak kalau lawan bicara Acha sedang berteriak.
"Kenapa? Dimarahin?" Tanya Dala. Namun Acha mengabaikan dan melanjutkan makannya, sayang banget kalau gak dihabiskan.
"iya...!" Acha menjawab juga karena dia gak enak melihat Dala yang seperti menunggu jawabannya.
"Kenapa?" Tanya Dala.
"Karena aku lupa kalau hari ini aku ada pertemuan! Terus disuruh datang cepet." Acha kemudian meneguk air di gelasnya. Dala memijit pelipisnya, gak paham dengan tingkah gadis ini. Disuruh datang cepat, malah santai ngabisin makanannya.
"Disuruh cepet-cepet kok malah santai sih?" Amygdala pun segera meneguk air putih di gelasnya.
"Masakan Nin enak! Sayang kalau gak dihabiskan." jawab Acha.
"Nin..maaf yah Acha harus langsung pulang nih, gak bantuin beresin dulu. Acha udah ditungguin soalnya." Acha merasa gak enak sudah makan pulang.
" Iya gak apa-apa, tenang saja! Sebentar lagi, Bi Warti juga datang kok! Sering-seringlah main ke sini, walaupun Dala gak di sini!"
"Insyaallah siap Nin..Acha pulang yaah!" Acha memeluk tubuh Nenek Sinta.
"Dala kamu antarkan Acha pulang yah!" Titah Nenek Sinta.
Amygdala melihat jam di pergelangan tangannya.
"Ayo aku antar!" Dala pun beranjak dari duduknya. Dia keluar lebih dulu memanaskan mobilnya. Sebenarnya dia sendiri ada pertemuan. Namun karena tadi sudah berjanji akan mengantar Acha pulang, jadi dia harus bertanggung jawab.
Kini Acha dan Amygdala sudah berada di dalam mobil.
"Bang kalau buru-buru, aku naik angkot aja gak apa-apa kok!" Acha merasa gak enak, karena sepertinya lelaki di sampingnya ini sedang mengejar waktu untuk menghadiri sebuah pertemuan.
"Gak apa-apa, santai saja! Aku anterin!" Kata Amygdala.
Tanpa ada pembicaraan lagi, mobil pun terus melaju ke rumah Acha.
"Makasih ya Bang, udah nganterin!" Kata Acha sambil membuka pintu mobil terburu-buru.
"Pertemuannya dimana Cha?Aku antar aja sekalian, udah terlambat kan kamu? Kalau naik angkutan umum tambah telat!" Entah kenapa, Amygdala merasa gak tega melihat Acha.
"Di Mokaya Cafe, Bang! Kalau begitu sebentar aku ambil laptopku dulu...!" Acha langsung berlari ke dalam rumah.
"Mokaya Cafe? Kok sama yah? Ck ..ah..mungkin kebetulan kali yaah!" Gumamnya lagi.
Acha sudah keluar lagi, dengan membawa tas ranselnya, tanpa berganti baju apalagi dandan, hanya menyemprotkan minyak wangi ke badannya. Lalu segera masuk lagi ke mobil Dala.
"Serius Cha.. pertemuannya di Mokaya cafe? Kok sama yah...? Aku juga ada meeting di sana." Ujar Dala.
"O...ya? Kebetulan sekali yah?" Jawab Acha.
Ponsel Dala berbunyi, dia pun segera memasang earphonenya ke telinganya.
Amygdala
"Assalamualaikum, Dre! Aku udah otewe maaf agak terlambat sepertinya, ada tamu dulu tadi di rumahnya! 20 menitan ya..silahkan pesan makanan duluan aja gak apa-apa!"
Ting!
pesan masuk di ponsel Acha, Acha membacanya lalu menghela nafas panjang.
Amygdala yang melihat kelegaan di wajah Acha, penasaran.
"Kenapa wajahnya lega gitu?" Dala memindai wajah Acha.
"Pimpinannya terlambat datang,.masih di jalan katanya." Acha bernafas lega, Amygdala mengernyitkan dahinya.
"Jangan...jangan...!" Amygdala tak mau menerka-nerka diapun memutuskan dugaannya.
Hidup ini sudah ada skenarionya, jadi semua yang terjadi memang sudah tertulis bukan sebuah kebetulan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 128 Episodes
Comments
Erni Fitriana
ternyataaa dala bos nya andre n acha suracha hoy hoy
2024-09-14
0
Elizabeth Zulfa
trnyata mereka mau meeting tpi gak saling tau satu sama lain ya 😁😁
2024-06-06
1
Nadiyah1511
kaaaaannnn takdir macam apa ini ..eh pimpinannya malah satu mobil🤭💜
2024-04-29
0