Amygdala berlari ke ruang tengah,menghampiri Pak Agung yang tadi berteriak.
"Acha kenapa,Pak?" Amygdala menatap wajah Pak Agung, lalu menatap Acha yang tengah mengerjap-ngerjapkan matanya.
"Duuuh...kalian berisik sekali sih! Acha ngantuk banget nih!" Acha menggeliat merentangkan tangannya.
"Astaghfirullah,Acha...kamu itu yaah hobi banget tidur sembarangan, asal kepalamu nempel,pasti langsung tidur! Sampe lupa yah kalau ada pacarnya di sini?" Pak Agung sampai geleng-geleng kepala melihat kelakuan puterinya.
"Pacaar...? Pacar siapa sih yaah? Acha gak punya pacar...!" Jawab Acha setengah sadar.
Puk...puk!
Pak Agung menepuk-nepuk pipi Acha.
"Bangun... bangun! Buka matanya! Bisa-bisanya tidur saat diapelin." Pak Agung ngomel-ngomel.
"Udah Pak gak apa-apa, tadi emang dia bilang ngantuk sih...!" kata Amygdala.
Suara Amygdala membuat mata Acha terbuka dengan segera.
"Lho...kok ada Bang Dala?" Acha menunjuk pada Dala, laku memcoba mengingat-ingat. Dia baru ingat kalau setelah dari toilet, dia gak jadi ke ruang tamu, karena mendengar Dala sedang asik ngobrol dengan ayahnya. Jadi dia memutuskan untuk membiarkan keduanya ngobrol, gak tahunya malah ketiduran.
"Lho kok ada bang Dala ..?" Ayah menirukan suara Acha.
"Ayah iiih! Aku kan emang ngantuk! Jadi gak inget kalau ada Bang Dala." Acha mencoba membela diri.
"Harusnya namamu puteri tidur bukan Hujan...!" seru Ayah.
"Eh..kenapa, kalau hujan itu memang enaknya ya tidur...! Jadi gak salah kalau aku selalu menikmati moment dengan tidur." Amygdala tersenyum, dan ayahnya masih saja menggelengkan kepalanya.
"Ya udah Cha, lanjut isrirahatnya, saya cuma mau pamit!" kata Amygdala.
"Pamit? Emang mau kemana?" kening Acha mengkerut mendengar kata pamit.
"Mau balik ke Bandung lah...libur tlah usai! Besok sudah harus kerja lagi!" Jawab Amygdala.
"Ooh...gitu yah?" Suara Acha melemah, entah kenapa dia sedikit tak rela saat lelaki yang beberapa hari ini menjadi bahan keusilannya pergi.
"O, iya...aku sampai lupa, baju yang dipinjamkan kemarin gak aku bawa." ucap Amygdala.
"Udah gak apa-apa, Nak! Itu baju kakaknya Acha, lagian Kakaknya Acha jarang pulang, sibuk kerja terus." kata Pak Agung.
"Ooh...Acha punya kakak toh? Berarti kakaknya laki-laki yah?"Amygdala sedikit penasaran.
"iya dia seumuran deh sepertinya sama Nak Dala." Kata Pak Agung.
"Baju Bang Dala juga, sepertinya sudah kering tapi belum disetrika, mau dibawa sekarang?" Acha hendak berdiri untuk mengambilnya.
"Gak usah, Cha! Simpan saja di sini, siapa tahu nanti saya ke sini, butuh ganti baju lagi. Dan kalau kamu kangen sama saya, bisa tuh dipeluk bajunya, sebagai obat kangen sementara!" Amygdala mencolek tangan Acha. Ayah yang melihatnya tertawa geli melihat candaan dua anak muda ini
"Pede amat bakal dikangenin aku...!" ucap Acha sinis.
"Iya dong, Ya sudah aku pamit ya... baik-baik di rumah jangan nakal! Kalau Acha nakal jewer aja Pak!" pesan Amygdala, sepertinya dia lupa kalau Acha itu anak ayahnya. Pak Agung tertawa mendengar nasihat lelaki yang dikiranya pacar anaknya.
"Memangnya aku anak kecil?"Acha mencebikkan bibirnya. Dia berdiri akan mengantar Amygdala ke depan. Amygdala juga pamit pada ibunya Acha.
"Jangan selingkuh yaaa! Selama aku pergi...!" bisik Amygdala.
Bugh!
Sebuah pukulan mendarat di tangan Amygdala.
"Kenapa mukul?" Acha malah melotot melihat Amygdala.
"Kamu pikir saya Ashila? Pake selingkuhin kamu segala, saya ini tipe perempuan setia, tapi kalau kesetiaan saya dinodai dan diremehkan siap-siap saja bakal jadi bubuk rengginang!"
"Iyaaa tenang saja,aku juga bakal setia kok sama kamu! Tapi ngomong-ngomong itu cowok yang selingkuh kemarin apa kabar yaah? Udah jadi bubuk rengginang belum yaaa?" Amygdala mengalihkan pandangannya ke arah lain.
"Belum, nanti juga bubuk sendiri itu mah, saya gak mau bersusah payah juga, untuk lelaki macam dia. Nanti dia kira dia begitu berharga di mata saya!"
"Ooh...begitu... berarti saya berharga yah di mata kamu, sampai-sampai diulti duluan!" Sindir Amygdala.
"Eh ini apaaan sih...kenapa dialognya udah kaya orang pacaran mau LDRan sih!" Acha baru sadar kenapa dia bicara seolah dia ini kekasihnya Amygdala.
"Mangkanya...yuuk ah...pacaran aja!" Ajak Amygdala.
"Ck gak jelas banget! Udah sana...saya mah kapok pacaran. Kalau pun sudah ada yang cocok mau langsung nikah aja, biar pacarannya halal." Celetuk Acha.
"Setuju...Ya sudah, nanti kalau aku balik lagi ke sini, aku langsung lamar kamu aja lah!" Amygdala begitu sumringah.
"Jangan cuma omdo, buktikan Bro! Sedang muak dengan kata-kata nanis yang ujung-ujungnya bikin nangis! Mendingan blak-blakan tapi memberikan kebahagiaan! Udah sana berangkat...! Sudah ngawur ini saya, ngomongnya...kebawa koslet sama anda Pak Amygdala. Hati-hati di jalan, jangan kebanyakan pikiran, kalau sudah sampai di tempat tujuan jangan lupa berikan kabar! Biar saya tahu...teman senasib saya selamat sampai tujuan!" Cerocos Acha.
"Oke tunggu bukti nyata dari saya, Nona Varsha Evara... saya pamit! Assalamualaikum..!"
"waalaikum salam...!" jawab Acha.
Amygdala langsung masuk ke dalam mobilnya, menyalakan mesin, lalu melambaikan tangan pada Acha, Acha pun balas melambaikan tangan, dibalas dengan sebuah senyuman penuh arti oleh Amygdala.
"Eh...kenapa berasa jadi pacarnya beneran sih? Duuh...Acha..Acha...jaga kewarasan Cha...masa baru putus gara-gara diselingkuhin harus jatuh cinta pada lekaki yang nasibnya sama siih ...?" Acha mengusap kasar wajahnya. Lalu masuk ke dalam rumah, setelah mobil Amygdala tak lagi terlihat.
*****
Amygdala yang kini sedang menyetir mobilnya sendirian menuju Bandung masih tersenyum, mengingat moment di rumah Acha.
" Kenapa gue merasa kayak lagi pacaran sama Acha yah. Ada rasa tak rela saat aku harus kembali ke Bandung. Rasanya berat saat akan jauh darinya. Padahal waktu sama Ashila biasa aja, saat akan kembali ke Bandung. Tidak seberat ini deh...apa mungkin aku beneran jatuh cinta sama dia yah? Atau ini hanya perasaan suka karena dia mempunyai kepribadian yang berbeda dari cewek-cewek yang pernah aku kenal sebelumnya. Varsha Evara...Hujan anugerah dari Tuhan. Bahkan kami dipertemukan dalam rinai hujan. Ah.... baru beberapa kilometer jauh darimu, Aku sudah rindu Cha..! Masa iya semudah ini aku jatuh cinta lagi, padahal kan baru kemarin aku pisah sama Ashila. Kemana perginya rasa cinta yang kupunya untuk Ashila? Aah...Ashila...kesalahanmu terlalu fatal hingga menghancurkan rasa cinta yang kupunya dengan begitu saja. Dia bahkan tak menyisakan sedikit pun rasa lain, selain benci dan rasa jijik. Sedangkan Acha, dia benar-benar seperti hujan yang meluruhkan rasa sakit dan kesedihan, dengan segala kesederhanaan dan kebersahajaannya yang apa adanya, tanpa pura-pura.
Bahkan cinta tak lagi memandang waktu kapan ia tiba, dia tak peduli meski ia datang pada hati yang sama-sama terlukai.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 128 Episodes
Comments
Erni Fitriana
quotes author bikin melting
2024-09-14
0
Arkan Nuril
kata2 romantis nya bikin meleleh
2024-01-27
2
uyhull01
emng iya serasa pcran tanpa tembak tembakan itu,
2024-01-22
0