Motor sport Amygdala melaju dibawah guyuran hujan, di tengah perjalanan Amygdala menepikan motornya, lalu membuka helmnya.
"kenapa berhenti? Kita kan belum sampai?" Gadis itu merasa heran.
" Nih pakai Dulu, hujannya lumayan deras! Apa mau berteduh dulu?" Amygdala memberi pilihan. Dia menyodorkan helmya tanpa menoleh ke belakang.
"Lanjut aja lah...tanggung udah basah! Helmnya kamu saja yang pakai!" Gadis itu menolak helm yang disodorkan Amygdala.
"Pake! Saya gak mau tanggung jawab lagi kalau kepalamu ditabrak nyamuk, terus kamu pingsan! Tambah ngerepotin aja!" Gadis itu mencebikkan bibirnya .
"Kalau gak ikhlas, mending jangan maksain! Dapat pahala enggak, rugi iya!" Sarkas Gadis ini. Sambil menerima helmnya dan memakainya. Amygdala pun kembali melajukan motornya, menembus derasnya hujan.
"Belok kanan, berhenti setelah dua rumah dari depan!" Gadis itu berteriak di samping telinga Amygdala, karena suaranya harus bersaing dengan deras suara hujan. Amygdala pun mengangguk, dan membelokkan motornya, lalu berhenti sesuai instruksi.
Gadis itu pun turun dari motor Amygdala.
"Turunlah dulu, hujannya terlalu deras!" Gadis itu membuka helmnya, lalu menyerahkan pada lelaki yang telah mengantarnya pulang. Namun seketika tubuhnya membeku, bukan karena dinginnya air hujan, namun karena wajah tampan yang ada di hadapannya. Matanya tak berkedip meski dijatuhi tetes air hujan jatuh berkali-kali di bulu mata lentiknya. Amygdala pun menerima helm yang masih berada di tangan gadis yang sedang menatap wajahnya tanpa berkedip.
"Kedip woiii... jangan mati berdiri karena menikmati kegantengan gue!" Amygdala menarik helm dari tangan Gadis itu.
"Lho..Acha, kenapa malah hujan-hujanan? Ini deras banget lho! Ajak masuk juga temannya!" Seorang lelaki paruh baya, keluar dengan memakai sarung.
Amygdala menoleh ke arah suara, lalu menganggukkan kepalanya.
"Ayo, turun dulu!" Ajak gadis itu. Mau tak mau Amygdala pun turun dari motornya, karena sejujurnya dia juga sudah mulai merasa kedinginan, karena hampir seluruh bajunya basah.
"Assalamualaikum..Pak!" Amygdala menyalami lelaki paruh baya itu sembari mencium punggung tangannya sebagai sebuah penghormatan.
"Kenapa berasa lagi ngapelin cewek gue, terus ketemu calon mertua yaa?" Gumam batin Amygdala.
"Waaalaikum salam.Ayo..masuk!" Lelaki paruh baya itu mempersilahkan Amygdala masuk. Namun Amygdala merasa tak enak karena bajunya hampir basah.
"Enggak usah, Pak! Ini baju saya basah semua, saya hanya mengantarkan puteri bapak pulang. Maaf saya malah bawa dia hujan-hujanan!" Entah kenapa Amygdala merasa tak enak sudah membawa gadis itu menerobos hujan.
"Tidak apa-apa, ayolah masuk dulu, setidaknya ganti baju yang kering!" Lelaki paruh baya itu menariknya masuk ke dalam.
Dari dalam, gadis itu menghampirinya dengan membawa handuk yang masih terlipat juga kaos dan celana yang terlipat rapi.
"Nih Bang! Mandi aja sekalian, terus ganti bajunya, walaupun gak baru tapi ini bersih kok." Acha menyerahkan handuk dan baju yang terlipat rapi.
"Hmmm...makasih! Bisa tunjukkan kamar mandinya dimana?" Acha kemudian berjalan mendahului untuk menunjukkan kamar mandinya.
"Ini Bang, kamar mandinya!" Setelahnya, Acha berbalik, dia juga akan mandi di kamar mandi yang ada di kamarnya tentu saja.
"Eh...tunggu! Siapa namamu?" Acha mengernyitkan dahinya, lalu tersenyum.
"Panggil saja Acha, lucu yah kita udah jalan sejauh ini, belum tahu nama masing-masing. Abang namanya siapa?" Acha balik bertanya nama. Rugi dong kalau lelaki itu tahu namanya, dia sendiri gak tahu nama lelaki itu.
"Amygdala...tapi biar gampang panggil Dala aja!" Acha pun mengangguk.
"Ya udah deh Bang, saya juga mau mandi..udah dingin nih!" Acha meninggalkan Amygdala yang kini malah tersenyum. Amygdala pun masuk ke dalam kamar mandi.
Sementara itu di ruang keluarga, Ibunya Acha, baru keluar selesai berganti baju sehabis mandi.
"Ada tamu, Yah?" Tanya Bu Nisa.
"Iya bu, temannya Acha, tolong buatkan kopi atau teh manis hangat, basah kuyup dia nerobos hujan sepertinya." Kata Pak Agung. Bu Nisa pun menuju dapur untuk membuat kopi. Bersamaan dengan Bu Nisa ke dapur, Dala pun keluar dari kamar mandi. Bu Nisa tertegun saat melihat betapa gantengnya lelaki yang keluar dari kamar mandinya.
"Eh..bu, ibunya Acha yah?" Dala pun menyalami perempuan yang usianya sekitar 45 tahunan itu.
"Eh...iya... Masya Allah, ganteng sekali, Aa ini pacarnya Acha?" Bu Nisa dengan santainya bertanya, karena baru kali ini Acha membawa seorang lelaki ke rumahnya, sudah bisa dipastikan kalau lelaki ini spesial. Amygdala bingung menjawabnya, dia hanya tersenyum.
"Ya sudah, tunggu di depan aja sama Ayah, mau dibuatkan kopi atau teh manis hangat?" Ibu mengambil dua gelas di rak tempat menyimpan alat makan.
"Kalau gak ngerepotin, kopi aja deh Bu!" Ucap Dala malu-malu.
"Ashiiaaap! Silahkan ditunggu di depan, pesanan akan seger datang!" Canda Bu Nisa.
" I-iya Bu, terima kasih sebelumnya." Dala pun menuju ruang keluarga.
"Sini duduk, Nak!" Pak Agung menyesap rokoknya. Melihat begitu nikmatnya Pak Agung merokok Dala pun ingin melakukannya, namun dia merasa gak enak.
" Kalau mau ngerokok, ngerokok aja tak usah sungkan! Cuma rokok Ayah, ya ini! Bukan rokok mahal!" Pak Agung menyodorkan rokoknya.
"Terima kasih, Pa! Kebetulan saya ada kok!" Dala mengeluarkan sebuah roko dari saku celananya.
Dua orang lelaki beda generasi itu pun terlibat beberapa percakapan. Bu Nisa masuk membawa dua gelas kopi di atas nampan dan sepiring singkong goreng. Acha juga baru keluar dari kamarnya, sudah segar tentu saja dengan baju kering.
"Waah enak nih hujan-hujan begini, makan singkong goreng!" Acha mengambil sepotong singkong goreng dari piring. Dala menoleh dan memindai penampilan Acha.
"Kenapa cantiknya bertambah sih? Jadi betah lihatnya, walaupun ngomongnya sedikit nyablak, tapi asik orangnya! Eh ..kenapa malah memujinya? Dan harusnya kan gue sakit hati, karena sudah dikhianati Ashila, tapi kenapa biasa saja yah? Padahal tadi lumayan nyesek!" Dala malah bermonolog dalam hatinya.
"Bang..wooiii! Ngedip..ngapain malah bengong lihatin saya? Terpesona yaah? Apa langsung jatuh cinta?" Acha menggerak-gerakkan tangannya.
" Achaaaa....mulutmu itu yaah!" Pak Agung memperingatkan Acha.
Dala langsung berkedip saat tangan Acha melambai-lambai di depan matanya.
" Eh...maaf!" Dala meraih gelas kopi lalu menyeruputnya.
"Kalian sudah pacaran berapa lama?" Tanya Bu Nisa.
Uhuk!Uhuk!
.Dala dan Acha tersedak berbarengan seperi sudah janjian sebelumnya, saat mendapat pertanyaan dari ibunya Acha. Acha meraih air minum yang ada di depannya, begitu juga Dala, dia meraih air putih yang ada di depannya.
"Ya ampun... saking kuatnya Chemistry, tersedak pun jadi kompak!" Kata Bi Nisa.
"Chemistry apa sih, bu? Tersedak ya tersedak aja apa hubungannya sama Chemistry?" Acha melanjutkan kembali makan singkongnya. Melihat Acha yang memakan goreng singkong dengan lahap, Dala pun penasaran, dia mengambil sepotong singkong goreng dan memasukkan ke dalam mulutnya.
"Mmmmmm...enak!" gumam Dala tanpa disadarinya. Dia lalu kembali memasukan singkong ke mulutnya.
"Laper apa doyan bang? Rakus amat,?" Sarkas Acha.
" Karena ini enak, sepertinya aku jadi suka deh!" katanya sambil menoleh pada Acha..
"Lanjut deh Bang kalau enak mah!" Kata Acha.
"Jadi kalian pacaran yaa?" Kali ini Pak Agung yang bertanya.
" Hmmm...iya!" Dala menjawab singkat, tanpa sadar, yang ada dia hanya sedang menikmati Singkong goreng.
"Haaaah!" Kali ini Acha yang berteriak, bersaman dengan kumandang adzan maghrib. Acha menatap Dala seolah minta penjelasan. Namun lelaki itu terlalu asik menikmati singkong goreng.
Rasa enak dan nikmat, memang terkadang melenakan membuat kita lupa akan banyak hal dan rasa lupa terkadang menjadi hal yang menjadi awal sumber permasalahan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 128 Episodes
Comments
Erni Fitriana
Amygdala...namanya unik😊...penulisan kalimat percakapannya asik dibacanya...sangat nyata kesan nya...bagus...lanjut thor😘😘😘😘
2024-09-13
1
Nadiyah1511
hahahaha gala sadar ga tuh ngomong gtu🤭🔥💜
2024-04-29
0
Sriza Juniarti
lanjut...kocak..semprul 🤭🥰
2024-04-28
0