Bab 3. Kita Sudah Selesai

    Amygdala masih asik dengan singkongnya, sementara Acha sudah misah misuh.

" Ya ampuuun! Nih orang sadar gak sih dia ngomong apa? Main iya aja! Ketemu aja baru, udah iyain aja kalau kita pacaran! Kapan nembaknya yang ada hampir nabrak sih iya...! Malah asik makan singkong lagi! Ish..gue geplak juga yah mulutnya!" Acha malah mendumel dalam hatinya.

"Sudah maghrib, sebaiknya kita sholat berjamaah di rumah aja yah! Hujannya masih deras." Pak Agung beranjak dari tempat duduknya, diikuti Bu Nisa. Sementara Dala, hanya mengangguk lalu mengikuti langkah Pak Agung.

      Ketiga orang itu langsung berjalan ke sebuah ruangan,yang berfungsi sebagai tempat sholat. Sedang Acha, dia masuk ke dalam kamarnya untuk berwudhu. Tak lama kemudian dia keluar dengan memakai mukena, lalu berjalan menuju mushola. Ayah, ibu dan Amygdala sudah bersiap di mushola tinggal menunggu dirinya.

"Nak..Dala, mau jadi imam?" Pak Agung menawari Amygdala untuk menjadi imam, Bukannya Amygdala yang menjawab, tapi Acha.

" Aduuh..gak usah nawarin dia jadi imam, Yah! Gak yakin aku, jangan-jangan niat sholat aja gak bisa! Mendingan ayah aja deh!" Melihat penampilan lelaki bertampang ganteng tapi badboy ini membuat Acha merasa tak yakin. Telinga pake anting, rambut gondrong, jauh dari kata sholih lah.

"Enak aja! Kalau gak bisa niat sholat gimana sholatnya? Bukan gak bisa, Yah. Tapi kan ada yang lebih tua,jadi lebih baik ayah saja yang jadi imam." Amygdala mempersilahkan Pak Agung yang jadi imam.

"Cih..cari alasan! Bilang aja gak bisa!" Timpal Acha.

"Eeh..kalian ini! Kok malah berdebat sih, kapan sholatnya? Udah ayah aja yang jadi imam, Yah!" Bu Nisa melerai perdebatan unfaedah keduanya.Pak Agung pun mengangguk, lalu menyuruh Amygdala untuk iqomah.

       Hujan mulai reda saat, mereka sudah selesai sholat maghrib. Ayah dan ibu masih tak beranjak dari mushola,sementara aku dan Amygdala memilih ke ruang keluarga. Masih dengan memakai mukena aku duduk berhadapan dengan Amygdala.

" Bang maksudnya apaan tadi mengiyakan kalau kita pacaran?" Acha sudah tak sabar meminta penjelasan dari Dala.

"Pacaran? Kita pacaran? Gimana mau pacaran kan baru ketemu tadi!" Dala mengernyitkan dahinya. Acha mengerjapkan matanya tak percaya dengan apa yang didengarnya.

"Waaaah.... beneran mabok yah! Sampe gak sadar mengiyakan pertanyaan ibu, kalau kita pacaran!" Acha mengangkat jari telunjuknya ke wajah Dala.

" Mabok apaan? Mabok singkong? Eh...emang tadi saya bilang iya yah?" Dala malah balik bertanya kepada Acha.

"Tahu ah! Gue lupa rekam tadi! Aku gak ikut-ikut, silahkan abang pertanggungjawabkan sendiri sama ayah dan ibu! Malah bikin saya tambah pusing! Saya udah mau bilang enggak, situ malah jawab iya!" Acha kesal dan mempout bibirnya. Dala melihat Acha tak berkedip.

"Cantik...juteknya bikin gemes! Dia juga gak jaim! Gak kaya Ashila, wajahnya topeng berlapis-lapis...cuih!" Dala menggelengkan kepalanya.

"Kenapa geleng kepala? Mau lepas tanggung jawab? Gak bisa yah! Jelasin yang sebenarnya sama ayah dan ibu saya, kalau kita gak pacaran! Sama pacar saya yang udah berkhianat sama saya saja belum putus, ini udah dikira pacaran lagi sama cowok yang baru aja kenal! Gue belum pindah aliran ke penganut poliandri kalii!" Acha melihat tajam kepada Dala.

"Eh...kamu nyindir saya?" Amygdala merasa tersindir saat Acha menyinggung pengkhianatan.

"Siapa yang nyindir? Emang pacarnya selingkuh juga?" Acha malah terlihat penasaran.

"Iya...emang kamu diselingkuhin pacar kamu juga?" Dala malah balik bertanya

"Diih ..ini kenapa malah saling lempar pertanyaan sih! Udah ah..sana pulang! Udah reda hujannya! Harusnya gue kan nangis, melihat pacar selingkuh sama sahabat sendiri. Kenapa ini malah lupa sama sakitnya yaa!" Acha menggaruk kepalanya yang tertutup mukena. Dala mengernyitkan dahinya, mendengar omelan Acha tentang perselingkuhan.

"Jadi dia beneran di selingkuhin pacarnya, makanya dia melamun dan gak sadar jalan di tengah jalan? Haaash...kenapa cerita kita sama yah, Cha?" Dala berkata dalam hatinya.

Amygdala menatap keluar pintu, hujan memang sudah reda. Dia pun memutuskan untuk pulang, badan dan pikirannya sudah merasa lelah. Dia ingin rebahan di atas kasurnya. Amygdala pun pamit pada kedua orang tua Acha.

       Bersamaan dengan motor Amygdala meninggalkan halaman rumah Acha, adzan isya berkumandang. Acha yang masih belum batal wudhunya pun langsung melaksanakan sholat isya. Setelah Isya,Acha tidak langsung tidur, dia membawa baju basah di kamarnya untuk dimasukan ke dalam mesin cuci yang ada di kamar mandi luar.

"Laah, baju basahnya si Kampret gak dibawa pulang! Ya udah deh gue cuci sekalian saja." Acha memasukan baju basah Amygdala ke dalam mesin cuci, bersatu dengan baju-bajunya.

"Eh...kenapa berasa jadi isterinya ya...? Ish..ada apa sih ni sama otak gue!" Acha mengetuk pelan kepalanya.

*****

      Minggu pagi yang cerah, Acha sudah bersiap dengan training dan kaos panjangnya. Dia memakai sepatu olahraganya, sambil duduk di teras. Pagi ini dia berniat lari pagi di stadion. Semalam saat ada Amygdala dia sama sekali lupa dengan rasa sakitnya melihat perselingkuhan Haidar kekasihnya dengan Isma sahabatnya. Namun pagi ini dia malah ingat kembali bayangan Haidar dan Isma yang berpelukan mesra saat keluar dari hotel. Jadi pagi ini dia memutuskan untuk melupakan semuanya dengan berlari, lari dari kenyataan, eh! Karena masih terlalu pagi, Acha memutuskan untuk berjalan kaki dulu ke stadion yang berjarak kurang lebih 1Km, sambil menikmati segarnya udara pagi. Namun pada kenyataannya bukannya jalan Acha malah lebih memilih mulai berlari, sambil mendengarkan musik melalui earphone yang terpasang di telinganya. Dia berlari tanpa menoleh kanan kiri, hingga tak terasa kini dia sampai di stadion, dia masuk ke dalam stadion, lalu melanjutkan berlari mengitari stadion. Stadion lumayan lari, beberapa orang benar-benar berolah raga seperti dirinya, dan sebagian lagi hanya duduk di tepi sambil makan cemilan menonton kami yang dibanjiri keringat. Dan sebagian lagi berada di lapangan, tapi bukan untuk berolahraga, melainkan mengambil gambar dan videonya sendiri untuk mengisi instastorry.

     Sudah hampir lima putaran Acha berlari mengitari lapangan sepak bola ini, kaosnya sudah basah, wajahnya pun sudah dipenuhi butiran keringat. Acha menepi, meluruskan kakinya lalu mengelap keringatnya yang jatuh di pelipisnya.

"Yaah lupa bawa minum lagi!" Acha bergumam sendir. Namun tiba-tiba sebotol air mineral tersodor ke hadapannya. Acha mendongakkan kepalanya, lalu berdiri saat melihat siapa yang ada di belakangnya. Lelaki yang masih menempati hatinya, namun pada sisi yang berbeda. Acha menepuk-nepuk celananya, namun dia tidak menerima botol air mineral yang disodorkan kepadanya.

"Hai...kenapa gak bilang kalau mau joging? Aku kan bisa temenin!" Haidar membuka tutup botol air mineral dan memberikannya pada Acha. Merasa tak enak, Acha pun hanya menerima tanpa berniat meminumnya. Dia menutup kembali botol air mineral itu. Lalu berjalan, Haidar mengernyitkan dahinya melihat sikap Acha yang di mata Haidar masih kekasihnya.

"Sengaja, lagi ingin jalan sendiri aja! Aku gak mau ganggu kesibukan kamu." Acha tak menghiraukan Haidar yang masih mengikutinya di belakang. Melihat sikap Acha, Haidar merasa ada sesuatu yang tak beres.

"Cha...tunggu! Kanu kenapa sih, sinis amat sama aku? Aku bikin salah ya sama kamu?" Haidar menyekal pergelangan tangan Acha. Acha menghentikan langkahnya dan berbalik, dia menelisik wajah kekasihnya yang sudah mengkhianatinya.

" Ya ampuuun, wajahmu itu lho Dar! Watados banget , sampai pengen gue jotos!" Acha hanya menggerutu dibdalam hatinya. Saat melihat tak ada raut rasa bersalah di wajah Haidar.

"Kenapa malah tanya sama aku? Kamu merasa bikin salah gak sama aku?" Acha malah membalikkan pertanyaan. Haidar mengernyitkan keningnya mencoba mengingat tentang kesalahan apa yang sudah dilakukan pada Acha. Tapi dia tak mengingatnya.

"Aku gak tahu,Cha...!" Haidar menyerah, karena dia tak bisa mengingat kesalahannya.

" Ya sudah, kalau kamu tak mengingatnya..!" Acha melanjutkan langkahnya. Dari kejauhan dia melihat Isma sedang duduk sendiri di sebuah bangku. Acha berbalik menoleh kepada Haidar.

"Kamu ke sini, sengaja ketemu aku atau janjian sama orang lain,Dar?" Mendapat pertanyaan seperti itu, jelas membuat Haidar sedikit kikuk. Karena sebenarnya dia memang janjian bertemu dengan orang lain, namun saat dia masuk ke stadion dia melihat Acha yang duduk di tepi lapangan

"Haah ..eh..ya sengaja ketemu kamu lah! Lagi pula janjian sama siapa?" Meskipun berusaha bersikap sewajar mungkin, namun Acha bisa melihat kegugupan Haidar. Acha kemudian tersenyum, dia menarik tangan Haidar dan melingkarkan tangannya di tangan Haidar.

"Ayo kita ke sana...!" Acha berjalan dengan wajah riang, walau hatinya mangkel setengah mati. Mungkin sudah saatnya dia menyudahi hubungan yang memang harus disudahkan. Dan pada hari ini dengan sukarela dia akan menyerahkan Haidar pada sahabatnya.

"Isma, kamu sendirian?" Acha menyapa Isma yang sedang menelpon, dan di saat yang sama nada dering di ponsel Haidar pun berbunyi. Isma mendongakkan kepalanya, dia langsung mematikan ponselnya, dan nada dering di ponsel Haidar pun berhenti. Acha tersenyum smirk.

"Sepertinya Engkau pun meridhoi keputusanku ini, ya Allah! Bismillahirrahmanirrahim...!" Gumam hati Acha.

Baik Haidar maupun Isma, keduanya terlihat gugup dan salah tingkah. Acha malah melebarkan senyumnya, menatap Isma kemudian bergantian menatap Haidar.

"Oooh...ya ampuun! Kalian berdua kenapa sih? kenapa gugup begini, seperti dua orang yang ke gap selingkuh sama salah satu pasangannya! Apa jangan-jangan begitu yah?" Acha mendekatkan wajahnya pada Isma.

" Kamu selingkuh sama Haidar, Ima?" Wajah Isma memucat seketika.

"E-enggak kok...masa aku selingkuh sama pacar sahabat aku sendiri sih!" Suara Isma sedikit bergetar, pun ia tak berani memandang wajah Acha.

"Santai aja, Ma! Kalau emang gak selingkuh mah. Kamu mungkin yang selingkuh,Dar?" Kali ini Acha menatap Haidar dengan lekat, menatap mata yang dia yakin akan meluncurkan kebohongan untuk menyangkal.

"Apa sih, Cha! Gak usah mikir yang aneh-aneh deh!" Haidar menyugar rambutnya. Kelakuan dua orang di hadapannya benar-benar membuatnya muak. Acha menarik nafas panjang.

" Sudahlah...kalian jangan mempersulit diri kalian dengan kemunafikan, gak capek emang menyembunyikan hubungan kalian? Gak usah bersembunyi lagi, gue udah tahu! Kemarin gue lihat kalian berdua keluar dari sebuah hotel, mesra lagi! Kenapa sekarang jauh-jauhan begini?" Acha bersidekap, sambil menyaksikan wajah penuh keterkejutan dari dua orang munafik di depannya. Dia lalu menghadapkan wajahnya pada Haidar.

"Ish...Dar der dor...mulai hari ini, lu gue end!" Ujar Acha santai. Kini dia membalikkan badannya menghadap Isma.

"Dan untukmu Ima, kamu sahabat terbaikku, jadi untukmu kurelakan dia untuk menjadi milikmu seutuhnya! Buruan tobat deh kalian berdua, urus berkas kemudian daftar ke KUA, nanti keburu tekdung, kan kasihan anak kalian nantinya! Udah yah kita selesai, dan kalian berdua silahkan mulai!" Acha berjalan ke depan menuju tukang bubur ayam yang ada di depannya.

"Cha...tunggu!" Haidar memanggil Acha. Namun Acha mengabaikan dia langsung duduk di penjual bubur, di depan seorang lelaki bertopi yang sedang tersenyum.

Melepaskan yang memang tak seharusnya digenggam, akan lebih memudahkan hati untuk rela, meski awalnya terpaksa dan tetap terluka.

Terpopuler

Comments

Siti Nadiyah

Siti Nadiyah

begitu lebih baik ya cha

2024-04-29

0

Rohad™

Rohad™

Awkwkwokwok 😆

2024-04-20

0

Baihaqi Sabani

Baihaqi Sabani

itu lelaki bertopi yg di bubur ayam pasti amygdala

2024-01-29

2

lihat semua
Episodes
1 Bab 1. Luka di Bawah Guyuran Hujan
2 Bab 2. Gara-gara Makan Singkong
3 Bab 3. Kita Sudah Selesai
4 Bab 4. Kita Pacaran Aja, Yuuk!
5 Bab 5. Kamu Mau Aku Muliakan?
6 Bab 6. Dikenalin Sama Cucu Nenek
7 Bab 7. Kita Sudah Selesai
8 Bab 8. Maaf, Aku Belum Jatuh Cinta...
9 Bab 9. Lho Kok Barengan?
10 Bab 10. Sepiring Pisang Goreng
11 Bab 11. Seperti Pacar beneran
12 Bab 12.Wajah Acha Di Tumpukan Berkas
13 Bab 13. Calon Suami Acha
14 Bab 14. Restu Bunda
15 Bab 15. Takdir Yang Tak Terduga
16 Bab 16. Acha Baper...
17 Bab 17. Kok Bisa?
18 Bab 18. Mamang Grab Ganteng
19 Bab 19. Takut Jatuh Cinta
20 Bab 20. Aku Tidak Bisa Berjanji...Cha!
21 Bab 21. Acha yang Berbeda
22 Bab 22. Deal Jadi Pacar Beneran Yaa!
23 Bab 23. Tak Menyadari Perasaannya Sendiri...
24 Bab 24. Pacarnya yang Merasa Pacarku!
25 Bab 25. Bismillaah Mencintaimu...
26 Bab 26. Maunya Acha...
27 Bab 27. Bertemu Riko
28 Bab 28. Seperti Martabak Spesial
29 Bab 29. Ternyata Acha...
30 Bab 30. Mengikuti Kata Hati
31 Bab 31. Kamu Bajingan...
32 Bab 32. Acha yang Berisik
33 Bab 33. Menyimpan Rahasia
34 Bab 34. Cepu Atau Intel?
35 Bab 35. Tawakkal
36 Bab 36. Menunggu Jawaban Acha
37 Bab 37. Sefrekuensi
38 Bab. 38. Tiga Kata Keramat
39 Bab 39. Rider Keren...
40 Bab 40. Gue Gak Peduli!
41 Bab 41. Bertaruh
42 Bab 42. Aku Bukan Pecundang!
43 Bab 43. Suka Melihatmu!
44 Bab 44. Qodarullah, Cha!
45 Bab 45. Acha Tiba di Bandung
46 Bab 46. Amygdala dan Bisikan Acha
47 Bab 47. Acha Terkejut
48 Bab 48. Devan Marah
49 Bab 49. Acha Yang Selalu Mengejutkan
50 Bab 50. Dapur
51 Bab 51. V.E
52 Bab 52. Kehadiranmu
53 Bab 53. Tentang Perasaan
54 Bab 54. Rahasia Kita
55 Bab 55. Didukung Bunda
56 Bab 56. Rahasia Acha dan Bunda
57 Bab 57. Kenalan sama Owner Cafe Jingga
58 Bab 58. Acha Masih Tak Percaya
59 Bab 59. Acha dan Piala Berjalan
60 Bab 60. Pertarungan Acha
61 Bab 61. Pasangan Aneh
62 Bab 62. Acha Demam
63 Bab 63. Perhatian Ugal-ugalan Amygdala.
64 Bab 64. Sefrekuensi
65 Bab 65. Tak Salah Pilih
66 Bab 66. Live Tiktok
67 Bab 67. Rasa Penasaran Nisya
68 Bab 68. Bye...Tante!
69 Bab 69. Acha Baper!
70 Bab 70. Cuma Dua Digit, Cha!
71 Bab 71. Nanti Setelah Akad...
72 Bab 72. Kesederhanaan Acha
73 Bab 73. Tantangan Bunda
74 Bab 74. Geli
75 Bab 75. Kantor Geng Motor
76 Bab 76. Diumpetin Dimana?
77 Bab 77. Pulang Kampung
78 Bab 78. Acha Gabut
79 Bab 79. Ijab Qabul
80 Bab 80. Sprei Putih
81 Bab 81. Kamu Yang Pertama,Cha!
82 Bab 82. Kita Sholat Sunah Dulu, Cha!
83 Bab 83. Ikatan yang Sah
84 Bab 84. Selamat Menjadi Seorang Isteri!
85 Bab 85. Dijodohkan Tuhan
86 Bab 86. Bertemu Haidar
87 Bab 87. Di Rumah Nin!
88 Bab 88. Bertemu Bakteri
89 Bab 89. Satu Pemikiran
90 Bab 90. Bersamamu Aku Bahagia!
91 Bab 91. Coklat
92 Bab 92. Sarapan Pagi Di Marlioboro
93 Bab 92. Hanya Oke?
94 Bab 94. Buat Satu Bulan apa Satu Tahun?
95 Bab 95. Pelukan Di Balik Senja
96 Bab 96. Dinner
97 Bab 97. Terlambat
98 Bab 98. Jangan Sombong
99 Bab 99. Bertahanlah!
100 Bab 100. Siuman
101 Bab 101. Cintaku Mentok Di Kamu!
102 Bab 102. Sampai Bertemu Besok, Cha!
103 Bab 103. Kejutan
104 Bab 104. Varsha Evara Lagi...
105 Bab 105. Acha Naik Stage
106 Bab 106. Gak Mau Dipanggil Ibu!
107 Bab 107. Menginginkan Pengakuan
108 Bab 108. Gak Usah Ngajak!
109 109. Karenanu Aku Tertawa
110 Bab 110. Kemesraan yang Unik
111 Bab 111. Jangan Tinggalkan Aku!
112 Bab 112. Kelakuan Acha
113 Bab 113. Keroncong Vs Dangdut
114 Bab 114. Gak Salah,Bang?
115 Bab 115. Baper!
116 Bab 116. Kegilaan Pagi Ini
117 Bab 117. She's Mine!
118 Bab 118. Berghibah...
119 Bab 119. Dicuekin...
Episodes

Updated 119 Episodes

1
Bab 1. Luka di Bawah Guyuran Hujan
2
Bab 2. Gara-gara Makan Singkong
3
Bab 3. Kita Sudah Selesai
4
Bab 4. Kita Pacaran Aja, Yuuk!
5
Bab 5. Kamu Mau Aku Muliakan?
6
Bab 6. Dikenalin Sama Cucu Nenek
7
Bab 7. Kita Sudah Selesai
8
Bab 8. Maaf, Aku Belum Jatuh Cinta...
9
Bab 9. Lho Kok Barengan?
10
Bab 10. Sepiring Pisang Goreng
11
Bab 11. Seperti Pacar beneran
12
Bab 12.Wajah Acha Di Tumpukan Berkas
13
Bab 13. Calon Suami Acha
14
Bab 14. Restu Bunda
15
Bab 15. Takdir Yang Tak Terduga
16
Bab 16. Acha Baper...
17
Bab 17. Kok Bisa?
18
Bab 18. Mamang Grab Ganteng
19
Bab 19. Takut Jatuh Cinta
20
Bab 20. Aku Tidak Bisa Berjanji...Cha!
21
Bab 21. Acha yang Berbeda
22
Bab 22. Deal Jadi Pacar Beneran Yaa!
23
Bab 23. Tak Menyadari Perasaannya Sendiri...
24
Bab 24. Pacarnya yang Merasa Pacarku!
25
Bab 25. Bismillaah Mencintaimu...
26
Bab 26. Maunya Acha...
27
Bab 27. Bertemu Riko
28
Bab 28. Seperti Martabak Spesial
29
Bab 29. Ternyata Acha...
30
Bab 30. Mengikuti Kata Hati
31
Bab 31. Kamu Bajingan...
32
Bab 32. Acha yang Berisik
33
Bab 33. Menyimpan Rahasia
34
Bab 34. Cepu Atau Intel?
35
Bab 35. Tawakkal
36
Bab 36. Menunggu Jawaban Acha
37
Bab 37. Sefrekuensi
38
Bab. 38. Tiga Kata Keramat
39
Bab 39. Rider Keren...
40
Bab 40. Gue Gak Peduli!
41
Bab 41. Bertaruh
42
Bab 42. Aku Bukan Pecundang!
43
Bab 43. Suka Melihatmu!
44
Bab 44. Qodarullah, Cha!
45
Bab 45. Acha Tiba di Bandung
46
Bab 46. Amygdala dan Bisikan Acha
47
Bab 47. Acha Terkejut
48
Bab 48. Devan Marah
49
Bab 49. Acha Yang Selalu Mengejutkan
50
Bab 50. Dapur
51
Bab 51. V.E
52
Bab 52. Kehadiranmu
53
Bab 53. Tentang Perasaan
54
Bab 54. Rahasia Kita
55
Bab 55. Didukung Bunda
56
Bab 56. Rahasia Acha dan Bunda
57
Bab 57. Kenalan sama Owner Cafe Jingga
58
Bab 58. Acha Masih Tak Percaya
59
Bab 59. Acha dan Piala Berjalan
60
Bab 60. Pertarungan Acha
61
Bab 61. Pasangan Aneh
62
Bab 62. Acha Demam
63
Bab 63. Perhatian Ugal-ugalan Amygdala.
64
Bab 64. Sefrekuensi
65
Bab 65. Tak Salah Pilih
66
Bab 66. Live Tiktok
67
Bab 67. Rasa Penasaran Nisya
68
Bab 68. Bye...Tante!
69
Bab 69. Acha Baper!
70
Bab 70. Cuma Dua Digit, Cha!
71
Bab 71. Nanti Setelah Akad...
72
Bab 72. Kesederhanaan Acha
73
Bab 73. Tantangan Bunda
74
Bab 74. Geli
75
Bab 75. Kantor Geng Motor
76
Bab 76. Diumpetin Dimana?
77
Bab 77. Pulang Kampung
78
Bab 78. Acha Gabut
79
Bab 79. Ijab Qabul
80
Bab 80. Sprei Putih
81
Bab 81. Kamu Yang Pertama,Cha!
82
Bab 82. Kita Sholat Sunah Dulu, Cha!
83
Bab 83. Ikatan yang Sah
84
Bab 84. Selamat Menjadi Seorang Isteri!
85
Bab 85. Dijodohkan Tuhan
86
Bab 86. Bertemu Haidar
87
Bab 87. Di Rumah Nin!
88
Bab 88. Bertemu Bakteri
89
Bab 89. Satu Pemikiran
90
Bab 90. Bersamamu Aku Bahagia!
91
Bab 91. Coklat
92
Bab 92. Sarapan Pagi Di Marlioboro
93
Bab 92. Hanya Oke?
94
Bab 94. Buat Satu Bulan apa Satu Tahun?
95
Bab 95. Pelukan Di Balik Senja
96
Bab 96. Dinner
97
Bab 97. Terlambat
98
Bab 98. Jangan Sombong
99
Bab 99. Bertahanlah!
100
Bab 100. Siuman
101
Bab 101. Cintaku Mentok Di Kamu!
102
Bab 102. Sampai Bertemu Besok, Cha!
103
Bab 103. Kejutan
104
Bab 104. Varsha Evara Lagi...
105
Bab 105. Acha Naik Stage
106
Bab 106. Gak Mau Dipanggil Ibu!
107
Bab 107. Menginginkan Pengakuan
108
Bab 108. Gak Usah Ngajak!
109
109. Karenanu Aku Tertawa
110
Bab 110. Kemesraan yang Unik
111
Bab 111. Jangan Tinggalkan Aku!
112
Bab 112. Kelakuan Acha
113
Bab 113. Keroncong Vs Dangdut
114
Bab 114. Gak Salah,Bang?
115
Bab 115. Baper!
116
Bab 116. Kegilaan Pagi Ini
117
Bab 117. She's Mine!
118
Bab 118. Berghibah...
119
Bab 119. Dicuekin...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!