. Dengan gemas Acha terus memukul lengan Dala. Dala meringis saat Acha tak berhenti memukulnya.
"Heh...stop...stop...stop! Sengaja emang ya, lu jadiin gue samsak pelampiasan! Mana tenaga lu lumayan gede lagi!" Dala menangkap tangan Acha yang tadi memukuli tangannya. Acha pun berhenti memukul lengan Dala.
"Salah sendiri, gampang amat tuh mulut ngajak pacaran, emang boleh segampang itu?" Acha malah duduk di bangku taman yang sedang dilewatinya. Dia menyelonjorkan kakinya. Dala malah ikut duduk di sampingnya.
" Bolehlah..gak ada undang-undang yang melarang pacaran tiba-tiba." Dala malah mengeluarkan rokoknya, menyulut lalu menyesapnya.
"Cih...pacaran macam apa yang tiba-tiba, tanpa ada rasa cinta! Ini mah jadinya pacaran gara-gara sama-sama diselingkuhi pacar!"
"Naaah...boleh tuh jadi alasan!" Jawab Dala dengan entengnya, padahal Acha hanya ngomong random. Membuat Acha menarik nafas panjang. Baru kali ini ketemu cowok macam ini. Tapi Acha merasa heran, kenapa nih cowok diselingkuhin tapi gak kelihatan kecewa, atau sakit hati yah?
"Pas mergokin pacarmu sedang ML, pastinya kamu sakit hati yaah? Soalnya aku aja, cuma lihat mereka keluar dari hotel sakit hati banget! Pengen nyamperin terus kutampar bolak balik, kubenyek-benyek muka kedua orang itu. Apalagi kamu, lihat mereka langsung seperti itu...!" Acha bergidik membayangkannya, sakit hati, jijjk, ingin marah, ingin menjambak pastinya.
"Pas gue lihat, terus terang gue marah dan kecewa lah melihat pacar gue ML sama cowok lain. Tapi lama kelamaan gue jijik lihat mereka. Tadinya gue mau langsung cabut balik kanan. Tapi gue gak mau ribet nyari alasan buat putus. Gue buka lebar-lebar aja pintunya sekalian, terus kasih peringatan sama mereka, kalau mau begituan jangan lupa tutup pintu! Terus gue gas keluar dari sana menembus hujan. Eeh...di tengah jalan malah ketemu cewek putus asa, jalan makin ke tengah, bikin gue jatuh!" Dala menyesap lagi rokoknya.
"Gue bukan putus asa ya! Gue cuma gak percaya aja, kok bisa cowok tipe ustadz seperti Haidar selingkuh sama sahabat gue sendiri. Keduanya kelihatan alim malah, gak kayak gue, apa gara-gara gue gak kalem yaa Haidar selingkuh?"
"Bukan... gara-gara lu gak kalem, gara-gara lu gak mau dibawa belok ke hotel jadi dia nyari yang mau!" jawab Dala asal. Acha langsung menghadapkan badannya ke arah Dala, membuat Dala sedikit terkejut.
"Eeh...emang gitu yaah? Apakah laki-laki pacaran itu emang buat grepe-grepe, dan ke situ aja tujuannya yaah?" Acha jadi penasaran.
"Enggak juga! Gue selama pacaran sama cewek gue, gak sampe grepe-grepe gitu, cuma kissing ringan aja!" Dala kemudian mengernyitkan dahinya begitu juga dengan Acha.
"Jangan-jangan pacar kita selingkuh, gara-gara kita gak mau begituan yaah!" Acha mengetuk-ngetuk dahinya.
"Sepertinya begitu yaah, soalnya gue juga gak pernah mau, kalau cewek gue ngajak lebih, takut dosa gede gue! Soalnya dosa gue udah seabrek!" Dala kembali menyesap rokoknya.
"Nah, Cha! Berarti nanti kalau kita pacaran biar gak diselingkuhin, kita harus mau kayak mereka tuh ML dan digrepe-grepe!" Dala iseng menggoda Acha.
"Ooooh....gitu yah! Mendingan langsung nikah aja kalau gitu mah, gak usah pacaran! Cuma nambah dosa aja!"
"Gue setuju! Ya udah, yuk!" Dala mengulurkan tangannya pada Acha. Acha mendongakkan kepalanya.
"Kemana?"
"Katanya langsung nikah, gue setuju! Ayo kita nikah!" Acha meraih bungkus rokok yang masih ada isinya, dan melempar kepada Dala. Dala malah tertawa sambil menangkis bungkus rokok yang dilempar kepadanya, lalu mengambilnya.
"Heran gue! Mulutnya gampang banget ngajak yaaa!" Acha merenggut kesal.
"Ayo aku antar pulang...!" Dala menghentikan tawanya, dan mengajak Acha pulang.
"Gak mau, nanti malah diculik lagi!" Acha merasa gak enak, jadi dia menolak.
"Kapan lagi diculik Abang-abang ganteng seperti aku! Ayo...cepet!"
"Dih...narsis! Mengakui kegantengan sendiri, walaupun emang iya sih ganteng!" Gumam Acha. Dala mendengarnya, namun dia lebih memilih diam dan tersenyum. Keduanya berjalan menuju tempat dimana Dala memarkirkan mobilnya.
Di dalam mobil, Acha tak banyak bicara, dia lebih asik melihat keluar jendela. Dia merasa canggung, dan sedang mengamankan jantungnya yang berdegup kencang.
"Yaaah...sepi, kayak di kuburan! Kenapa gak ngoceh,Cha? Kamu lebih asik kalau ngoceh, daripada diem gini! Berasa jalan sama boneka." ujar Dala.
"Ngapain ngoceh kalau gak dibayar, buang-buang energi!" jawab Acha.
" Waaah udah memperlihatkan kematreannya nih!" Sindir Dala.
"Bukan matere, tapi usaha!" Kata Acha lagi.
"Tapi aku gak masalah punya isteri matere, biar semangat cari duitnya, untuk memenuhi kematrean isteri."
"Eh...berkah tahu rezekinya, akan bertambah pula, kalau suami memuliakan isterinya itu."
"Kamu mau aku muliakan...?"
"Mau lah...eh...!" Lagi-lagi Acha masuk pada jebakan Dala. Dala menoleh dan tertawa melihat ekspresi lucu Acha.
Drrrt
Ponsel Amygdala berdering.
"Cha tolong angkat terus loud speaker yaa!" Acha pun menurut karena Dala sedang menyetir. Acha memegangi ponsel Dala dan lebih mendekatkan ke wajah Dala.
Amygdala :
"Assalamualaikum, nin! Ada apa?"
Nin Amygdala:
"Kamu dimana? Jemput Nin, bisa gak?"
Amygdala:
"Bisa dong, emang Nin lagi dimana?"
Nin Amygdala :
"Di pasar yang deket kantor pos!"
Dala melirik Acha, sambil menggerakkan bibirnya .
"Kamu tahu?" tanpa bersuara. Acha pun mengangguk.
Amygdala :
"Oke nin, otewe...!"
Sambungan pun terputus setelah masing-masing mengucap dan menjawab salam.
"Beneran tahu nih?" tanya Amygdala.
"Iya tahu...aku orang Kuningan asli!" Kata Acha.
"Aku juga, Nenekku orang sini!" Acha melirik dengan side eyes bombastisnya.
"Orang asli kok gak tahu Pasar Pos!" Sindir Acha.
"Kan aku mah introvert, jadi diem aja di rumah!" Amygdala memasang ekspresi kalem.
"Preet! Introvert dari Hongkong! Apa hubungannya introvert dengan gak tahu pasar!" ujar Acha sinis.
"Ada lah, biasnya kan anak introvert itu sukanya menyendiri si pojokan rumah...!"
" Terus memeluk lututnya dengan membenamkan kepalanya di atas lututnya, lalu tubuhnya bergetar...! Itu mah kamu yang dimarahin nenekmu gara-gara salah jemput! Di suruh jemput nenek, malah jemput mpok Lela penjual cocor bebek! Alhasil dimarahin lah, sampe di cepret pake lidi, saking introvertnya gak kenal nenek sendiri!" Acha berseloroh dengan mendeskripsikan sebuah keadaan.
"Ha..ha..ha! Kamu penulis novel yah?" Tanya Dala tiba-tiba.
"Kok tahu?" jawab Acha spontan.
" Ya tahulah soalnya kamu sudah menyebarkan virus tawa dengan adegan barusan!"
Acha mendelikkan matanya, kirain dia beneran tahu kalu Acha seorang penulis.
Dala kembali melajukan mobilnya, dengan santai. Dua hari ini hidupnya terasa lebih menyenangkan sejak bertemu Acha. Bahkan rasa kecewa karena pengkhiantan kekasihnya pun memuai entah kemana.
"Stop depan aja Bang, parkir di sini! Soalnya gak bisa parkir di depan, tempat berhenti delman!" Jelas Acha. Dala pun menurut dan membelokkan mobilnya.
" Kita jalan sedikit gak apa-apa yah!" Kata Acha.
"Jauh juga gak masalah asal sama kamu!" Jawab Dala santai. Sedangkan Acha hanya mencebikkan bibirnya, meski wajahnya menampakkan ekspresi yang biasa saja, namun sesungguhnya di dalam hatinya sedang diputar musik jedag jedug!
" Nin nya lagi dimana?" Tanya Acha
"Gak tahu!" Dala mengangkat bahunya. Sumpah demi apapun Acha sangat kesal. Dia menepuk dahinya sendiri.
"Ya ditelpon lah Dalloot!" Ujar Acha kesal.
" Iyaaa...iya...ini mau! Kesel yah? Pengen jadiin aku suaminya jadinya?" Dala masih menggoda Acha meski Acha sudah terlihat sangat kesal.
Mereka terus berjalan menyusuri gang sempit pasar itu. Acha menengok ke belakang, melihat Dala yang masih menghubungi nenek nya.
Bruk!
Tanpa sengaja Acha bertabrakan dengan seseorang karena keteledorannya.
"Aduuh...Ibu maaf saya gak sengaja!" Acha pun mengambil Kantong belanjaan yang terjatuh, lalu menyerahkan kepada ibu yang tadi ditabraknya.
"Eh...iya gak apa-apa, ibu juga minta maaf lagi meleng, ini ada yang nelpon tapi susah ngambil ponselnya. Kamu cantik sekali, mau dikenalin sama cucu ibu gak?" Ujar nenek itu. Acha malah bengong mendapat petanyaan itu.
"Yaah Cha..gak diangkat..! Lho....Nin?" Dala terkejut saat membalikkan badan, begitu pula dengan Acha lebih terkejut saat mendengar panggilan Dala.
Ketika hidupmu seperti candaan dalam pandanganmu, namun siapa tahu, bisa saja itu adalah keseriusan takdir yang Tuhan perlihatkan perlahan kepadamu...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 128 Episodes
Comments
Erni Fitriana
fix ninnnn...langsung bawa ke KUA mereka berdua
2024-09-14
0
Nadiyah1511
takdir macam apa ini...ga usah d kenalin nin bentar lagi otw KUA
2024-04-29
0
uyhull01
gak usah d kenalin Nin mreka udah kenal ko udah ngaler ngidul omongan nya🤣🤣🤭🤭
2024-01-22
3