Ashila menerobos pintu depan rumah Amygdala, dia sudah tidak punya rasa malu. Bahkan saat dia sudah jelas-jelas berbuat kesalahan, masih berani tunjuk muka di depan Amygdala.
"Mas..maas Dal...! Kamu dimana?" Sungguh tidak punya sopan santun, gadis itu berteriak di rumah orang.
"Kenapa berteriak-teriak di rumah orang?" Amygdala muncul dengan kedua tangan masuk ke saku celana trainingnya.
Melihat Amygdala muncul, Ashila langsung berhambur memeluk Amygdala.
"Maafkan aku, Mas! Aku..aku khilaf kemarin! Aku hanya terbawa suasana!" Amygdala menjauhkan tubuh Ashila dari tubuhnya.
"Khilaf yaa? Khilaf yang nikmat? Bahkan kau baru datang hari ini menemuiku, untuk apa?Kenapa gak kemarin langsung datang menemuiku, lagi nanggung kepergok, terus lanjut lagi setelah aku pergi!" Ashila kembali memeluk Amygdala. Namun Amygdala kembali menjauhkan tubuh Ashila. Dia merasa jijik membayangkan tubuh itu sudah menyatu dengan tubuh lelaki lain.
"Menjauh dariku, aku jijik dengan tubuhmu yang sudah bercampur keringat dengan lelaki lain!" Ashila merasa terhina dengan ucapan Amygdala.
"Baiklah, tapi apa yang kulakukan ini, semua karenamu juga! Kamu terlalu sibuk dengan duniamu, bahkan kamu selalu menolakku setiap kali aku mengajakmu berhubungan! Apakah aku salah jika aku mencarinya dari lelaki lain? Apa aku salah?" Ashila mengeraskan suaranya.
Acha dan Nin yang sedang berada di dapur, bahkan bisa mendengarnya dengan jelas. Acha sampai bergidik mendengarnya.
"Najis yaa...ada yah cewek kayak gitu? Belum nikah dengan santainya melakukan itu, bahkan rela mencari lelaki lain untuk memenuhi hasratnya, Astaghfirullah!" Acha mengusap dadanya.
"Kenapa ngusap dada Cha?" Bisik Nin. Acha menoleh pada perempuan lanjut usia di sampingnya.
"Acha kok ngeri yah mendengarnya!" Ujar Acha.
"Itu sebabnya Nin, Ayah dan bundanya Amygdala tidak setuju, Amygdala pacaran sama perempuan itu!" Bisik Nin.
"Ooh... jadi penasaran pengen lihat mukanya! Cantik ya Nin?" Acha sedikit melongokkan kepalanya.
"Kecantikan palsu, Cha! Lebih cantik kamu, tahu!" Kata Nin. Nin kembali memotong wortel untuk membuat sayur sop iga.
" Kita belum menikah, Shil! Aku justru menjagamu,.agar kita bisa melakukannya pada saat kita sah menjadi suami isteri. Dosaku sudah banyak masa iya harus ditambah lagi satu dosa besar! Salah dan benar itu tergantung mata siapa yang melihatnya. Di mataku sudah jelas, aku menyalakan perbuatanmu, tapi di matamu, itu sesuatu hal yang wajar kan? Kok aku jadi kepikiran kalau Riko bukanlah satu-satunya lelaki yang tidur denganmu!" Sarkas Amygdala dengan tatapan menyelidik. Ashila terlihat sangat gugup saat Amygdala menodongnya dengan dugaan yang sialnya benar.
"Hhh...sudah kuduga! Kau tahu, Shil? Ternyata Tuhan sangat baik padaku, mempertontonkan keburukanmu padaku, sebelum aku menjadikanmu pendamping hidupku. Sekarang aku minta kamu pergi dan jangan pernah menemuiku lagi! Kita sudah selesai, dan tak ada lagi yang harus dibicarakan!" Amygdala berbalik meninggalkan Ashila.
"Tidak..Mas...aku tidak mau berpisah denganmu,aku sangat mencintaimu Mas, aku ingin terus bersamamu!" Ashila memohon sambil bersimpuh memegang kaki Amygdala.
Acha yang berada di dapur masih bisa mendengar percakapan Amygdala dan perempuan bernama Ashila di ruang keluarga. Mendengar apa yang diucapkan Ashila membuat Acha benar-benar ingin muntah.
"hoek! Mana ada cinta menyerahkan kehormatannya pada lelaki lain? Cih drama murahan sekali!" Malah Acha yang kesal. Sedang Nin, dia hanya terkekeh melihat Acha yang mengomentari setiap ucapan Ashila dengan ekspresinya yang lucu.
Sementara itu Amygdala malah semakin emosi mendengar ocehan Ashila.
"Berdiri! Gue bukan Tuhan atau Dewa yang harus kau sembah! Cinta macam apa yang kau tawarkan Shil? Cinta yang membiarkan tubuhmu dinikmati oleh orang lain, sedangkan mulutmu bilang cinta kepadaku? Kamu kira aku bodoh, Hah! Aku memang pernah dibodohi oleh rasa cinta, tapi luka membuat mataku terbuka!" Ujar Amygdala.
"Yuhuuu...kereeeeen! Aku padamuuuu, bro!" Acha yang terlanjur senang mendengar ucapan Amygdala tal bisa lagi menahan dirinya, hingga teriakan lolos keluar dari mulutnya. Nin yang sedang memasukan wortel ke dalam panci malah mematung melihat aksi Acha.
"Siapa yang berteriak di sana? Kamu menyembunyikan perempuan? Kamu selingkuh dariku! Bajingan kamu Mas!" Ashila memukul dada Amygdala.
"Gak usah maling teriak maling yaa!" Amygdala menghentikan tangan Ashila yang tengah memukul dadanya.
"Addduuuuh....mampus gue! Kenapa sih ini mulut gak bisa direm? Kebiasaan deh kamu!" Acha menutup mulutnya sendiri.
"Aku gak rela yah, kamu selingkuh dengan perempuan lain! Akan kuberi pelajaran perempuan itu!"
" Berhenti! Gak usah cari perkara! Baru denger suara perempuan lain saja sudah marah seperti itu! Apa kabar aku yang melihatmu bertukar peluh dengan lelaki lain, Hah! Pergi dari rumahku, dan jangan pernah menemuiku lagi!" Amygdala menaikan volume suaranya.
"Tidak...aku tidak akan pergi sebelum memberi pelajaran pada perempuan itu!" Dengan langkah tergesa, Ashila berjalan menuju dapur. Amygdala mencoba menghentikan Ashila, namun amarah sudah sangat menguasainya.
Acha dan Nin sedang berpura-pura melakukan hal yang seru, untuk menutupi kecerobohan Acha.
"Aaarrgh...keren banget pokonya mah! Ajarin lah Nin!" kata Acha. Namun tiba-tiba tubuh Acha dibalikkan dengan kasar. Nin sampai membola matanya, tidak menyangka perempuan itu akan berlaku kasar, bahkan di hadapannya.
"Heh..perempuan jalang siapa kamu..? Varsha?" Ashila terkejut saat melihat siapa perempuan yang telah membuat amarahnya naik.
"Loh..Shila..?" Acha sendiri kaget, saat melihat ternyata mantan pacar Amygdala adalah tetangga depan rumahnya, yang selalu membuat rusuh kampungnya.
"Jadi lu...yang membuat pacar gue berpaling dari gue? Sialan lu yah!"
Plak!
Ashila menampar Acha yang masih kaget, sehingga Acha hanya berdiri mematung, meraskan panas di pipinya.
Plak!
Namun Tiba-tiba satu tamparan mendarat di pipi Ashila. Bukan dari Acha ataupun Amygdala tapi dari sang nenek. Ashila memegangnya pipinya yang panas. Ashila tidak menyadari kalau di sana ada Nek Sinta, nenek dari Amygdala.
"Berani-beraninya kamu menampar calon cucu menantu saya, di hadapan saya lagi! Memangnya kamu siapa?Masuk ke rumah orang seenaknyaa sambil teriak-teriak!" Nin sudah tak bisa menguasai emosinya. Hatinya tak rela, saat Acha yang tidak melakukan apa pun malah ditampar seenaknya.
"Ma...maaf Nek..saya..saya..!"
" Pergi dari rumah saya Ashila! Pergi! Sebelum saya menampar pipimu yang satunya!" Amygdala pun tak kalah marahnya. Kulit wajah Amygdala memerah karena menahan amarahnya. Melihat kemarahan Amygdala, Ashila pun memutuskan untuk pergi. Namun sebelumnya Ashila malah berbisik pada Acha.
"Urusan kita belum selesai! Gue akan buat perhitungan sama lu!" Ancam Ashila.
"Oke..siap gue tunggu penyelesaiannya! Dan untuk perhitungannya jangan lupa bawa kalkulator yaah takutnya otak lu gak sampe ke hitungannya, karena dipenuhi hasrat liar kemesuman!" Teriak Acha. Ashila yang sudah berjalan menjauh, masih bisa mendengarnya dan semakin geram. Sementara Nenek malah tergelak mendengar jawaban Acha. Begitu pun Amygdala dia terkejut melihat pembawaan gadis itu yang masih santai meski sudah ditampar, dan malah memberikan jawaban di luar perkiraan.
Tidak perlu melawan rasa marah dengan amarah yang sama, cukup dengan ketenangan dan candaan yang mungkin saja menjadi senjata yang menyakitkan..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 128 Episodes
Comments
Erni Fitriana
acha is the best👍🏾👍🏾👍🏾👍🏾
2024-09-14
0
Nadiyah1511
dasar cewek sinting...Acha lawan z Cha cewek kaya gtu minus otak
2024-04-29
0
Adiba Shakila Atmarini
suka dngn ceritax..ada kocakx jga..ckup mnghibur..
2024-03-30
1