Amygdala merasa lebih tenang, saat tahu Devan adalah kakaknya Acha. Dia merasa kalau Tuhan memudahkan segala urusannya.
"Lu...mau nginep di sini, apa ke rumah nenek?" Tanya Devan pada bos sekaligus sahabatnya itu.
"Gue nginep di sini aja lah, besok pagi ke rumahnya. Kapan lagi coba, gue tidur bareng calon kakak ipar gue!" Amygdala menaikkan alisnya.
"Diiih..geli gue dengernya, gue gak mau adik gue cuma dijadikan pelarian doang yaa! Eh...Dal, setahu gue dia punya pacar lho!" Devan menghembuskan asap rokoknya. Amygdala dan Devan sedang duduk di teras depan rumahnya.
"Udah enggak, udah jomblo dia! Ish...dasar kakak durhaka lu yah, adiknya patah hati karena dikhianati aja sampai gak tahu! Malah lebih tahu gue!" Amygdala turut menyesap rokoknya.
"Apaaa? Dikhianati? Maksudnya adik gue udah putus sama teman kampusnya, gara-gara dikhianati? Yang berkhianat siapa? Adik gue, apa cowoknya?" Devan malah penasaran.
"Ya cowoknya...lah...!" Amygdala menatap tajam Devan.
"Beuh...padahal gue berharap adik gue yang berkhianat, jadi dia gak akan sakit hati...! Ternyata adik gue yang dikhianati! Cowok brengsek.. dasar! Eh..tapi ada untungnya juga sih, kan jadi ketahuan kalau dia cowok gak bener!" kata Devan.
"Bener-bener Kakak somplak lu yah, malah berharap adik lu yang berkhianat! Tapi bener juga, paling enggak kan tidak akan sakit hati yah, ketimbang dikhianati...beuh berasa jadi orang bego anjiir!" Ujar Amygdala.
" Pantesan langsung jatuh hati sama adik gue, ternyata karena sefrekuensi merasa jadi orang bego yaah?" Sarkas Devan.
"Sialan lu...! Tar juga kalau lu dikhianati bakal ngerasain! Sebego apa diri lu, karena sudah dibohongi...orang yang lu sayang!" Ucap Amygdala.
"Gue mah udah ngelewatin masa dibegoin gitu kali...! Sekarang mah gak bakal mau dibegoin lagi!" Ujar Devan.
"Wuiih..lu pernah dikhianati juga?" Amygdala jadi penasaran.
"Pernah lah, jaman gue masih kuliah, sama teman satu kamar kos lagi! Bego banget kan gue!" Ucap Devan.
"Lagi pada ngomongin apaan sih?" Acha muncul dengan membawa tiga cangkir kopi di atas nampan.
"Lagi ngomongin orang bego!" Jawab Amygdala. Acha menoleh pada Amygdala.
"Gak ada kerjaan banget, orang bego diomongin!" Ucap Acha sambil ikut duduk di kursi yang kosong berhadapan dengan Amygdala.
"Emang lagi gabut Cha..! Eh kamu emang udah putus dari siapa nama pacarmu itu, yang alim itu kan?" Devan mengambil cangkir kopinya, lalu mereguknya.
" Udah... barengan sama dia tuh!" Acha mengarahkan dagunya pada Amygdala.
" Alim dari hongkong! Munafik tuh orang, tampilan alim kelakuan astaghfirullah hal adzim!" Kata Acha, Amygdala langsung ngakak.
"Emang kenapa?" Tanya Devan
"Selingkuh dia, keluar dari hotel sama si Isma!" kata Acha santai, dia ikut meneguk kopinya, sambil duduk bersila di atas kursi.
"Haaah... Anjiir! Bener yah wajahnya doang alim kelakuan astaghfirullah hal adzim!" Devan sampai menggelengkan kepala.
"Naaah kaan!" Acha menjentikkan jarinya.
" Terus kamu gak sedih gitu?Lihat dia berkhianat sama sahabatmu sendiri?" selidik Devan.
"Ya sedih laaah bang, namanya juga manusia! Melihat orang yang kita sayang keluar dari hotel sama sahabat sendiri, mesra lagi! Nyesek tahu! Tadinya mau aku samperin terus aku sobek-sobek tuh mereka, terus aku tiup sampai ke angkasa luar! Tapi aku gak mau terlihat lemah di depan mereka, jadi aku abaikan sementara deh!" Kata Acha.
"Tapi mewek di jalan, sampai gak sadar udah jalan ke tengah! Untung guenya lagi sadar! Kalau enggak entahlah apa yang akan terjadi!" Timpal Amygdala.
"Ish...dibahas mulu! Emang kelihatan aku lagi mewek? Kan hujan, biasanya puitisnya kan aku ingin menangis di bawah rinai hujan, agar tak seorang pun tahu, kalau aku sedang menangis. Kalau bang Dala tahu aku nangis,berarti gagal yah teori itu, soalnya tetep aja ketahuan!" Ujar Acha .
"Ha..ha..ha.. khusus untuk kamu gagal, karena bertemu dengan orang yang tepat yang bisa melihat sebesar apa rasa kecewa yang kau punya saat itu!" sahut Dala.
"Besar kecewa yang sama dengan kecewa yang kamu rasa, sebab Tuhan menuliskan cerita yang hampir sama dalam kisah perjalanan kita...!" Timpal Acha.
"Ya kisah yang sama, sama-sama dibegoin...ha..h..ha..!" Kali ini Devan yang merusak suasana.
"Iih...bang Dev...! Acha doain abang juga bakal ngerasain seperti apa rasanya dikhianati, ya bang Dala..!" Acha melihat pada Dala.
"Enggak usah didoakan lagi! Dia lebih senior dibegoin! Kita mah pemula, dia mah udah pro!" Jawab Dala.
"O...ya...? Berarti kita bertiga harus bikin komunitas...Kokodek...!" Kata Acha.
"Kokodek...?" Sahut Devan dan Dala bersamaan.
"Iya...Komunitas Korban Dibegoin Kekasih...he...he..he!"Acha nyengir. Devan dan Amygdala sontak tertawa mendengar akronim yang dibuat Acha.
" Eh...bentar dulu! Kalian berdua ini, kan sama-sama baru dikhianati, kenapa gak kelihatan galau sih? Malah kelihatan biasa saja, dan happy-happy aja?" Devan melihat kesamaan antara Dala dan Acha, adiknya.
"Haaah...capek deh! Itu melulu pertanyaan nya! Sejak kemarin di Kampus pertanyaannya sama..! Sepertinya harus buat konfrensi pers nih..Bang!" Acha menoleh pada Amygdala yang sedang meneguk kopinya.
"Ngapain konfrensi pers? Mau buka aib sendiri? Ogah banget....! Tinggal jawab aja, Hidup tak lantas selesai hanya karena dikhianati, namun hidup harus terus berlanjut meski hati terkhianati...!" Jawab Dala.
"Tuuh bang..udah dijawab! Sama kok jawabannya!" Kata Acha. Devan hanya tertawa kecil.
"Karena kita sudah sehati, bagaimana kalau kita percepat untuk menyatukan hati dalam ikatan suci? Nikah yuuk!" Dala langsung menembak Acha di depan Devan.
"Ayoook! Buktikan dong, ngomong mulu dari kemarin! Izin dulu deh sama Abang, sama ayah sama ibu! Kalau udah mengantongi SIM, aku ayoin lagi!" Kata Acha, mengambil cangkir kopinya lalu berdiri.
"Mau kemana, Cha...baru mau bicara serius kabur lagi!" Sarkas Dala.
"Mau nulis dulu, lanjutin proyek menulis, kalau gak selesai nanti dikeluarin dari penerbit lagi sama CEOnya! Seriusin sama bang Dev, dulu! terus sama ibu dan ayah! Baru aku...oke bos CEO!" Acha mengangkat jari telunjuk dan jempolnya yang disatukan membentuk huruf O.
" Iya...deh..iyaaa! Jangan terlalu malam tidurnya!" Pesan Dala. Acha berhenti melangkah dan menoleh.
"Bang...please deh!" Acha melihat Dala. Dala malah bengong tak mengerti, apa yang salah dari ucapannya.
"Jangan bikin aku baper, terus jatuh cinta lebih dulu, gara-gara Abang cosplay jadi kekasih aku...! Nanti nyampe kamar, bukannya nulis, aku malah guling-guling di kasur gara-gara salting brutal!" Acha memasang wajah serius, tapi malah jadi terlihat lucu di mata Devan dan Amygdala. Lalu tanpa berdosa dia melenggang masuk ke dalam rumah meninggalkan dua orang yang sedang tertawa.
"Dev...Gue seriusin deh, jadi adik ipar lu..! Gemes gue sama adik lu..! Jadi pengen cepet-cepet gue halalin.
"Boleh..asal....!" Devan menggantung ucapannya.
"Asal apa?" Dala menatap serius wajah Devan.
"Sekertaris lu..jadi calon gue!" Sahut Devan.
"Haaaah!"
Hiduplah dengan apa adanya, tanpa tipuan tanpa rekayasa. Sebab kehidupan tak pernah menuntut dirimu untuk menjadi 'Wah' dengan berpura-pura. Namun kehidupan akan lebih menghargai kualitas dirimu yang apa adanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 119 Episodes
Comments
uyhull01
tuuu udah dapet lampu hijau dari sang Kakak,
2024-01-22
1