20. Konyol

Mendengar jawaban Violet, membuat Liam uring-uringan sendiri di dalam kamar mandi. Dia tidak akan pernah rela kalau adik sepupunya itu mempunyai pacar. Jangankan pacar, dia bersama dengan laki-laki lain saja tidak ikhlas.

Tapi dia lama-lama berpikir kalau dirinya tidak berhak sama sekali bersikap seperti itu. Karena mereka hanya sepupu. Kalaupun mereka saudara kandung juga tidak berhak mengatur hidup Violet.

"Argggg, apa gue jadi bapaknya aja ya? " Pikiran konyol muncul, saking frustasinya.

Dia berpikir kalau jadi ayahnya mungkin bisa mengatur bagaimana Violet bergaul dan hidup, karena Violet masih dibawah umur. Butuh bimbingan orang tua dalam bertindak.

"Bang! cepetan aku mau mandi! " Suara Violet terdengar dari luar, sambil mengetuk pintu kamar mandi.

Liam membuka pintu.

"Abang lama banget? habis melahirkan? " Ledek Violet karena dia pikir Liam buang airnya lama.

Liam tidak menanggapi ledekan Violet. Dia melihat ke luar,mencari keberadaan Iqbal.

"Iqbal sudah pulang, ditelpon mamanya. " Tanpa ditanya Violet memberikan jawaban yang ia rasa benar kalau Liam sedang mencari Iqbal.

Liam menarik Violet ke kamar mandi.

"Abang nggak suka kamu pacar-pacaran! "

"Bukannya tadi abang sudah mengizinkan asal cowoknya lebih dari atau minimal seperti abang?. Kenapa marah lagi? " Violet melihat mata Liam memang menunjukkan kemarahan. Sambil masuk kedalam kamar mandi.

Liam meneguk air liurnya. Dia kebingungan sendiri mau jawab apa. "Tapi abang nggak mau kamu diapa-apain sama laki-laki lain." Memang ketakutan itu juga ada dalam pikiran Liam.

Karena semua laki-laki ingin menyentuh perempuan nya.

"Ishhhh, lagian aku tuh nggak pacaran. Abang berlebihan banget sih. Huh, dasar si tukang ngapa-ngapain cewek jadinya over thinking dulu." Violet mendorong Liam agar segera keluar dari kamar mandi.

🌿

Semakin hari perasaannya semakin jelas dirasakan. Kalau Liam masih naksir sama Violet selama ini sejak kecil dulu. Bahkan sekarang bisa dia pastikan kalau perasaannya adalah cinta terhadap lawan jenis. Liam benar-benar jatuh cinta terhadap sepupunya ini. Setiap kali bertemu ia merasa berdebar hebat dan hormon kesenangannya naik drastis. Rasanya ingin terus bertemu dan ingin memiliki bahkan obsesi juga. Makanya dia tidak rela kalau Violet dekat dengan laki-laki lain.

Tapi lagi-lagi ia harus menyembunyikan dan menguburnya dalam-dalam. Jangan sampai muncul atau terlihat. Bisa berbahaya bagi nya dan Violet juga.

"Am, ngelamun aja! kenapa? " Suara Lina sang bunda mengagetkan anaknya yang sedang makan sarapan.

Karena memang pagi ini Liam memikirkan bagaimana mengatasi perasaannya ini. Hingga membuatnya mengabaikan sekitar. Termasuk dering handphone yang beberapa kali berbunyi, ia abaikan.

"Bunda... " Kalau saja ini bukan tentang perasaannya terhadap Violet ia akan cerita sama bundanya ini.

"Kenapa? ada yang mengganggu pikiran kamu? ada masalah apa?" Lina meletakkan gelas berisikan susu di depan Liam. Sambil bertanya beberapa pertanyaan ingin tahu apa yang terjadi dengan anaknya ini.

Liam tidak bisa menjawab, dia sekarang memegang gelas kaca yang berisikan susu itu.

"Bunda, aku sudah nggak mau minum susu lagi. Bisa diganti kopi aja, kayak ayah, abang Halim dan abang Hakam katanya bisa ngilangin sakit kepala." Pinta Liam sambil menatap kosong susu tersebut.

"Ha? Kamu kenapa sih adek? " Lina malah khawatir hingga memanggil Liam dengan panggilannya dulu sebelum kedatangan Violet.

"Aku kangen juga dipanggil begitu sama bunda. " entah kenapa Liam senang bundanya memanggil dirinya adek.

"Ehhh salah, keceplosan tadi. La kamu katanya minta kopi malah senang dipanggil adek. Konyol! " Lina mengoreksi.

Melihat anaknya seperti ada beban pikiran Lina khawatir. Dia berpikir kalau Liam ini terlalu terobsesi dengan nilai sempurna dan akhirnya selalu belajar. Dia merasa kasian melihat anaknya terbebani.

"Sudah,sekarang berangkat saja ke sekolah, jangan mikir berat. Bunda nggak minta kamu juara terus kan sejak dulu. Jangan memaksakan diri untuk itu. Kalau berat, kamu bisa lepaskan. Yang nggak juara satu saja banyak kok yang menjadi sukses. Jadi jangan stres-stres belajarnya biar nggak sakit kepala. Kasihan otak kamu dan badan kamu, jangan terlalu diforsir untuk selalu belajar ya sayang." pesan Bunda agar anaknya ini bisa lebih tenang.

"Lahhh kok malah ceramah tentang hal belajar? " Liam yang sedang makan mendengar itu langsung berhenti.

"Loh bukan karena belajar ya? terus karena apa dong? " ternyata tebakan Lina salah.

"Tau ah, bunda nggak bakalan ngerti. " kemudian meneguk habis susu yang ada di gelas itu.

"Masalah cewek? " Tebak Lina kali ini. Apalagi kalau bukan masalah itu, diusianya yang sekarang. Memang mau masalah bisnis perusahaan kan tidak mungkin.

Liam yang sudah berdiri ingin pergi ke sekolah, duduk lagi.

"Tapi aku nggak mau cerita sama bunda. "

"Loh cerita aja, bunda juga pernah muda kok. Pernah seusia kamu juga Am. Pernah jatuh cinta pas SMA juga kok. " Lina membuka dirinya untuk anaknya itu.

"Sudahlah, aku pergi saja. Bye Bunda. Assalamu'alaikum. " sayangnya Liam memilih pergi saja setelah mencium punggung tangan Lina dan pipinya juga.

"Waalaikumsalam."

🦋

Tiba di rumah Violet, sudah ada mobil BMW warna putih. Diduga ini milik Brian.

"Njirrr udah mulai berani ni anak. " Liam turun dari motornya dengan ngedumel sendiri.

Ketika dia turun dari motor hendak menghampiri pengemudi mobil tersebut,ada Violet keluar dari rumah.

"Abang, tadi Vio sudah chat dan telpon abang tapi tidak ada respon. " Ucap Violet mendekati Liam.

Liam ingat sewaktu makan tadi ada beberapa bunyi dari handphonenya tapi tidak ia tanggapi.

"Kenapa emang? " dia melupakan sesuatu sepertinya.

"Aku kan sudah bilang kalau hari ini kelas satu ada outbound. Terus aku jadi ikut nggak perlu naik bus. Aku bisa bareng Brian yang ternyata juga ikut. " Violet menunjuk pada Brian yang keluar dari mobil.

Memang sebenarnya Violet tadinya tidak mau ikut acara tersebut karena tidak suka naik bus, kadang mual.

Liam menoleh pada Brian yang tersenyum ramah.

"Bukannya dia anak kelas dua? " tanya Liam dengan dada gemuruh, seperti ada api yang membara.

"Iya Kak. Kebetulan anak OSIS yang jadi pengurusnya. " Yang jawab Brian dengan sopan.

Liam mendelik, dia tahu kalau ada kegiatan apapun di sekolah pasti anak OSIS yang ngurus. Apalagi Brian ketua OSIS sudah pasti dia ikut. Namun, hatinya tidak menerima alasan ini.

"Biar abang antar saja. " Saran Liam terdengar konyol.

"Abang nggak sekolah?. " Violet mengingatkan.

"Gampang, ayo! " Liam menarik tangan Violet.

Violet berusaha melepaskan diri. "Lepasin bang! Abang jangan konyol deh. Acaranya tuh di Bogor. Gimana bisa abang nganterin aku? " cukup jauh memang dari tempatnya sekarang.

"Kenapa tidak? kemanapun abang akan antarin. " timpal Liam yang tidak akan rela Violet diantar sama siapapun kecuali dirinya.

"Bukankah abang hari ini ada try out juga. " sekali lagi mengingatkan akan hal yang lebih penting.

"Sittt... " Liam melepaskan tangan Violet.

"Ya udah ya bang, aku bareng Brian ya abang. Jangan lupa dapetin nilai seratus. Oke? " Violet senang bisa lepas dari abangnya yang pagi ini terlihat konyol.

Lalu dia masuk ke dalam mobil Brian yang pintunya sedang dibukakan sama dia.

"Duluan ya Kak, tenang saja Vio akan aman sama saya. " Brian pamitan sama Liam.

Liam semakin kesal dengan panggilan yang Brian ucapkan. Karena hanya orang terdekat yang akan memanggil Violet dengan Vio.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!