18. Brian

Sekarang waktunya Liam menghadapi Vino. Sebenarnya Violet tidak memberitahu masalah kemarin. Tapi diberitahu oleh Hakam. Kakaknya Liam itu kan suka kalau adiknya terlibat masalah.

Akibatnya Liam saat mengantar Violet pulang diinterogasi oleh Vino.

"Kata Hakam, cewek lo nampar Vio? benar itu Am? " Tanya Vino sambil melihat pipi Violet tapi sebenarnya tidak ada bekas apapun.

"Benar bang, maaf. Maafin gue." Liam tulus minta maaf.

"Lo yang bener dong jagain Vio! " teriak Vino.

"Abang Liam nggak salah bang, jangan menyalahkan dia. Lagian aku juga bisa jaga diriku sendiri. Aku bisa melawannya, jadi jangan menyalahkan Abang Liam. " Violet membela Liam, dia tidak terima kalau Vino menyalahkan Liam.

"Yang melukai elo tuh ceweknya Liam, lo nggak usah belain dia. Kalau terjadi apa-apa sama elo gimana? " Vino memang over protektif.

"Nyatanya Vio nggak apa-apa bang, jangan berlebihan." Violet menunjukkan dirinya kalau dia baik-baik saja.

"Awas aja kalau Vio terluka lagi, lo nggak bakal gue maafin. " sentak Vino pada Liam yang menunjukkan ekspresi menyesalinya. Sebenarnya Vino hanya menggertak, dia memaafkan tapi dengan syarat jangan terjadi lagi.

"Iya bang. Gue juga udah putusin cewek itu." Liam tidak enak telah membuat Vino marah.

Namun lama kelamaan suasana menjadi tenang. Liam kemudian pamit pulang.

Tapi saat di luar rumah, Vino bicara lagi.

"Liam, sebenarnya gue tahu lo sayang sama Vio seperti gue juga. Gue juga nggak bisa sepenuhnya nyalahin elo, karena Vio sudah bukan lagi bayi yang bisa digendong kemana-mana. Dia sudah besar, dia bisa berpikir dengan apa yang dia lakukan. Vio bisa jaga dirinya sendiri. Hanya gue kelewat takut terjadi apa-apa sama Vio saja. " Ucap Vino agar Liam tidak terbebani.

"Iya bang, gue ngerti. Gue juga sama seperti itu. Makanya gue menyesal banget atas kejadian ini." Liam lega, Vino tidak marah lagi sama dia.

🍁

Setelah kejadian itu Liam lebih berhati-hati dalam menjaga Violet. Dia ternyata bisa menjadi musuh bagi pacarnya kelak kalau perempuan itu tidaklah tepat baginya.

Sebenarnya dia pacaran hanya ingin mengalihkan perhatiannya saja agar tidak terlalu terpaku memikirkan perasaan lebihnya pada Violet.

Perasaan itu makin hari malah semakin bisa nyata ia rasakan. Bukanya pudar tapi malah makin banyak. Apalagi kalau melihat Violet dengan laki-laki lain, bawaannya cemburu terus.

Seperti hari ini,

Liam tidak sengaja melihat Violet berpelukan di depan gerbang dengan laki-laki lain. Yang ia ketahui anak kelas dua, ketua OSIS yang baru namanya Brian.

Tadi Violet di suruh menunggu di depan gerbang oleh Liam, dia tidak mau adiknya itu capek jika harus berjalan ke parkiran. Apalagi tadi habis jatuh ketika olahraga.

Brian tiba-tiba berhenti, memarkir mobilnya di tepi. Kemudian memeluk Violet secara tiba-tiba. Violet sebenarnya memberontak, tapi sangat sulit untuk melepaskan diri.

"Please, sebentar saja. Gue janji bakalan membayarnya dengan apapun itu." Brian membisikkan itu tepat di telinganya.

"Brngsek, lepasin! " Sentak Violet.

Brian melakukan itu hanya satu menit, setelah mantan pacarnya yang sedang berboncengan dengan pacarnya yang baru ia lepaskan.

"Memang lo pikir gue cewek murah?yang gampang lo peluk gitu aja? " Violet marah mendorong Brian setelah melepaskan pelukannya.

"Maaf, maafin gue. Gue tadi sedang dalam situasi terpaksa. Tadi ada mantan gue dengan pacar barunya, gue hanya ingin membuktikan kalau gue juga bisa dapetin cewek yang lebih cantik setelah dia tinggal. " Brian menjelaskan dengan jujur.

Violet percaya karena tadi dia juga melihat sepasang manusia yang cewek melotot ke arahnya. Dan dia tidak mau memperpanjang masalah ini.

Liam mendekat, dia langsung mencengkram kerah Brian karena marah.

"Jangan bang! " Violet mencegah agar kakaknya itu tidak memukul Brian. Dari sorot matanya Liam, dia ingin memukul.

Liam menghempaskan Brian, tangannya beralih pada tangan Violet. Langsung menyeretnya untuk naik ke atas motornya.

Kemudian mereka pulang dengan perjalanan Liam selalu diam. Hingga sampai rumah baru bicara.

"Jadi dia laki-laki yang kamu suka? udah jadian? Bukannya abang melarang nggak usah pacaran? Kamu nggak mau dengerin abang hah? " Omel Liam ketika sudah masuk rumah.

Violet yang berjalan ke arah kamar, berhenti.

"Bukan, bukan pacar Vio bang. "

Liam tidak peduli dengan jawaban Violet, dia keluar lagi dari rumah. Untuk mengontrol emosinya.

Dalam perjalanan dia menyadari kalau ini akan terjadi cepat atau lambat. Violet akan dekat dengan laki-laki lain selain dirinya. Dia tidak bisa selalu ada disisinya. Dia pun juga tidak berhak melarang Violet untuk dekat dengan siapapun. Termasuk seorang laki-laki, karena Violet perempuan yang normal pasti akan mendapatkan laki-laki.

"Anjing"

🌿

Besoknya,

Yang jemput Violet untuk pergi ke sekolah Iqbal dengan mobilnya.

"Abang kemana? " Tanya Violet ketika masuk mobil Iqbal

Iqbal memang terkadang yang jemput, kalau Liam tidak bisa.

"Berangkat agak siang katanya. " Jawab Iqbal pasti.

"Hah? Kok bisa? " Heran Violet sampai melongo.

"Ya gitu kalau anak pinter, dapet prioritas mau datang jam berapapun tidak masalah. " Iqbal sebenarnya ngarang, karena dia juga nggak ngerti kok bisa Liam alasannya itu.

"Ishhhh nggak adil banget. " Dengus Violet.

"Makanya belajar yang pinter biar bisa jadi siswa prioritas. " Sok menasehati gitu si Iqbal.

"Gaya lo kek Abang Liam aja, suka ceramah sok bijak. " ledek Violet.

Iqbal tertawa kencang.

"Ehh by the way, Lo pacaran sama Brian? " Tiba-tiba Iqbal bertanya itu.

"Brian? siapa Brian? " Violet tidak kenal yang namanya Brian.

"Semalam Abang Liam nanya, tentang Brian gitu. Gue kira ini ada hubungannya sama elo. Itu loh ketua OSIS, anak kelas dua IPA satu kalau nggak salah. " Iqbal menjelaskan siapa Brian dan bagaimana asalnya dia mengira kalau Brian pacar Violet.

"Anaknya tinggi, kulitnya putih terus matanya sipit? " Tebak Violet sambil mengingat laki-laki random yang memeluk dia kemarin.

"Hemm, cindo gitu kek nya. Lo kenal? " Imbuh Iqbal.

"Kemarin tuh ada anak kelas dua tiba-tiba meluk gue, dia manfaatin gue untuk pura-pura jadi ceweknya. Gue juga nggak begitu ngerti terus ya udah lah gue nggak memperpanjang lagi. Terus Abang Liam sepertinya salah paham, ngira dia cowo gue. " Violet menjelaskan kejadian kemarin.

"Lah ngapain juga abang Liam salah paham kalaupun dia cowok lo dia juga nggak berhak marah. " Iqbal malah merasa kalau sikap Liam aneh.

"Dia kan ngelarang gue pacaran." Violet memberitahu Iqbal.

"Ha? kek emak gue aja ngelarang gue pacaran. " Iqbal malah menyamakan dengan nasihat mamanya.

"Ya karna lo udah punya gelar Pak Haji, makanya jaga image dong Pak Haji..." Katanya mengingatkan agar Iqbal sadar dirinya harusnya seperti apa.

"Njirrr."

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!