17. Rasa Bersalah

Kebetulan besoknya libur, jadi memang jadwalnya Violet nginep di rumah Liam.

Ketika bangun Violet tidak mendapati Liam,dia mencari kemana laki-laki itu. Ternyata dia tidur di sofa, lagi.

Karena semalam Liam tidak kuat kalau harus tidur dengan Violet satu ranjang. Bahkan malam ini lebih parah, hingga harus menyelesaikannya di kamar mandi.

"Abang, bangun! Kamu nggak olahraga? " Violet membangunkan abangnya itu.

Liam menggeliat tanpa membuka mata, "Bentar, adek duluan aja. "

Violet menuruti kemauan Liam, dia keluar kamar duluan setelah mandi lalu ganti baju. Sudah siap untuk berolahraga bersama keluarga.

Tiba di area gym rumah ini, sudah lengkap semua orang. Ada Ayah dan bunda, Halim dan tunangannya, Hakam dengan pacarnya. Semua dengan pasangan masing-masing.

"Abang Liam mana Vio? " tanya Lina.

"Masih tidur bun. "

"Halah tu anak mau males-malesan aja bun." Ledek Hakam tidak terima kalau adiknya itu belum bangun sedangkan dia sudah bangun sejak tadi.

"Ehhh gimana kalau kita joging aja ke Ancol. Sambil jalan-jalan menghirup udara pantai. " Usul Handoko.

Semuanya setuju, dengan senang.

Violet segera berlari ke kamar untuk membangunkan Liam agar bisa ikut.

"Bang, ayo bangun! semua orang mau ke pantai masa kamu di rumah sendiri." teriak Violet sambil menggoyangkan badan Liam.

Mendengar teriakan Violet, Liam langsung bangun. Dia segera ke kamar mandi untuk mandi.

"Bilang ke Ayah suruh tungguin! " Teriak Liam agar Violet memberitahu orang tuanya itu.

🐰

Begitu sudah selesai mandi, Liam segera turun. Yang nungguin ayah dan bundanya. Sedangkan yang lainnya termasuk Violet sudah berangkat duluan dengan mobil Halim.

"Kamu kenapa Am, kok bangun siang? " Tanya Lina merasa heran.

"Habis begadang semalam. " jawab Liam sambil berjalan mengikuti kedua orang tuanya menuju mobil. Bayangannya memang begadang karena tersiksa tidur bareng Violet tadi malam.

"Oke, berarti ayah saja yang mengemudi. " Handoko tidak mau membiarkan anak bungsunya itu mengemudi saat masih ngantuk.

Liam tersenyum setuju, dia langsung duduk di bangku belakang.

"Vino katanya nggak bisa, udah ada acara sama Naya. " Lina membacakan isi pesan dari Vino. Tadi dia memang mengajak keponakannya itu juga.

Liam kembali menutup matanya sambil nyender. Walaupun sudah mandi tapi rasanya masih ngantuk setelah begadang semalam.

"Kamu main PS semalam Am? " tebak Lina.

"Enggak." Jawab Liam masih sambil merem.

"Bukannya kamu tidur di kamar kamu sama adek. "

Kalimat Bundanya ini seperti menjebak, kalau tahu dia sengaja tidur dengan Violet bisa mampus.

"Belajar, hari senin ujian TOEFL Bun." Jawabannya memang tidak berbohong soal ujian itu, tapi ia tidak belajar.

"Kamu beneran mau kuliah ke luar negeri? " tanya Lina dengan terdengar sedih.

"Kalau bisa, tapi belum pasti Bunda. Jadi jangan sedih gitu." dia tahu Lina itu sensitif.

"Lah kamu, kuliah aja meski jauh-jauh. Kaya di sini nggak ada yang bagus aja. " Sengit Lina yang memang tidak mau berjauhan dengan anaknya itu.

"Belum pasti bunda. " Liam sekarang bangun dari tidurnya. Melek sudah matanya ketika mendengar keluhan bundanya.

"Sudah sudah, ayo lupakan dulu. Sekarang waktunya kita bersenang-senang merilekskan pikiran. " Handoko menghentikan suasana tidak enak ini.

🌴

Tiba di pantai

Semuanya sudah bermain air di tepi pantai, mumpung masih pagi jadi mataharinya belum terlalu panas.

"Lain kali ke Bali aja yah, biar lebih seru. " Usul Hakam.

"Boleh, kalian bisa ajak pasangan kalian juga, kita pergi sama-sama. " Handoko menyetujui usul anaknya itu.

"Camping keknya seru Yah, kita lama nggak camping. " Halim mengusulkan hal lain.

"Boleh juga itu. Semua kita lakukan satu persatu. " Handoko setuju juga.

Lalu anak-anaknya bermain di pantai sedangkan Handoko dan Lina memilih berjalan di jembatan yang mengarahkan ke laut.

"Anak-anak sudah besar, sudah punya pacar. Dan mereka benar-benar memperlakukan kekasihnya dengan baik. " Lina melihat Hakam dan Halim dari jauh.

"Kecuali Liam belum mau memperkenalkan kekasihnya. Tapi ayah rasa dia juga tumbuh menjadi laki-laki baik. Lihat saja cara memperlakukan Violet sungguh manis sekali. " Handoko melihat interaksi Liam dan Violet.

"Bunda nggak nyangka juga Liam yang anak bungsu, bisa langsung sayang dengan adiknya. Walaupun mereka bertemu sudah besar. " Lina juga melihat ke arah mereka yang sedang bercanda dengan air pantai.

"Dia begitu menyayangi Violet seperti saudara kandungnya sendiri. Ayah tidak menduganya juga. " kagum Handoko.

Setelah puas menikmati pantai yang lama kelamaan jadi ramai mereka makan bersama.

Kebersamaan keluarga seperti ini sering terjadi dalam keluarga Handoko. Makanya mereka sangat dekat satu sama lainnya.

Violet merasa senang berada di dalam keluarga ini. Dia mendapatkan kasih sayang yang lebih banyak daripada dulu.

Dia sampai menangis mengingat betapa beruntungnya dia. Tapi malah ingat ketika dikatain benalu oleh Kila kemarin.

"Kenapa nangis sayang? " Lina menangkap ada air mata di mata Violet.

"Masih sakit? " Handoko juga khawatir.

Semua melihat pada Violet yang menggeleng.

"Memang lo sakit Vio? " Hakam bertanya juga.

"Kemarin habis berantem sama pacarnya Liam. " Yang jawab Handoko melihat Liam yang sedang mengupas udang.

"Brngsek lo Am! Lo nggak bisa apa jagain Vio? lo nggak becus banget cari cewek. Cewek bar-bar lo pacarin." Hakam melempar sendok pada Liam.

"Udah gue putusin cewek itu. " Liam memberikan informasi pada semuanya agar tidak jadi masalah lagi.

"Bagus deh...Jadi Vio jangan pikirkan lagi masalah itu ya. Kamu anaknya bunda yang paling bunda sayang. Semua sayang sama kamu, jadi siapapun yang mau masuk keluarga ini ya harus menerima kamu juga. " Lina kemudian memeluk Violet.

Liam memberikan udang yang sudah dikupas pada piring Violet. Dia juga memberikan potongan ikan yang sudah dipisahkan dari durinya.

Mendapatkan perlakuan manis dari Liam membuat Violet jadi tersentuh hingga tersenyum senang.

🌴

Tapi Liam lebih diam hingga perjalanan pulang, karena merasa bersalah. Apalagi disalahkan sama semua anggota keluarga. Belum nanti Vino tahu, bisa habis dia sama kakak kandung Violet itu.

Dia sekarang yang mengemudi, disampingnya ada Violet. Di jog belakang ada Ayah dan Bundanya.

"Mampir ke supermarket dulu Am, Bunda belum ada stok bahan makanan untuk makan malam. Tadi nggak sempet belanja ke pasar soalnya. " Permintaan Lina agar Liam berhenti dulu ketika menemukan supermarket.

"Tumben, nggak dicariin tuh sama anak buah bunda. " Ledek Ayah tertawa.

Lina melotot, "Ya paling besok banyak yang nanya kemana kok nggak ke pasar. " dilanjutkan tertawa juga.

Tak lama sudah sampai di supermarket.

"Bunda, Vio tunggu di mobil aja ya. Vio ngantuk nih. " Violet malas turun.

"Oke. Liam kamu temenin Vio aja. " Bunda lalu masuk ke supermarket dengan Ayah.

Violet sebenarnya merasa janggal dengan Liam yang dingin sejak tadi. Tapi dia tidak berani bertanya.

"Kenapa bahas masalah kemarin lagi tadi? bukannya sudah selesai. " tanya Liam dengan datar setelah mereka hanya berdua.

"Maaf, aku hanya tidak enak saja dengan apa yang terjadi sama abang. Abang sudah baik banget, eh malah aku menjadi penyebab putusnya abang sama Kila. " jawab Violet sambil menunduk, meremas ujung bajunya.

Liam menghela nafas, melihat adiknya merasa bersalah seperti ini.

"Sudah abang katakan jangan berpikir seperti itu. Dan kamu bukan penyebab putusnya abang sama cewek itu. Abang nggak beneran suka sama dia. Abang cuma iseng aja pacaran sama dia. Dan ternyata dia nggak sebaik diawal."

Violet mencengkeram ujung bajunya makin kuat. "Aku minta maaf abang, karena salah berpikir. "

"Baiklah, jangan over thinking makanya. Kamu adiknya abang. " Liam menarik tangan Violet lalu menciumnya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!