9. Rumah

Semua berkumpul untuk mendoakan mendiang Ferdinan dan Mira. Air mata pun tak bisa dibendung keluar dari mata Violet. Dengan direngkuh oleh Lina, dia bisa lebih kuat. Sebisa mungkin mereka semua menahan agar tidak menangis lagi.

Setelah selesai pembacaan surat yasin dan tahlil mereka makan bersama. Meninggalkan kesedihan dulu digantikan oleh kebahagiaan karena masih bisa berkumpul keluarga besar Kusuma Grup.

Pandangan Liam tak luput dari Violet yang hanya duduk diam memakan kacang pistachio putih itu seorang diri. Violet memang terlihat makan camilan, tapi dalam hatinya bersedih. Karena tidak ada papa dan mamanya disini. Tapi dia harus bertahan, karena banyak yang menyayanginya.

Liam kemudian mendekat setelah selesai makan.

"Makan dulu dek, kan dari pulang sekolah belum makan. " Suruh Liam, duduk di sampingnya.

"Iya nanti aja,kacangnya enak." Jawabannya tanpa memberitahu kenapa dia diam. Wajahnya ia atur sedemikian agar tetap terlihat bahagia. Dengan menarik bibirnya agar senyum simpul yang terlihat manis.

Tapi Liam masih bisa menangkap kalau adik sepupunya ini tidak baik-baik saja.

Liam menggenggam tangan Violet, "Semua ada untuk kamu Vio, jangan merasa sendiri. Walaupun om dan tante pergi, tapi ada kami semua,keluarga kamu. Terutama Bunda sangat menyayangimu. Abang yakin bunda akan memberikan kasih sayang seperti mama kamu. Kamu rasakan saja, bunda itu bunda kita yang penuh kasih sayang. Dan ada juga abang yang akan menjaga dan menyayangi mu. "

Violet melihat ketulusan dari Liam, "Terimakasih abang. "

Kemudian Violet makan dan bergabung dengan yang lainnya untuk ngobrol dan bercanda bersama.

☘️

Hari-hari terus berlalu perasaan duka perlahan menghilang karena adanya kasih sayang yang telah datang. Walaupun ditinggalkan oleh kedua orang tuanya. Vino dan Violet mendapatkan kasih sayang dari Handoko dan Lina. Mereka tidak membedakan antara anak dan keponakan.

Vino mulai bekerja di salah satu perusahaan Kusuma Grup yang merupakan perusahaan keluarga. Kusuma grup merupakan perusahaan yang bergerak di bidang kontruksi dan properti. Dan hanya diwariskan untuk keturunan dari Farhan dan Handoko sebagai anak kandung almarhum Nyonya Ayu Kusuma. Sedangkan Ferdinan dan Haris tidak termasuk karena mereka anak istri kedua Tuan Dwipangga. Maka dari itu kedua anak tiri tersebut harus mandiri. Haris memiliki perusahaan di bidang event organizer. Hanya Ferdinan yang tidak mempunyai perusahaan, dia tidak cukup berani untuk melakukan itu. Dia memilih bekerja untuk suatu perusahaan kontruksi sebagai arsitek di luar kota agar tidak menjadi saingan bagi perusahaan kakaknya. Dia sebenarnya disuruh bergabung dengan Kusuma Grup tapi tidak pernah mau. Dengan alasan ingin mandiri dan tidak ada bayang-bayang keluarga. Kalau keluar dari perusahaan keluarga kan bisa tahu kemampuannya yang sebenarnya.

Di bidang Properti di pegang oleh Farhan dan kedua putrinya Dinda dan Winda. Sedangkan Kontruksi dipegang oleh Handoko. Sebenarnya Halim sebagai anak pertama yang dulu digadang-gadang akan menjadi penerus tapi malah memilih menjadi dokter. Ia tidak tertarik dengan dunia perkantoran dan mengurusi bisnis. Dia memilih memasuki dunia medis,seperti tantenya Mira yang dulu seorang perawat. Jadi harapan Handoko jatuh pada Hakam dan Liam.

Vino merupakan lulusan sarjana ekonomi, maka dari itu ia ditempatkan di bagian keuangan. Sebagai asisten manajer keuangan yang kebetulan kosong.

Melihat Vino yang sudah bekerja, menjadikan Hakam ingin segera lulus dan masuk ke perusahaan yang kemungkinan dia akan menjadi pewarisnya.

Sedangkan Violet lama kelamaan menjadi dekat dengan Liam yang setiap hari bersama terus.

Pulang pergi sekolah bersama, di rumah bersama dan belajar bersama. Liam benar-benar menyayangi adiknya ini. Dia juga mengajari Violet kalau tidak bisa dalam pelajaran. Dan memberikan motivasi agar Violet bersemangat belajar.

Hasilnya Violet lulus SMP dengan nilai memuaskan.

Dalam beberapa bulan Vino berhasil membeli rumah dengan harga yang pas dan dengan luas sesuai kebutuhan. Rumah di sebuah perumahan salah satu milik Kusuma properti. Walaupun mereka keponakan pemiliknya tapi tetap bayar full tentu saja dengan diskon keluarga.

Perumahan dengan tipe minimalis,dengan dua kamar tidur, satu kamar mandi, dapur, dan ruang tamu serta carport. Semua ini cukup untuk tinggal berdua dengan adiknya. Dengan begitu dia yang mewarisi sifat papanya yang gengsian bisa keluar dari rumah pamannya.

Walaupun berat Handoko dan Lina tetap harus mengizinkan Vino dan Violet untuk pindah. Karena mereka sudah bukan anak kecil lagi, bisa menentukan dimana mereka mau tinggal. Ditambah Vino juga sudah bekerja dan berpenghasilan tetap.

"Gimana Vio, suka nggak sama rumahnya? maaf Abang belum sanggup beli yang luas dan mewah." Tanya Vino ketika mereka masuk ke rumah baru mereka.

"Suka, ini bagus Bang. Dan ini enak, jadi aku tidak capek kalau bersih-bersih sendiri. Dan kita tidak perlu asisten rumah tangga jadinya." Kata Violet yang membesarkan hati kakaknya. "Terimakasih Abang, ini akan jauh lebih nyaman daripada kita tinggal di istana tapi menumpang. "

Vino memeluk adiknya ini, yang kini perlahan tidak pernah manja lagi. Lebih terlihat dewasa dimatanya. Padahal dulu dia adalah anak yang sangat manja. Sekarang Vino tidak pernah melihat adiknya ini seperti itu.

Karena tanpa Vino ketahui, Violet manjanya sama Liam.

Yang kedekatan mereka melebihi kedekatan dengan Vino.

"Ini barang kamu Dek, ditaruh dimana? " Ucap Liam membuat Vino melepaskan pelukannya terhadap Violet. Liam memang ikut mengantarkan pindahan mereka berdua.

"Emm di kamar, aku pilih yang di depan ya bang Vino? " Violet memilih kamar di depan.

"Jangan yang didepan, dibelakang saja. Didepan itu ada jendelanya yang terlihat dari luar. Itu tidak aman untuk kamu. Mending yang jendelanya dibelakang, coba lihat itu jauh lebih bagus. " Yang jawab Liam, tidak setuju dengan pilihan Violet dengan alasan keamanan.

"Ishhh iya deh, lagian sama aja. "

Violet lalu ingin menyeret satu koper tapi dicegah oleh Liam yang menahan gemas, kalau sudah keluar kata 'Ishhhh'

"Kamu bawa tas kamu aja Dek, ini berat biar Abang saja. " Liam menangkis tangan Violet.

Vino tidak memperdulikan perdebatan mereka, dia memilih menaruh barangnya sendiri ke kamarnya.

Semua perabotannya sudah diisi sekalian sama Vino tinggal pakai semuanya.

Tak lama Handoko dan Lina datang disusul dengan Hakam dan Iqbal yang ikut pindahan dan mendoakan agar rumah ini diberkati.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!