4. Pertemuan

Hari berikutnya Vino dan Violet dijemput oleh Handoko dan Lina untuk tinggal bersama mereka. Semua barang pribadi mereka bawa, sedangkan semua barang elektronik sudah merupakan barang yang akan disita oleh bank.

Sebelum mereka tinggal di rumah Handoko, ia telah memberitahu kepada istrinya dan ketiga anaknya. Mereka semua setuju, dan menyambut hangat Vino dan Violet.

Tiba di rumah, Halim dan adiknya yang usianya sama dengan Vino, yaitu Hakam menyambut mereka. Sedangkan Liam masih sekolah jadi tidak bisa menyambut kedatangan mereka berdua.

Hakam, anak kedua Handoko yang masih kuliah semester akhir, yang sedang berjuang untuk lulus. Dia ini lebih dekat dengan Vino, kebetulan dari bulan lalu dia sedang travelling ke luar negeri untuk melengkapi tugas akhirnya. Jadi belum mengucap bela sungkawa pada Vino,sepupunya sekaligus temannya.

Dia langsung memeluk Vino untuk menyalurkan rasa menyesalnya. "Sorry ya bro, gue nggak bisa datang. "

"No problem, keluarga yang lain banyak yang ada di samping gue dan Vio. " ucap Vino ketika pelukannya dilepaskan.

Hakam lalu mengelus rambut Violet, dia memang kenal dengan Violet karena sering ke rumahnya.

🍁

Mereka kemudian berkumpul di ruang keluarga dengan penuh kehangatan, kecuali Liam yang belum pulang.

"Nanti Vino tidur di kamar tamu, terus Violet tidur di kamarnya Liam. Karena di sana kamarnya paling luas jadi kamu akan nyaman. Terus Hakam tidurnya sama Liam ya? " Lina mengatur kamar mereka.

"Big No! Aku lebih baik tidur sama Vino Bun. Biar Liam tidur di kamar tamu saja. Males banget tidur sama tu anak " Hakam tidak setuju kalau dia harus tidur dengan adiknya itu.

Hubungan Hakam dan Liam terkadang tidak baik, kadang bertengkar karena memang sudah hal wajar seperti itu. Tapi sebenarnya mereka saling menyayangi.

"Iya Bibi, saya sama Hakam aja. Kadang dulu, dia juga sering nginep di kosan saya. " Vino setuju dengan Hakam.

"Baiklah, kalau seperti itu. Lagian kamar Hakam juga luas dan sudah Bunda tambah tempat tidurnya. Jadi Vino biar bisa nyaman nantinya." Lina memang telah menyiapkan semuanya.

🍂

Ketika asik mengobrol datang Liam menggunakan hoodie hitam yang menutupi kepalanya. Kadang memang begitu kalau sekolah.

Orang pertama yang menangkap kedatangan Liam adalah Violet. Dia sangat terkejut dengan makhluk tampan ini tiba-tiba muncul.

"Bibi, ada malaikat. Apa malaikat pencabut nyawa ya?. Dulu pas di rumah sakit juga datang. Apa aku akan meninggal? " Ucap Violet sambil mencengkeram tangan Lina.

Liam, duduk dengan kebingungan. Begitu juga yang lainnya, mereka bingung dengan ucapan Violet yang menakutkan itu.

"Kamu ngomong apa sih sayang? mana ada malaikat maut disini? " Lina merasa cemas.

"Itu! " Lina menunjuk ke arah Liam yang duduk, sambil minum air hingga tersedak karena dikira malaikat maut.

Otomatis langsung semuanya tertawa, yang paling kenceng Hakam. Melihat adiknya dinistakan dia sungguh bahagia.

"Ya dia memang malaikat pencabut nyawa, nyeremin kan Vio? "

Liam melototi Violet yang kebingungan.

"Ini tuh Abang Liam sayang, kamu lupa sama dia? Kok bisa mengira abangnya malaikat pencabut nyawa sih. " Lina memperkenalkan anak bungsunya itu.

Violet ingat siapa Liam,tapi dulu tidak setampan itu.

🐢

Lima tahun yang lalu

Pertemuan pertama Liam dan Violet adalah lima tahun yang lalu ketika ada acara sunatan di rumah Handoko. Acara sunatan anak bungsunya, Liam Dirgantara Kusuma.

Keluarga besar semuanya berkumpul, sanak saudara dari pihak ayah dan ibu berdatangan.

Termasuk adik tiri Handoko, yang berbeda ibu yaitu Ferdinan dan keluarganya. Mereka jarang bertemu karena tinggal di Bandung.

Kebetulan dalam kesempatan ini, bisa menghadiri acara keluarga. Karena jarang berkumpul, hingga Mira istrinya tidak begitu akrab dengan saudara lainnya. Begitu juga kedua anaknya yang sama sekali belum pernah bertemu dengan saudara-saudara mereka. Hingga mereka dikenalkan satu persatu agar saling kenal.

Vino yang memang sudah berusia remaja, dia bisa berbaur dengan mudah sama saudara yang lainnya. Apalagi ada Hakam yang seusia dirinya. Sedangkan Violet yang masih usia SD, masih malu-malu.

Ada Iqbal yang seusia dengan dia,anak Haris adiknya Ferdinan. Dia itu suka sekali berlarian kesana kemari tidak pernah diam. Dia mengajak Violet bermain, tapi hanya dia buat menangis dengan merebut makanannya juga menjahili dirinya. Iqbal memang sudah jahil sejak kecil, bahkan kakak sepupunya yang masih sakit itu nya karena habis di sunat di jahili. Iqbal dengan sengaja menyenggol bagian tubuh yang habis di sunat milik Liam.

Hingga membuat dirinya kesakitan, lalu menangis.

"Huaaaaaa, kurang ajar lo Iqbal! "

Melihat seorang laki-laki menangis Violet memicingkan mata, "Mama, abang itu kenapa nangis? kan nggak boleh nangis ya ma. "

Mendengar ucapan gadis kecil yang cantik itu, seketika Liam diam. Dia merasa malu karena dilihat oleh seorang gadis menangis.

🐤

Malam harinya, karena semua kamar penuh. Maka Lina menyarankan Mira agar tidur di kamar Liam saja. Di kamar tamu sudah di isi keluarga Haris sedangkan para laki-laki memilih tidur di ruang tamu dan ruang tengah sambil begadang. Lina saja harus tidur dengan kakak ipar dan kedua anak gadisnya.

Ketika masuk kamar Liam, anak itu sudah tertidur pulas. Melihat tempat tidur anak laki-laki itu cukup luas. Mira menyarankan agar Violet tidur disamping kakak sepupunya itu.

"Adek tidur saja disamping abang Liam ya? mama akan tidur di sofa panjang itu. " Saran Mira.

"Tapi ma, masa adek tidur sama laki-laki? "

"Kan dia kakaknya Vio, nggak apa-apa kok sayang. " Bujuk Mamanya itu, sambil membantunya untuk segera naik ke atas tempat tidur.

Ditengah Mira kasih guling untuk pembatas. Dia berpikir takut luka Liam tersenggol oleh Violet. Kan kasihan nanti, kalau kesakitan.

"Jangan melewati guling ini ya sayang, abang Liam masih sakit. Kasihan kalau nanti kesakitan. ya? " pesan mama setelah Violet berbaring disamping Liam yang terlelap.

"Baik mama, biar abang tidak nangis lagi ya? " Violet mengingat tadi siang kalau kakaknya ini menangis.

Mira tersenyum, "Iya anak pintar, ayo tidur."

"Baik mama"

Kemudian mereka tertidur cepat, saking capeknya.

Menjelang subuh, Liam merasakan panas di itunya. Memang kadang seperti itu makanya suka dikipasin terus. Lalu dia melihat ada gadis cantik tadi sedang tidur di sampingnya. Liam kecil langsung suka pada pandangan pertama tadi. Apalagi sekarang, melihat dari dekat sangat senang. Dia sangat mengaguminya. Hingga muncul ide gila dari anak yang akan beranjak remaja itu.

Violet bangun setelah mendengar teriakan Liam yang kesakitan akibat itu nya tidak sengaja dipegang oleh Violet yang tidur.

"Kenapa teriak? " Violet membuka mata, lalu duduk. Tangannya kini sudah tidak memegang benda kenyal tertutup perban itu.

Violet tentu saja bisa melihat dengan jelas itu. Berhubung Liam kesakitan jadinya melupakan rasa malunya. Hingga Mira bangun, segera menutupinya agar adek perempuan nya itu tidak melihat lagi.

"Maaf Abang, kena lukanya ya? " Mira yang minta maaf.

"Iya tante, adek ini pegang bahkan seperti dipencet. Kan sakit tante... " Liam mengadu menahan sakit.

Mira menahan tawa, sebenarnya lucu tapi ia tak boleh meremehkan anak-anak.

"Maaf Abang,adek nggak sengaja kok. Mana yang sakit, biar Vio obati... " Violet dengan polosnya ingin melihat lagi.

"Enggak! pergi aja lo! " Sekarang Liam baru malu, ketika mengingat kalau gadis kecil ini tadi melihat milik nya.

"Kalau begitu biar tante saja yang memeriksa ya bang? tante ini seorang perawat loh. Jadi bisa merawat luka Abang. " Bujuk Mira berusaha agar anak laki-laki ini tenang.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!