19. Lega Dengarnya.

Abang Liam : Mau seblak?

Melihat chat dari Liam, Violet jadi bingung sendiri. Pasalnya laki-laki itu sudah dua harian ini tidak muncul di depannya tiba-tiba nge-chat kayak begini.

Violet langsung membalasnya dengan kata 'Mau'

Beberapa menit kemudian Liam sudah sampai di rumah Violet dengan tiga bungkus seblak di tangannya. Dia kemudian memberikannya pada Violet yang sedang duduk santai di sofa sambil nonton TV.

"Ayo dimakan! " Suruh Liam, karena Violet bengong sendiri.

Violet nyengir kuda, "Abang kenapa?"

"Kenapa apanya? "

"Tiba-tiba nongol bawa seblak. "

"Lah tadi kan aku chat dulu. Udah deh tinggal terimakasih dan dimakan malah ngomel. " balas Liam kemudian membuka bungkusan seblak itu untuk dirinya.

"Baik terimakasih abangku. "

Liam mengingat kalau dirinya tadi diberi tahu Iqbal kalau Brian bukanlah pacar Violet. Dia hanya nolongin Brian untuk menjadi pacar pura-pura nya.

"Lain kali jangan asal mau di peluk sama orang, mengerti? " Pesan Liam ketika mereka makan seblak.

"Baik abang ku sayang..."

🐰

Hari ini, Brian ke kelas Violet untuk bertemu dengannya.

"Sorry baru muncul, gue beberapa hari ini sibuk banget urusan OSIS. Padahal pingin banget ketemu elo secepatnya."Brian mulai bicara tanpa aba-aba.

Seolah mereka sudah kenal lama. Padahal tidak kenal sama sekali. Hanya saja sejak pertemuan pertama dengan Violet, ada rasa tertarik dalam dirinya.

Sedangkan Violet sedikit terkejut akan kedatangan laki-laki aneh yang waktu itu tiba-tiba meluk dirinya.

Mereka duduk berhadapan,dengan Brian duduk di bangku depannya Violet.

Anak kelasan Violet pada liatin interaksi mereka. Ini membuat Brian tidak begitu nyaman.

"Bisa bicara nanti saja setelah pulang sekolah? "

"Bicara aja sekarang,lo mau bicara apa emangnya? " Violet santai saja.

"Mau nanya, lo minta imbalan apa atas bantuan lo ke gue waktu itu? " Brian masih ingat kalau dirinya menjanjikan sesuatu sebagai imbalan karena telah menolong dia.

"Nggak usah, gue anggep aja dipeluk monyet di kebun binatang. "

Brian tertawa mendengar candaan Violet.

"Lo pikir gue monyet? "

"Bapaknya kali. " imbuh gadis itu dengan sengit. Sebenarnya malas bicara dengan laki-laki yang tidak ia kenal. Tapi dia biarkan karena tidak merugikan dirinya. Apalagi dia juga good looking jadi aman lah kalau nanti di cie-cie in teman-temannya. Nggak bikin malu lah wajahnya.

Brian tertawa lagi, Violet juga tertawa kecil.

"Gue Brian, anak kelas dua IPA satu. Kalau lo nggak keberatan gue mau traktir lo selain di kantin kalau bisa sih. " Brian memperkenalkan diri ketika sudah puas tertawa.

"Gue Violet. " Violet juga memberitahu namanya.

"Udah tahu sih sebenernya gue." balas Brian.

Dia tahu karena memang mencari tahu perempuan cantik ini.

"Lah kok bisa? gue aja nggak tahu elo. " Saking herannya dia sampai melotot.

"Seriusan lo nggak tahu gue? Gue ketua OSIS betewe. " Laki-laki berkulit putih itu juga terheran.

"Iya gue tahunya baru-baru ini aja, lagian gue nggak begitu tertarik sama organisasi begituan. " Yang ngasih tahu Iqbal.

"Wahhh kok bisa, padahal gue mau rekrut elo loh. Sepertinya sudah ditolak sebelum mengajukan proposal. " canda Brian.

"Setresss kebanyakan makan proposal lo! "

Kemudian mereka ngobrol dengan akrab. Entah kenapa ngobrol dengan Brian cukup nyaman dan enak. Brian lumayan asik anaknya jadi bisa menghangatkan suasana.

"Gimana mau makan sama gue nggak sepulang sekolah?ajak juga cowok lo. " ajak Brian, yang bikin Violet kebingungan. Karena dia kan nggak merasa punya cowok.

"Ha? "

"Lo ceweknya kak Liam kan? " Memastikan.

"Kok lo kenal Abang Liam juga? " pertanyaan Violet malah kesitu.

"Semua penduduk sekolah ini tahu Kak Liam dan semua tahu kalau elo ceweknya. Apalagi lo habis ribut kan sama Kila cewek paling cantik di sekolah ini. "

"Kok lo bisa tahu sih masalah itu juga? "

"Gue ketua OSIS, sekali lagi gue ingatkan. "

Violet tertawa, "Ketua OSIS juga ngurusin percintaan teman-temanya juga. "

"Enggak lah, ya kebetulan ada yang menggosip gitu pas ngumpul. "

"Emmm gitu ya. "

"Lagian pas gue random meluk lo waktu itu, Kak Liam datang kayak mau makan gue, takut banget gue waktu itu. Gue habis ini juga bakalan minta maaf ke dia. Biar nggak salah paham. " Brian mengingat bagaimana Liam saat itu mencengkram kerah Brian.

"Nggak usah, Abang nggak marah kok. "

"Kok bisa? lihat ceweknya dipeluk? serius nggak marah. "

"Dia lebih ke protektif aja sih. Sebenarnya dia sepupu gue, bukan pacar gue. "

"Beneran? " Mendengar kalimat dari mulut Violet, seperti tersiram bunga.

"Hemm, Orang-orang aja yang ngira nya gue ceweknya abang Liam. "

"Kenapa ya gue lega dengernya dan seneng gitu." seperti mendapatkan lampu hijau.

🦋

Setelah itu Brian dan Violet semakin dekat.

Brian yang memang habis putus cinta, makanya butuh pelarian. Hingga Violet membuatnya lupa dengan rasa sakitnya.

Sedangkan Liam yang sibuk dengan belajarnya lupa kalau adiknya ini gadis cantik yang pasti banyak yang suka.

"Lo lagi deket sama Brian kan? " Tanya Iqbal saat ngumpul bertiga dikamar Liam saat weekend.

Liam mendengar itu terkejut, seperti kecolongan sesuatu. Dia tahan sejenak, mendengarkan dulu, ingin tahu sudah sejauh mana Violet dalam pergaulan.

"Enggak juga, kita cuma kenal. " jawab Violet sambil makan kripik jagung sambil melihat film yang mereka putar.

"Keknya dia naksir tuh sama elo" Iqbal bisa menebak seperti itu karena beberapa kali Brian ke kelas mereka selalu membawakan sesuatu untuk Violet.

"Udah dibilang nggak usah pacaran, bandel! " Sengak Liam akhirnya muncul, karena dia sudah tidak tahan lagi.

Violet hampir saja melompat, saking terkejutnya.

"Abang tuh kaya mama gue, nggak adil banget. Lo pacaran sana sini, Violet nggak boleh. " Iqbal saja dengernya ikut kesal apalagi Violet yang terus melototi sepupunya itu.

"Ya soalnya kalian masih kecil, baru juga lulus SMP. Kalau gue kan udah mau delapan belas tahun. " mencari alasan yang cukup masuk akal baginya.

"Halahhh iik. Abang aja udah dari SD tuh katanya suka sama cewek. Terus pacaran pas SMP. " Iqbal membeberkan apa yang ia ingat.

"Sok tahu lo! enggak kok Vio... " Entah kenapa dia tidak mau terlihat buruk di mata Violet.

"Padahal bener. " cibir Iqbal.

"Oke Vio, kalau kamu mau pacaran setidaknya seperti abang. Perfect, ganteng, pintar,baik,pengertian,tanggung jawab dan satu lagi kaya. Kalau dia kesusahan dalam uang percuma kamu bakalan sengsara walaupun masih pacaran. " Liam asal ngomong, karena syarat yang ia ajukan cukup tidak masuk akal.

"Jadi aku disuruh jadi cewek matre gitu? " kesimpulan yang Violet tangkap demikian.

"Itu semua ada di Brian kok Vio... tenang saja. Brian ganteng, pinter, dan kaya. Lo lihat kan mobilnya bahkan lebih bagus daripada milik abang Liam. " Balas Iqbal sambil mengingat bagaimana Brian.

Liam malah kemakan omongannya sendiri, dia lupa kalau yang namanya Brian itu juga nyaris sempurna sebagai laki-laki.

"Pokoknya nggak usah pacaran! " Tegas Liam sambil berdiri meninggalkan mereka yang melongo.

Kedua remaja itu kebingungan dengan sikap berlebihan Liam.

"Lagian belum tentu juga dia suka sama lo! Udah kepedean banget huh! " Ledek Iqbal agar Liam lebih tenang.

"Ishhhhh"

"Lo emang suka sama dia? " Iqbal jadi penasaran setelah melihat reaksi Violet yang memajukan bibirnya.

Liam yang hendak ke kamar mandi berhenti dulu, ingin mendengar jawaban Violet.

"Enggak kayanya. "

Mendengar ucapan Violet, Liam lega. Diapun melangkah ke kamar mandi lagi untuk buang air.

"Tapi kan siapa tahu habis ini. " Imbuh Violet meringis.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!