8. Pasmina

Tiba di rumah, Liam langsung menuju kamar membersihkan diri sebelum Bunda nya melihat wajahnya. Yang akan berujung omelan panjang,tidak Liam sukai. Tapi tadi rumah sepi, tidak ada suara bunda yang selalu menyapanya.

Dia mengeluarkan handphone yang ada di saku celananya. Ternyata ada tiga kali panggilan tak terjawab dari bundanya. Dan satu pesan belum terbaca.

Bunda : Am, semuanya ngumpul di rumah Om Haris,kalau sudah pulang wajib nyusul sama Vio.

Setelah selesai membaca isi pesan itu, ia masukan kembali ke dalam saku. Kemudian keluar kamar mandi tanpa membalasnya.

Disisi lain Violet penasaran bagaimana Liam bisa mendapatkan luka seperti itu.

"Cepetan ganti baju Dek, habis ini kita ke rumah Om Haris. Dia udah pulang. " Ucap Liam ketika sudah keluar dari kamar mandi. Dan dia sudah tidak dingin lagi, seperti tadi.

Violet berdiri, "Abang kenapa bisa terluka? "

Liam menyentuh pinggir luka di bagian tepi bibirnya. "Ohh ini, tadi kejedot pintu pas di kelas " jawabnya berbohong. Tidak mungkin dia bilang habis berkelahi, bisa diadukan sama Bundanya.

"Kok bisa kejedot di bibir, pasti habis berantem kan? " Violet membuka tasnya. Dia mencari salep luka yang selalu ada didalam tasnya itu.

Kemudian dia mendekati Liam, berhadapan dengan laki-laki itu untuk berniat mengobati lukanya.

"Nggak usah, ini cuma luka kecil. " Cegah Liam ketika Violet sudah mengangkat tangannya yang salah satu jarinya telah ada salep.

"Ishhhh biar nggak parah bang, udah deh diam aja. " Violet berusaha untuk mengoleskan salep itu. Tapi karena dianya pendek jadi sangat sulit.

Violet berinisiatif naik ke tempat tidur, dan menarik Liam untuk mendekat. Dengan begini dia bisa dengan mudah mengobati kakaknya ini.

"Kenapa peduli sama luka abang? " tanya Liam, mengatur jantungnya yang deg-degan tidak karuan.

"Abang juga peduli sama aku, dan baik banget udah jagain aku pas di rumah sakit. Padahal kita nggak begitu dekat selama ini. " Violet ingin membalas kebaikan Liam ternyata. Dia tahu dari Vino, kalau selama ini yang menjaga dirinya adalah Liam.

"Kan emang kita saudara."

Alasan yang memang harus ia terima.

🦋

Setelah siap mereka ke rumah Om Haris, yang baru pulang dari ibadah haji.

Ketika tiba di sana, Violet bingung karena semuanya pakai kerudung yang perempuan.

"Bang, aku lupa. Salah kostum ini. " Ucap Violet sambil memegang kepalanya.

Liam melihat kedalam rumah yang ramai, dan yang perempuan pakai jilbab semua. Matanya bergantian melihat Violet yang hanya memakai celana panjang dan kaos panjang saja. Untung masih pakai celana panjang dan masih sopan. Kadang gadis ini suka pakai celana pendek.

Liam langsung melepas hoddy nya, dipakaikan ke tubuh Violet yang mungil.

"Kan aku jadi kek Alien gini abang. Kebesaran jaketnya... " Bukannya senang biar bisa menutupi kepalanya malah merengek.

"Aelah, ya udah kamu tunggu sini. Abang masuk duluan, entar aku carikan gorden apa taplak meja gitu." Liam dengan tertawa bercandain adiknya ini.

"Ishhhh."

Violet setuju, dia memilih menunggu entah sampai kapan.

Liam masuk, semua keluarga besar berkumpul dan memang tidak ada satupun wanita di ruangan ini tidak menggunakan jilbab. Setelah menyalami semuanya termasuk Om Haris dan istrinya, Liam kemudian menarik bundanya.

"Violet kenapa nggak diajak?dia belum pulang sekolah? " Lina malah bertanya duluan. Padahal Liam baru mangap mau bicara dengan menutupi mulutnya agar tidak terlihat lukanya.

"Itu dia masalahnya bun, itu Violet ada di luar dan dia nggak pakai jilbab. Lupa!. " ucap Liam pelan.

"Oh,uda nggak masalah, lagian kan yang datang keluarga sendiri kok. Suruh masuk saja nggak apa-apa. " Jawab Lina dengan santai, lalu meninggalkan anaknya itu.

Liam tidak mau Violet jadi bahan gibahan nantinya. Dia harus cari jilbab, walau bagaimanapun.

Mata Liam menangkap barisan souvenir yang akan dibagikan ke tetangga, dia melihat dalamnya itu jilbab karena ada salah satu wanita mengeluarkan sebentar ingin tahu apa isinya.

"Mbak, boleh minta satu nggak? " Liam mencoba minta.

"Ohh boleh mas, silahkan. " jawab wanita itu, yang ternyata asisten rumah tangga rumah ini.

"Bang Liam? minta jilbab buat pacarnya ya? " Tiba-tiba ada suara Ivy, anak kedua Haris. Dia kelas enam SD.

"Masih kecil aja ngerti pacaran lo. " Liam terheran.

"La terus buat siapa? masa abang mau pakai sendiri. " Ivy bingung sendiri dengan kelakuan sepupunya ini.

"Diam lo bocil! "

Kemudian Liam memilih untuk keluar saja, menemui Violet yang menunggu di halaman tempat parkir motornya.

Liam segera mengeluarkan jilbab itu, jilbab yang diambil Liam berbentuk pasmina warna coklat muda. "Bagus kok warnanya,pasti cocok nih sama baju coklat tua kamu. "

Kemudian dia menutupkan jilbab itu pada kepada Violet. Rasanya seperti ada getaran yang datang diantara keduanya. Apalagi Liam langsung tersihir dengan kecantikan Violet begitu jilbab telah terpasang.

"Cantiknya..."

"Hah?" Violet ingin mendengar lagi pujian itu.

Liam memejamkan mata sebentar agar sadar kalau yang dihadapannya ini adalah adiknya. "Ayo masuk, udah ditunggu sama yang lainnya. "

Setelah masuk Violet menyalami semua keluarga persis seperti yang Liam lakukan tadi.

"Vio?" Ada Iqbal yang senang ketika bertemu Violet tapi agak terkejut karena Violet memakai kerudung.

Vio langsung mencibir bibirnya, karena mereka memang saling kenal. "Iya, pak Haji. Emang siapa lagi sepupu lo yang paling cantik. "

Iqbal, anak pertama Om Haris adik kandung Ferdinan. Keluarga Haris ini memang lebih dekat dengan keluarga Ferdinan karena mereka satu ibu. Keluarga mereka juga sering berlibur dan berkumpul bersama. Tidak seperti keluarga kakak yang lainnya. Makanya Iqbal dan Violet ini cukup akrab. Hanya saja ketika kematian Ferdinan, Haris dan istrinya juga Iqbal sedang menjalankan ibadah di tanah suci makanya tidak bisa langsung pulang.

Mereka hanya bisa mendoakan dari sana. Kalau tidak ada Handoko, paling yang akan menampung Vino dan Violet ya Haris.

Iqbal langsung memeluk Violet, menyampaikan penyesalannya karena tidak ada saat dia berduka. "Sorry, Vio... gue nggak ada pas lo butuh. "

Violet tidak mau hari bahagia ini menjadi hari berduka, karena kalau saja kedua orang tua mereka masih hidup pasti tidak mau itu terjadi.

"Udah bal, aku baik-baik saja. Semua membantu gue dan Abang. Berkat doa lo, langsung dari rumah Allah. "

"Gue tahu lo sekuat ini, makanya pas di tanah suci gue selalu mendoakan elo. " Iqbal menyudahi pelukannya.

"Iya semua berkat doa lo Bal. Terimakasih. " balas Violet.

Iqbal kemudian tertawa, "Denger lo bilang terimakasih hati gue langsung adem gitu. " ledek Iqbal.

Iqbal memang anaknya suka bercanda dan jarang serius. Dia juga bisa dibilang anak badung. Makanya sama orang tuanya diajak naik haji biar sebelum dewasa dia bisa menjadi lebih baik.

"Bang,akhirnya lo ketemu juga kan sama Violet sekarang? " kata Iqbal berbisik tepat ditelinga Liam.

"Ya terus napa, anjrit" Liam kebingungan sendiri.

"Jangan mengumpat, sekarang gue sudah bergelar HAJI loh bang. " Iqbal mengingatkan.

"Kita lihat aja, kelakuan lo habis ini. "

Liam dan Iqbal memang sangat akrab karena Iqbal suka main ke rumah Liam yang masih satu kota dengan rumahnya. Dan Iqbal selalu ditolong kalau terlibat perkelahian. Walaupun Iqbal masih SMP, dia mempunyai semacam geng, yang rencananya mau dia teruskan hingga tingkat dewasa. Dia suka gitu, dari SD geng sepeda sekarang SMP geng sket board besok pas SMA geng motor kayaknya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!