5. Berbagi Kamar

Liam begitu kesal karena dianggap malaikat maut oleh Violet. Ditambah lagi kamarnya sekarang direbut oleh gadis itu, dia disuruh tidur di kamar tamu.

"Oke,tapi dengan syarat barang-barang ku masih tetap di kamar ku. Liam nggak mau ribet mindahin semuanya. Jadi di kamar tamu Liam cuma tidur doang. " Liam setuju ketika diberi tahu kalau adik sepupunya ini akan menempati kamarnya dengan syarat tersebut.

"Iya iya terserah kamu aja Am, kan kamar kamu tuh luas. Jadi bisa berbagi lemari sama adiknya. " Lina setuju dengan syarat yang diajukan anaknya ini.

Liam sebenarnya tidak rela, tapi dia terpaksa merelakan kamarnya untuk Violet.

"Bunda bahagia sekali dengan adanya Vino dan Violet di rumah ini. Bahkan bunda sekarang punya anak perempuan. Jadi rasanya sungguh bahagia, akhirnya punya anak perempuan. " Lina kemudian memeluk Violet.

"Terimakasih Bibi. Bibi baik banget sama Vio. " Ucap Vio setelah pelukan.

"Kalau begitu panggilannya jangan bibi dong, panggil Bunda. Bagaimana Vino? mau kan? " Lina malah menginginkan kalau mereka berdua memanggil dengan bunda pada dirinya.

"Iya, panggil Paman juga dengan ayah. " Handoko juga setuju dengan Lina.

"Benar, kalian sudah jadi keluarga ini. " Halim juga setuju.

Begitu juga Hakam dan Liam, yang hanya memberikan anggukan kepala saja, tanda setuju.

"Baik, Bunda " Violet langsung setuju, karena memang Lina ini orangnya hangat seperti mamanya. Dia yang memang manja, jadi sangat senang mempunyai ibu lagi.

🌿

Setelah makan malam mereka ke kamar masing-masing. Termasuk Violet masuk ke kamar Liam yang berada di lantai dua sebelah kanan. Sebelah kiri kamarnya Hakam dan Vino sekarang.

Violet membuka pintu dia mendapati kamar yang rapi dan beraroma maskulin. Berbeda dengan lima tahun yang lalu, dulu bercorak luar angkasa. Sekarang polos berwarna abu-abu tua dan cenderung gelap,terlihat estetik sih. Dengan luas kira-kira sepuluh meter lebih. Tempat tidurnya juga empuk dan nyaman. Ketika mencium bantalnya tidak ada bau iler.

"Mungkin habis diganti kali. "

Violet merebahkan dirinya, begitu nyaman dan menenangkan. Padahal aroma parfum laki-laki. Dia bertanya-tanya kemana perginya kakak sepupunya itu.

Ternyata Liam mandi di kamar mandi. Begitu dia selesai dan keluar dia mendapati Violet yang tengah berbaring. Dia berjalan dengan santainya menuju lemari ,hanya menggunakan handuk di bagian intinya.

Mendengar seperti ada orang,Violet langsung bangun, "Aaaaaaa" teriak Violet ketika melihat Liam yang tengah telanjang dada dengan badan atletis.

"Yeeee bocil, ngapain kamu teriak! " Liam tidak menghiraukan teriakannya.

"Ya kamu santai gitu, nggak malu. " Rengek Violet menutupi matanya dengan kedua tangannya.

"Lagian kamu tuh masih kecil kan, jadi ya ngapain malu." Liam jawabnya santai.

"Aku sudah lima belas tahun, bukan anak kecil lagi. Seharusnya kamu malu dong sama aku. " Violet membalikkan tubuhnya.

Liam menyeringai, "Ohh kirain masih SD. "

"Hah? " Violet merasa kesal dikira masih SD.

Setelah mengambil pakaian nya Liam ganti baju di kamar mandi. Kemudian keluar setelah rapi dengan celana pendek dan kaos oblong.

Violet duduk di sofa depan layar TV.

"Gini ya bocil, aku kasih tahu peraturan dikamar ini. " Liam berniat memberitahu Violet.

"Pakai peraturan segala. " Violet dengan santai.

"Jadi kamu boleh menempati sesuka hati kamu kamar ini terserah mau sampai kapan. Tapi dengan catatan semua barang ku tetap disini. Jadi artinya ini kamar kita berdua. " Liam menjelaskan seperti itu rada deg-degkan gitu karena terkesan ada maksud lain kalau tidak tahu kondisinya. Memang mereka pasangan bisa berbagi kamar.

"Iya tadi kan kamu sudah bilang. " Violet mengingat kalau hal ini sudah dibahas tadi.

"Ya aku kasih tahu lagi biar jelas. Terus kamu boleh menggunakan lemari yang sebelah sini. Sudah aku sisihkan pakaian ku. " Liam berlanjut ke deretan lemari sambil menunjukkan bagian untuk Violet.

"Oke" Violet memperhatikan.

"Kemudian, ini meja belajar kamu bisa pakai karena aku jarang belajar di meja ini. Kamu boleh taruh buku pelajaran kamu di rak yang kosong. " Sekarang Liam memperlihatkan meja belajar.

"Oke"

"Satu lagi, panggil aku Abang Liam. Jangan aku kamu, kek orang pacaran aja. " Syarat terakhir Liam terucap.

Belum di jawab Violet ada yang datang,ternyata Lina masuk membawa tumpukan kain.

"Gimana Vio kamarnya? maaf ya bunda belum siapkan yang benar. " Bundanya Liam ini bertanya sambil menarik sprei tempat tidur berwarna hitam itu.

"Lah mau diapain Bunda? kan baru kemarin aku ganti. " Tanya Liam terheran.

"Mau Bunda ganti sama yang pink, Vio kan suka pink. " Jawab Lina, sekarang memasang sprei warna pink salem dengan motif hati kecil.

Liam hanya pasrah saja sambil melemaskan badannya. Dia kan nggak suka warna pink.

"Terus ini ada selimutnya juga, jadi Vio bisa nyaman tidur nya. Oke sayang. " Lina menata selimut berwarna peace.

"Terimakasih Bunda, Vio suka warna ini. " Violet bersyukur wanita ini begitu menyayangi nya.

"Tapi bun, kamar aku jadi aneh. Masa udah manly sprei nya warna pink. " rengek Liam melihat pemandangan yang tidak pernah ia bayangkan.

"Kalau Vio mau tinggal disini, kamar ini Bunda akan cat sesuai dengan kesukaan Vio. Kan biar lebih cantik ya nggak sayang? daripada gelap gini. Nah sekarang jadi lebih bagus loh Liam kamar kamu, lebih hidup nggak gelap. " Ucap Lina mengabaikan rengekan anaknya.

Lina memang berharap kalau Violet mau tinggal di sini, dan akan memberikan kamar ini untuk nya. Kalau kamar untuk Liam, bisa dengan saudara yang lainnya.

Liam sebenarnya tidak keberatan dengan keberadaan Violet di rumah ini. Tapi dia berpura-pura tidak senang kalau berbagi kamar.

Liam memilih tidur di sofa ruang keluarga, karena di kamar tamu tidak nyaman. Tapi di tengah malam dia terbangun, dan merasakan memang tidak nyaman tidur di sofa. Hanya dia tahan, demi Violet. Tidak mungkin dia pindah ke kamarnya.

🍁

Paginya semua sudah bangun tapi Liam masih tidur di sofa. Karena semalam tidak bisa tidur, jadi dia ketiduran di pagi harinya.

"Woi bangun lo! udah siang anjirr! " Hakam yang jahil menendang p*ntat Liam yang masih lelap. Ketika dia sedang bersiap untuk mengepel lantai.

"Jangan diganggu adiknya Hakam... Biarkan saja! Kamu ngepel aja yang benar!" Teriak bundanya dari dapur.

Lina walaupun sudah kaya, dia tetap memasak untuk keluarga nya. Di rumah ini tidak ada asisten rumah tangga. Jadi pekerjaan rumah dibagi dengan ketiga anaknya walaupun semuanya laki-laki. Kalau menyapu sudah ada robot tukang sapu. Jadi tinggal di pel saja kalau perlu.

Tak lama Violet turun, dia sudah mandi dan segar.

"Wuihhh Vio.. makin gede aja kamu. Cantik banget lagi. " Hakam melihat sepupunya itu menarik.

"Ha-" Baru mau ditanggapi Hakam sudah tidak menghiraukan Violet memilih meneruskan membersihkan lantai.

"Biar Vio aja bang? " Violet tidak enak sepupunya itu ngepel sendirian.

"Kamu duduk aja di sofa nanti kepleset. Ini udah mau selesai kok. " jawab Hakam menyuruh Violet duduk.

Hakam mengepel sambil menelpon seseorang. Yaitu pacarnya. "Hello, baby. Sudah siap? aku jemput ya habis ini? "

Kemudian pergi setelah menyelesaikan tugasnya,sebelumnya menendang pa*tat Liam dulu agar bangun.

"Anjing! " Liam otomatis bangun karena lebih keras.

Dia tambah terkejut lagi di depannya ada Violet.

"Kenapa abang tidur disini? " Violet jadi tidak enak melihat Liam tidur di ruang keluarga ini.

"Tadi sudah bangun terus masih ngantuk jadi tidur lagi." Jelas Liam,sambil mengucek matanya agar bisa melek.

"Maaf ya bang, gara-gara aku jadi terlantar. " Violet benar-benar tidak enak.

Dan Lina yang mendengar itu, langsung ingin mendekat. Tapi diurungkan karena Liam sudah bisa menjawabnya tanpa menyinggung perasaan Violet.

"Kenapa minta maaf? seharusnya minta maaf kemarin pas kamu ngatain aku malaikat maut. " Liam dengan dibumbui bercanda.

"Lahhh siapa juga yang ngatain. Habisnya tiba-tiba datang dengan penutup kepala, kan horor dong. "

"Ya tapi masa aku seperti malaikat maut gitu? " Liam tidak Terima.

"Sebenarnya aku mengatakan seperti malaikat karena ketampanan abang. " Violet dengan polosnya memuji Liam.

Liam jadi salah tingkah dibilang tampan oleh Violet.

Melihat interaksi mereka berdua yang sudah terlihat akrab Lina senang.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!