14. Jangan pacaran

Violet di tinggal sendiri didekat gerbang. Mereka pergi dengan motor masing-masing. Kemudian dia berinisiatif mencari keberadaan Sasa, pacarnya Iqbal. Mungkin saja belum pulang.

Sasa anak kelas lain yang memang baru seminggu ini dipacari Iqbal. Violet langsung menemukan keberadaan perempuan imut itu.

"Sasa ya? " Violet memastikan dulu. Karena dia juga hanya pernah melihat sekali pas pulang sekolah dengan Iqbal.

"Iya Violet,ada apa ya? " Sasa memang tahu Violet yang memang banyak yang tahu, karena parasnya yang menarik.

"Lo ceweknya Iqbal kan?"

Sasa mengangguk.

"Lo tahu nggak kalau dia mau tawuran sama kakak lo di lapangan?" Tanya Violet untuk memastikan kebenarannya.

Sasa nampak terkejut. "Gue nggak punya kakak. Gue anak tunggal. Maksudnya apa? "

"Hah? terus yang nantangin Iqbal siapa? " Violet jadi over thinking sendiri mendengarnya.

Sasa sedikit berpikir, "Apa mungkin kak Viko, kakak sepupu gue."

"Gimana kalau kita susulin mereka, Sasa? " Violet mengusulkan akan hal itu.

Sasa setuju dengan menganggukkan kepala. Kemudian mereka pergi kesana bertujuan untuk menggagalkan perkelahian yang tidak akan menimbulkan kebaikan.

🐢

Tiba di lapangan, sudah banyak sekali anak-anak berseragam SMA yang sudah tidak rapi lagi. Mereka sedang berkelahi tapi mendengar teriakan Sasa, berhenti seketika ketika ada yang memberikan instruksi berhenti.

"Kak Viko! " Teriak Sasa berulang kali.

Suara Sasa kencang dan lantang juga berani walaupun ada tawuran.

"Sasa? " Orang yang dipanggil Viko itu terkejut melihat ada Sasa yang menghampirinya.

Lalu Sasa menghampiri Viko, yang mencengkeram kerah Iqbal. Lalu melepaskannya ke tanah.

"Kak, please hentikan ini. Kenapa kakak melakukan ini?" Bujuk Sasa.

Pandangan Iqbal yang tersungkur sudah kesal sendiri, ada Sasa yang malah menghampiri kakaknya itu. Mengabaikan dirinya yang kesakitan.

"Gue nggak suka lo pacaran sama si brensek ini. Dia cuma pecundang! " Viko menjelaskan alasannya.

"Kak, ayo kita bicarakan di rumah. Gue nggak mau terjadi keributan. Ini bisa dibicarakan baik-baik. " Sasa membujuk lagi.

"Gue cuma mau tahu kemampuan ni anak, bisa nggak lindungi elo. " Tunjuk Viko pada Iqbal yang memicing.

Iqbal sudah bisa bangun, mengusap tepi bibirnya yang berdarah.

"Bukan dengan cara kekerasan kak! Please ayo pulang sama Sasa ya. " Sasa meredam amarah Viko yang selalu mendelik ke arah Iqbal.

Pada akhirnya Sasa berhasil menarik tangan Viko untuk pergi dari lapangan. Menghentikan perkelahian ini.

Sedangkan Violet memilih menunggu di tepi lapangan sedikit jauh dari kerumunan. Namun, keberadaannya ditangkap oleh Liam. Tentu saja dia langsung menghampiri Violet, yang mengkhawatirkan.

"Dek, ngapain kesini? disini itu berbahaya. " Liam menarik tangan Violet ke arah motornya.

Tiba didekat motor, Violet menarik wajah Liam.

"Abang baik-baik saja? " Dia takut kalau abangnya ini terluka.

Melihat Violet khawatir, Liam jadi salah tingkah sendiri. Dia menetralisir sendiri dengan berdehem dan memakaikan helm pada kepala Violet. "Abang tidak apa-apa. Justru kamu tuh, membuat abang khawatir. Udah tahu lagi ada perang malah datang. "

Belum ditanggapi, datanglah Iqbal.

"Lo kan yang bawa Sasa ke sini Vio?" Tanya Iqbal kesal.

"Iya, napa? seharusnya lo terimakasih sama gue berkat gue lo nggak terluka parah. " Jawab Violet sengit. Masih kesal dengan Iqbal yang menurutnya menyebalkan.

"T*i lo! Lo melukai harga diri gue tahu nggak! Gue bisa menyelesaikan ini dengan Viko yang sok jadi kakak yang baik. Padahal mereka cuma sepupuan. Bjiirr, gue tidak dianggap lagi! " Iqbal misuh-misuh sendiri meluapkan kekesalannya dengan kalimat kurang bisa dipahami.

Tapi Liam tahu maksudnya, "Heh, anj*ng! kakak sepupunya juga kakaknya. Dia bener, mau melindungi adik sepupunya dari laki-laki bngsat kek elo!. " dia malah memihak Viko.

"Bang! Lo kakak gue apa Viko? " Iqbal yang memang lagi diselimuti emosi semakin kesal.

"Udah bang, ayo pulang. Jangan hiraukan Iqbal b*gok ini. " Violet mengajak Liam pergi meninggalkan Iqbal yang tidak jelas.

Dalam perjalanan, Liam merenung kalau suatu saat nanti pasti ini akan terjadi pada dirinya. Dia pasti akan bersikap sama seperti Viko yang akan melindungi adik sepupunya. Disaat adiknya itu mulai mengenal pacaran. Liam tidak rela kalau nanti Violet pacaran dengan laki-laki lain.

Liam melihat tangan Violet yang melingkari perutnya. Kemudian mengelusnya beberapa kali.

🌵

Sekarang Violet dan Liam sedang berduaan nonton film di rumah Violet.

"Dek,kamu suka sama seseorang gitu nggak?"

Sebenarnya sejak peristiwa perkelahian dengan kakaknya Sasa waktu itu mempengaruhi pikiran Liam. Dia benar-benar bingung akan terjadi pada dirinya. Dia tidak mau kalau Violet punya pacar yang tidak baik dan tidak sesuai. Kalau bisa tidak usah pacaran, tapikan dia tidak berhak melarang.

Violet melihat mata Liam sebelum menjawab. Tidak mungkin dia bilang kalau dirinya kemungkinan suka sama kakaknya ini.

Posisi mereka itu duduk di sofa, dengan Violet nyender di bahu Liam.

"Nggak tahu. " Jawab Violet mengacu pada dirinya.

Mendengar jawaban Violet yang ngambang, Liam menegakkan dirinya. Sehingga Violet juga duduk tegak tidak lagi menyender pada dirinya.

"Kok nggak tahu? "

"Masih ragu soalnya." jawab Violet.

"Jadi intinya ada seseorang yang dekat sama kamu dan kemungkinan kamu naksir sama dia gitu kan? " Liam dengan menuntut jawaban pasti.

Violet mengangguk.

Liam menarik nafas dulu, dia merasakan sakit padahal Violet belum jelas dekat sama siapa.

"Kalau bisa nggak usah pacaran. Pacaran itu nggak ada gunanya nggak menimbulkan kebaikan. Yang ada malah nambahin dosa juga kerugian. So, don't date! " Liam mode ceramah.

Violet yang diceramahi malah bengong, heran karena yang jadi tukang ceramah juga pacaran.

"Abang aja pacaran, huh! " Violet mengerucutkan bibirnya.

"Beda Dek... kalau cowok tu nggak begitu rugi. Paling rugi waktu sama materi. Beda dengan cewek Dek. " Liam masih saja menjelaskan kerugian pacaran.

"Vio juga belum niat kok, lagian aku juga cuma sepertinya suka sama dia. Tapi masih ragu, nggak ada niatan pacaran sama dia juga. " gadis itu menjelaskan maksudnya.

Liam membelai rambut Violet yang panjang itu. "Bagus deh, kalau suka seseorang itu wajar dan normal. Kamu sudah SMA, sudah gede juga."

"Hemmm, Teman-teman ku aja udah banyak yang punya pacar. Bahkan pacaran mereka bisa dibilang tidak sehat mengarah ke hal begituan. Sedangkan aku, yang paling tertinggal,pacaran aja nggak pernah. Dan belum pernah ciuman juga apalagi gituan. " Violet menceritakan bagaimana teman-teman nya dan merasa sedikit iri belum pernah merasakan seperti mereka.

"Nggak usah kepingin, jadilah cewek baik dan mahal. Kasih semuanya sama laki-laki yang paling kamu cintai nantinya. Tentunya ya suami kamu kelak. " Liam ceramah lagi.

"Terus kenapa abang juga merusak ceweknya abang? " Skak Violet.

Liam nyengir, "Nggak ya, aku baik kok sama dia. Paling cuma gandengan, nggak lebih dari mencium dan menyentuh. "

"Halah! sama aja brensek. " teriak Violet.

"Sudah dibilangin jangan ngatain abang, bandel banget. " Liam memang tidak suka kalau Violet ngatain dia. Dia pun juga sebisa mungkin menjaga ucapannya.

Dia ingin menjadi contoh yang baik untuk adiknya itu.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!