12. Jantungan

Tidur berdua dalam satu ranjang dengan Violet membuat Liam tidak betah. Dia seperti terkena serangan jantung dan api yang membara. Dan dia harus menahan sesuatu di bawah sana.

'Jirrr, ternyata gue on dekat Vio.' batin Liam, sambil pindah ke sofa agar bisa tenang dan tidur. Daripada kepanasan kalau tetap tidur di ranjang. Apalagi ditambah Violet mengagumi dirinya, makin bikin salah tingkah nggak jelas.

Mau pindah ke bawah malas, sudah terlalu ngantuk.

🦋

Paginya, Lina mencari keberadaan Liam untuk mengajaknya berbelanja ke pasar. Tapi di kamar tamu tidak ada.

"Kapan tu anak bangun, kok sudah nggak ada pagi-pagi banget. " Lina ngomel sendiri.

Dia mencari ke atas, lalu membuka seluruh kamar. Dari kamar Halim, tapi terkunci. Ini bertanda kalau dia belum pulang kerja shift malam. Halim selalu mengunci kamarnya kalau tidak ada, karena kedua adiknya selalu rese masuk dan mengutak-atik barangnya. Dia tipe yang tidak mau digangguin soalnya.

Lalu beralih ke kamar Hakam, tapi hanya tidur sendirian.

"Lah, kemana tuh anak. " Lina kebingungan.

Kakinya melangkah ke kamar Liam, yang didalamnya dipakai Violet.

"Tidak mungkin tidur di kamarnya, kan hari ini Violet nginep disini. " Lina mengelak sendiri pikirannya.

Agar jelas dan pasti, dia masuk ke kamar Liam.

Dan benar saja, anak bungsunya itu benar tidur di kamarnya sendiri dengan Violet. Tapi mereka tidak tidur di berdua karena Liam tidur di sofa depan TV.

Merasakan ada yang masuk kamarnya, Liam bangun.

"Bunda? " Liam terbangun kaget, karena ada bundanya yang melihat dirinya satu kamar dengan Violet.

"Kamu kenapa tidur di sini Am? "

"Emmmm" Liam duduk dengan mengacak-acak rambutnya mencari alasan yang tepat.

"Semalam ketiduran pas main PS. " dia terpaksa berbohong.

"Makanya kalau main PS jangan sampai malem. Akibatnya ketiduran kan di sini." Omel Bundanya tapi nadanya pelan, takut Violet bangun.

"Lagian ini kan kamar Liam, terus Vio juga adikku masa nggak boleh tidur sekamar. " protes Liam agar ini semut tidak jadi masalah.

"Iya bunda tahu, iya boleh kok, hanya tadi bunda nyariin kamu aja." Lina mengerti. Dan percaya akan hubungan persaudaraan mereka.

"Jadi nggak masalah kan kalau aku tidur disini, satu kamar dengan Violet? "

Bunda mengangguk,

"Ayo cuci muka lalu anterin bunda ke pasar. " imbuhnya tidak memperpanjang lagi.

"Hah? pasar? Hari ini kan jadwalnya abang Halim. " Kata Liam mengingat kalau hari ini bukan jadwalnya.

"Abang Halim belum pulang. Ayo cepetan! " Lina memaksa anaknya itu.

Mendengar ada yang bersuara Violet bangun.

"Bunda? bunda mau ke pasar? " Tanya Violet, karena tadi dia mendengar akan hal itu.

"Iya sayang, kamu tidur lagi aja ya. Kan libur sekolahnya. " Jawab Lina, sambil berjalan ke arah pintu.

"Bunda tuh ya, anak laki-laki disuruh bangun giliran anak perempuannya malah disuruh tidur lagi. Nggak adil banget." protes Liam, dilanjutkan merebahkan diri lagi.

"Duh anak ini, ayo bangun! " Lina kembali ke sofa menarik paksa anaknya itu.

"Bunda,Vio boleh ikut ke pasar? " Violet tertarik ikut ke pasar.

🌿

Terpaksa Liam mengantar dua perempuan yang spesial dalam hidupnya itu ke pasar.

Lina memang suka berbelanja ke pasar tradisional daripada supermarket. Selain harganya lebih murah juga karena suka kulineran jajanan pasar.

Tiba di pasar banyak sekali orang yang menyapanya karena sudah kenal.

"Bunda mau ngantri kue pancong, kalian yang belanja saja ya?" Muncul ide yang menurut Violet dan Liam sungguh aneh. Lina menyuruh anak-anaknya berbelanja sedangkan dirinya memilih membeli kue kesukaannya.

"Lahh, fungsi Liam kan cuma sebagai sopir plus kuli angkut. Kenapa malah di suruh belanja bun?" Protes Liam, yang memang suka sekali protes. Tidak langsung bilang iya saja.

"Sudah sana, ini daftar belanjanya. Violet pasti bisa memilih mana yang baik. " Lina tidak menerima protes yang di lontarkan Liam. Justru memaksa mereka, dan memberikan kertas daftar belanja yang sudah ditulisnya tadi.

"Iya bunda Vio akan belanjakan. " Violet menerima kertas tersebut.

Liam ngedumel sendiri dengan tangan ditarik oleh Violet.

"Kamu ya yang belanja, aku nggak ngerti soal beginian. "

"Iya Bang, kan sudah tertulis tinggal memilih kios yang sekiranya menjual semuanya kan beres. "

Mereka berkeliling mencari barang yang ada dalam daftar. Dan ini ternyata menyenangkan bagi mereka. Kebersamaan seperti ini menambah kedekatan mereka satu sama lain.

Hingga akhirnya mereka sudah mendapatkan semua yang ada dalam daftar. Kemudian mereka mencari keberadaan Bundanya yang sekarang sedang mengantri kue putu.

"Bun, sudah selesai. Ayo kita pulang." Ajak Liam sambil membawa beberapa kresek yang isinya belanjaan.

"Sebentar, bunda sedang beli kue putu. Kalian mau tidak? " Lina menawarkan kue ini.

"Hah, capek Bun ayo cepetan pulang. " bukan menjawab malah mengeluh.

"Kalian pulang saja duluan, nanti suruh ayah jemput bunda. Bilang saja di pasar, ditunggu di tempat biasa. " Lina sekarang malah menyuruh anak-anaknya pulang duluan.

"Yahhh, bunda kok gitu? Lagian ngapain juga meski nongkrong di pasar, dasar preman pasar." protes Liam kesal.

Lina tertawa, "Sudah sana,bawa adik kamu pulang. Kalau mau masak juga nggak apa-apa. Daripada nungguin bunda lama nanti. " sarannya.

🦋

Alhasil Liam dan Violet pulang berdua meninggalkan ibunya itu yang masih betah di pasar.

"Kenapa bunda suka di pasar sih bang,terus banyak yang kenal juga tadi sama bunda.? " tanya Violet saat dalam perjalanan pulang di dalam mobil.

"Emm sebenarnya dulu kakek abang ayahnya bunda bisnisnya bisnis jalanan. Termasuk pasar dia jadikan tempat berbisnis. Ya kalau kasarnya sih preman gitu. Tapi itu dulu, sekarang sudah tidak karena sudah pensiun. Dan lagian juga sudah tidak ada lagi preman seperti itu." Liam menceritakan bagaimana seorang kakeknya dulu.

"Ohhh, pantesan bunda suka banget ke pasar. "

"Dan sebenarnya karena suka kulineran aja tuh." imbuh Liam.

🍂

Begitu tiba di rumah Liam memasak, kalau nunggu bundanya bisa mati kelaparan dia. Liam memang bisa memasak sejak kecil, karena sering diajak masak sama bundanya. Makanya dia di rumah ini kebagian tugas membantu bunda memasak dan mencuci piring kotor.

"Boleh Vio bantu? " Violet menawarkan diri.

"Kamu diam aja disitu sambil lihatin abang, nanti kalau sudah mateng kamu koreksi. Oke? " Perintah Liam menyuruh Violet duduk di kursi meja makan yang menghadap langsung dapur.

Melihat Liam yang memasak terlihat seksi dan menarik. Jantung Violet berdetak begitu cepat saat ini. Apalagi sesekali Liam tersenyum ke arahnya. Ini benar-benar membuat Violet tidak bisa mengontrol jantungnya.

"Abang, kenapa ganteng banget. " Ucapnya pelan tapi bisa didengar oleh Liam. Yang langsung menoleh dengan melontarkan senyum mautnya. Tentu saja jadi salah tingkah sendiri dapat pujian dari Violet.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!