6. Menggemaskan

Setelah itu Liam ke kamarnya untuk ganti pakaian olahraga. Karena memang kalau minggu pagi seperti ini jadwalnya untuk olah raga. Handoko memang mengajak keluarga nya untuk hidup sehat.

Dengan berolahraga di area khusus untuk nge-gym yang ada di rumah ini. Makanya walaupun usia Liam baru tujuh belas tahun, tubuhnya bagus dan berotot. Apalagi kedua kakaknya tidak diragukan lagi, badannya bagus semuanya.

Violet juga diajak Lina untuk berolahraga bersama. Ada juga Sandra pacar Hakam yang dibawanya untuk berolahraga bersama.

Keluarga ini memang mengijinkan anaknya pacaran asal dikenalin sama orang tua mereka. Jadi bisa tahu pergaulannya dengan siapa saja. Tapi sejauh ini hanya Hakam yang selalu berganti pacar. Kalau Halim, jarang karena kesibukannya menjadi dokter sungguh menyita waktu.

Sedangkan Liam tidak pernah sama sekali.

"Vino, kamu juga boleh bawa pacar kamu kesini. Biar kenal sama keluarga kita. " Saran Lina.

"Iya Bunda, nanti saya ajak Naya ke sini. " Vino senang diperhatikan. Sebenarnya Lina sama baiknya dengan mamanya yang tidak mempermasalahkan kalau dirinya pacaran.

Violet hanya berolah raga senam dengan Lina saja sebentar, kemudian udahan. Dia tidak terbiasa olahraga soalnya. Biasanya bangun siang, hanya karena di rumah orang makanya bangun pagi.

"Nggak usah mandi dulu kalau mau olah raga. Nantikan keringetan. " Ucap Liam ketika berhenti lari ditempat menggunakan alat Treadmill.

"Aku nggak suka olahraga, olahraga itu capek." Rengek Violet, lalu meninggalkan Liam.

🌿

Besoknya,

Liam harus antri dulu ketika mau mandi.

"Woi, cepetan! Abang juga mau sekolah ini! " Liam menggedor pintu kamar mandi.

Violet sudah selesai, "Aku pikir mandi di bawah. "

"Mandi dimana? di kolam? " Tanya Liam sengit, karena terpancing emosi Violet mandinya lama. Lalu masuk kamar mandi sebelum mendengar tanggapan Violet.

"Iya bareng ikan! " teriak Violet.

Violet memakai seragamnya, untuk mulai sekolah. Sebenarnya dia banyak bolosnya jadi agak sedikit ketinggalan pelajaran. Itu malah bikin dia malas untuk berangkat sekolah.

Dia hanya diam, duduk di tepi tempat tidur.

Liam sudah selesai mandi, dan ganti sekalian di kamar mandi. Biar nggak heboh adik sepupunya itu.

"Why? " pertanyaan Liam ketika mendapati Violet tidak bersemangat.

"Hasil ulangan ku jelek, karena banyak pelajaran yang ketinggalan. Jadi males gitu berangkat sekolah. " menjawab dengan malas.

"Seharusnya kan harus lebih rajin, biar kekejar itu pelajaran. " ucap Liam sambil menyisir rambutnya dengan jari-jari tangannya.

"Ahh aku bolos aja deh. " Violet malah merebahkan diri.

"Vioooo jangan begitu, ayo bangun sekolah! Ingat kan pesan papa mama kamu harus rajin belajar! " Liam mengingatkan akan hal itu.

Violet bangun, "Ha? kenapa abang bisa tahu? "

Sebenarnya Liam asal bicara saja, tidak mengetahui pesan terakhir orang tua Violet.

"Nebak aja, jadi beneran? "

Violet menganggukkan kepala.

"Ya udah, ayo sekolah. Nanti kalau ada pelajaran yang nggak ngerti abang bantu. Abang akan bantu kamu untuk belajar. Ok? " Liam menawarkan bantuan.

"Emang abang bisa? " Gadis itu meremehkan.

"Abang kan sudah SMA, kamu kan masih SMP. Dan abang sudah pernah SMP, jelas pasti bisa lah." Liam meyakinkan sepupunya itu.

Namun justru Violet mengira kalau laki-laki ini menganggap dirinya anak kecil.

"Ishhhh, kenapa sih seolah aku ini anak kecil gitu. " Violet mengerucut bibirnya.

"Siapa juga yang bilang gitu." Liam melihat wajah Violet yang menggemaskan.

"Abang kemarin nyebut aku bocil. " Mengingatkan akan perkataan kemarin.

"Emang iya kan? " Laki-laki itu memilih meninggalkan kamar, untuk menghindari rasa ingin mencubit pipi Violet.

🍃

Liam dan Violet sarapan bersama dengan Lina. Kalau yang lainnya nanti, karena berangkat kerja tidak sepagi anak sekolah.

"Adiknya dibonceng ya,Dek... ehh Abang Liam. " Saran Lina menyebut Liam dengan embel-embel Abang. Padahal biasanya adek, karena paling bontot.

"Nggak usah Bunda, biasanya Vio naik angkot ke sekolahnya. Atau naik taksi kalau lama nungguin angkotnya datang. " Yang jawab Violet. Dia merasa tidak enak kalau merepotkan Liam.

"Oke, aku anterin Violet dulu. " Liam setuju dengan saran Lina.

"Nah gitu dong, yang akrab ya sama adiknya. Jagain adiknya mulai sekarang. " Lina senang anak laki-laki ini setuju begitu saja dengan permintaannya.

Violet menoleh pada Liam yang sedang sibuk makan sarapannya. Dia baru sadar kalau mereka memang tidak begitu akrab sebagai saudara. Dia hanya sesekali bertemu Hakam, itupun akhir-akhir ini ketika keluarga nya pindah ke kota ini. Tapi mulai sekarang dia harus akrab dengannya. Apalagi abangnya ini sepertinya baik dan bisa diandalkan.

"Aku tunggu di luar, jangan pakai lama. Kalau lama aku tinggal. " Liam menyudahi sarapannya. Lalu keluar rumah, yang sebelumnya menyalami tangan ibunya dulu dan menciumnya.

🍂

Liam ke sekolah menggunakan motor sport ducati panigale merah, hingga membuat Violet lagi-lagi mengerucutkan bibirnya.

"Buruan naik atau aku tinggal! "

"Kenapa motor sport? kan pegel. " rengek gadis cantik itu sambil menghentakkan kakinya.

Liam menghela nafas, antara menahan gemas dan kesal. "Ya udah, aku tinggal ya. " dilanjutkan menggeber kan gas nya.

"Ishhh jangan... " Violet terpaksa naik ke atas motor besar itu.

Jog penumpangnya cuma kecil dan pahanya harus terlihat jadi tidak nyaman sama sekali menurut Violet.

Liam menjalankan motornya, dia melihat dari kaca spion wajah gemes gadis ini.

"Pegangan, nanti jatuh loh. " Saran Liam.

"Ishhhh nggak usah modus! "

"Lah, siapa juga yang mau modusin anak SMP. " Liam cekikikan.

Karena raut wajah Violet makin menggemaskan, dia memainkan gasnya agar Violet tersentak.

"Anjirrr,gue bisa jatuh!. " Reflek Violet karena terkejut.

"Makanya pegangan! "

Terpaksa Violet memegang perut Liam, seperti memeluk dari belakang.

🍂

Begitu sampai depan sekolah Violet, ada beberapa teman perempuan nya yang terkejut Violet diantar sama cowok yang menggunakan seragam SMA.

"Nanti pulang jam berapa? " Tanya Liam ketika Violet menyerahkan helm padanya.

"Normalnya jam duaan, kadang ada ekstra. Tapi hari ini sepertinya enggak sih... Emm jam tiga kayanya." jawab Violet sambil berpikir kegiatannya hari ini.

"Yang jelas dong, nanti aku jemput soalnya. "

"Ishhh nggak usah, aku pulang sendiri aja. " Lagi-lagi memasang wajah gemas.

"Abang pulang jam tiga juga, So please wait for me. " Liam menyampaikan niatnya.

"Oke deh"

"Satu lagi, jangan bicara kasar dan lo-gue an sama abang. " Liam membuat peraturan lagi.

Violet hanya mengangguk terpaksa, karena terdengar berlebihan.

Sebelum pergi, Liam yang sudah sejak pagi tadi menahan gemas. Akhirnya sekarang mencubit pipi Violet sebentar untuk menyalurkan rasa gemasnya. Kemudian pergi dengan salah tingkah.

Violet yang tidak pernah diperlakukan seperti itu sama laki-laki jadi memasang wajah cengo. Hingga refleks memegang pipinya yang merah akibat di cubit tadi. Mungkin juga karena malu dan salah tingkah akan perbuatan Liam.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!