15. Tenang

Hari ini Liam menggunakan mobil untuk pergi ke sekolah. Karena selain Violet dia juga akan menjemput Kila pacarnya.

Violet duduk di depan, dia tidak peduli dengan pacar kakak sepupunya ini.

"Besok boleh ya sayang aku yang duduk di depan, gantian ya Violet. " Kila merayu Liam dengan tangan melingkar pada tubuhnya.

"Oke, kalau Vio nggak keberatan."

"Mau pindah sekarang? " Tanya Violet sebal.

"Emang boleh? " Kila dengan senang hati menyetujui.

Saat di lampu merah mereka tukar posisi. Sekarang Violet berada di jog belakang sambil terus menekuk wajahnya. Apalagi ditambah Kila gelendotan terus sama Liam.

'Merusak mata gue aja'

Tapi kalau dia menegur, tidak enak sama Liam. Dia hanyalah sepupunya masa mau bikin ribut dan ikut campur sama hubungan mereka. Tapi rasanya hati Violet sakit seperti ada yang mencubit.

Ditambah lagi mereka bercanda ria mengabaikan Violet. Rasanya sekarang hatinya seperti tertusuk belati. Namun, dia harus terus menahannya hingga tiba di sekolah.

Begitu tiba di gerbang, dan Liam mengantri untuk parkir. Violet langsung keluar begitu saja tanpa pamitan. Dia sudah muak berada di dalam mobil, ingin segera kabur.

Liam memanggilnya tapi tidak direspon.

"Violet keknya marah deh, sorry. " Kila sok peduli.

"No, problem. Gue juga udah bilang kok ke dia kalau lo pacar gue. Jadi dia mau nggak mau ya harus menerima elo. " Liam tidak ingin Kila merasa tidak enak.

"Emmm, makin cinta deh. Pacar aku bersikap adil dengan kedua pacarnya. " Kila mengecup pipi Liam.

Entah kenapa tidak ada sedikit pun getaran yang timbul saat berdekatan dengan Kila. Liam merasa hambar walaupun dicium oleh cewek ini.

🦋

Violet melihat jendela yang di tengah hari yang sudah hujan turun. Di saat guru menerangkan pelajaran, hingga tak sedikit yang tidak bisa mendengar suara guru itu. Termasuk Violet, yang malah melamun menikmati suasana rintihan hujan.

"Violet, coba jelaskan pokok masalah ekonomi. " Guru itu tiba-tiba memberikan pertanyaan pada Violet.

Violet tidak begitu menghiraukan. "Hah, apa bu guru? "

"Kamu tuh ya malah ngelamun. " omel guru mata pelajaran ekonomi itu.

"Maaf Bu, hujannya seperti mewakili hati Vio..." ledek Iqbal hingga membuat semua tertawa karena candaan yang dilontarkan.

Violet melototi Iqbal yang menyebalkan.

🐰

Hujan hingga pulang sekolah belum juga reda. Untungnya Liam membawa mobil jadi tidak akan jadi masalah.

Liam menjemput Violet ke depan kelas untuk menuju parkiran yang memang harus menggunakan payung untuk ke sananya.

"Aku naik taksi aja, males cuma dijadikan obat nyamuk. " Violet tidak mau kejadian terulang kembali seperti tadi pagi.

"Kila dijemput sama sopirnya, ayo kita pulang. " Liam tahu maksudnya.

Violet tersenyum senang, sekarang dia bisa berdua saja dengan Liam. Tanpa adanya pacar laki-laki itu.

Payung yang digunakan tidak begitu besar, hingga Liam harus merengkuh bahu Violet agar merapat pada dirinya.

Berada dibawah payung dan hujan seperti ini membuat suasa menjadi romantis. Beberapa kali Liam harus meneguk air dalam tenggorokannya untuk menetralisir perasaannya.

Ketika sudah masuk dalam mobil, segera Liam memberikan jaket hoodie nya yang tersampir di sandaran kursi. Dia tidak akan membiarkan adiknya ini kedinginan.

"Kenapa Kila dijemput? bukannya kamu antar? " Tanya Violet ketika mobil sudah berjalan.

"Abang tahu kamu nggak nyaman." Jawab Liam tanpa melirik Violet, terus melihat ke depan.

Violet yang mendengarnya jadi merasa senang. Karena kakaknya ini masih peduli akan perasaannya.

"Nanti mampir dulu, bikinin aku mie ya bang. Sepertinya enak tuh makan mie pas hujan gini. " Ajak Violet sambil memandang hujan dari balik jendela kaca mobil.

"Oke" jawab Liam tanpa protes.

Tiba di rumah, tentu saja niat mereka langsung di realisasikan. Setelah Violet ganti baju, mie instan kuah ala Liam sudah matang.

"Wahhh enak nih. " Violet langsung duduk di dekat Liam.

Mereka duduk di karpet depan TV, walaupun tidak menyalakan benda elektronik itu. Tapi lebih nyaman kalau lesehan makannya.

Lalu mereka makan dengan lahapnya.

Suasana seperti hampir terjadi setiap hari. Karena Vino pulangnya malam jadi mereka sering berdua di rumah. Liam terkadang akan pulang ketika Vino sudah pulang nantinya.

"Berantakan banget makannya, dasar bocil! " Liam mengusap bibir Violet yang cemot karena kuah.

Menyentuh bibir Violet yang pink dan kenyal membuat Liam berdesir. Dia bahkan mengusapnya begitu lama dengan menatap mata Violet yang terlihat pasrah. Violet juga merasakan ada getaran kalau ditatap sepupunya ini.

Tak lama Liam sadar, lalu salah tingkah sendiri.

"Abang, abang tahu bagaimana rasanya ciuman? " Violet malah menanyakan itu. Karena saat disentuh bibirnya dia seperti meminta lebih.

Liam berdiri membawa mangkuk yang kosong,mendengar pertanyaan itu dia berhenti tidak jadi melangkah ke dapur.

"Ngapain nanya? nggak usah nanya begituan!" Liam tidak mau menjawab pertanyaan Violet yang menurutnya malah memancing dirinya.

"Ishhhh... "

Kalau Liam tidak bisa menahan diri mungkin gadis ini sudah diciumnya. Apalagi malah mengeluarkan kata andalan yang membuat Liam gemas kalau mendengar itu.

Tapi pertahanan seorang Liam kuat, dia memilih untuk mencuci piring saja.

Setelah selesai cuci piring, hujan sudah reda.

"Dek, tadi kamu ngelamun kan di kelas? " Tanya Liam duduk disamping Violet yang ada diatas sofa.

"Pasti Iqbal yang ngadu. " Tebak Violet.

Memang benar, saat bertemu di sekolah Iqbal yang memang suka berbicara dia cerita tentang Violet tadi pas di kelas.

"Ayo, sekarang ambil buku kamu kita belajar apa yang tadi dipelajari. " Perintah Liam.

Violet mendengus sebal, terpaksa ke kamarnya mengambil buku pelajaran ekonomi yang terlewat tadi.

Walaupun Liam jurusannya IPA tapi dia juga bisa mengajari Violet yang jurusannya IPS. Kalau orang pintar kan gitu, belajar sebentar langsung bisa.

Tak terasa hingga menjelang habis magrib masih belajar. Dan Vino pulang kerja.

"Kalian masih belajar? udah makan?" tanya Vino ketika melihat Violet dan Liam belajar di sofa depan TV.

Vino tidak merasa khawatir sedikitpun kalau adiknya itu bersama Liam. Dia sangat percaya dengan sepupunya itu. Karena Liam sangat bisa diandalkan daripada dirinya. Liam juga selalu membantu Violet belajar dan menjaganya selalu. Kalau sudah sama Liam dia tenang kemanapun perginya adiknya itu.

"Udah, tapi cuma makan mie. " Violet sok merasa teraniaya, padahal mie itu enak.

"Mau makan yang lain? pesen aja nanti abang yang bayar. Sama Liam juga sekalian."

Segera Violet memesan makanan di layanan pesan antar.

Liam malah berdiri, "Gue pulang aja bang. Gue mau makan di rumah aja, jadi kalian aja yang pesen. "

Liam mengacak-acak dulu rambut Violet sebelum pergi. "Bye bocil. "

Liam pergi, Violet dan Vino makan bersama ketika pesanan mereka datang.

"Untung ada Abang Liam yang jagain kamu terus Vio. Dia juga sayang banget seperti abang ke kamu. Jadi abang merasa tenang kamu nggak kesepian saat abang kerja. " Ucap Vino dengan tulus sambil makan.

"Iya sih... tapi memangnya nggak apa-apa aku sama abang Liam terus bang? " balas Violet.

"Ya nggak apa-apa lah. Selama itu abang Liam, abang Vino tenang. Dia bisa jagain kamu dengan tulus. " Vino menyampaikan pendapatnya. Dia menaruh kepercayaan penuh pada Liam untuk menjaga adiknya ini.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!