Ayah, ibu dan kakek Bangkit kini sudah berada diatas kapal motor khusus milik kepolisian, dikapal itu juga sudah ada kedua keluarga Harley dan juga papa mama serta adik Tasya. Semuanya telah dihubungkan pihak kepolisian untuk ikut kepulau Intan.
Keberangkatan mereka dirahasiakan polisi, mereka tidak mau adanya geger dan kehebohan. Ini merupakan peristiwa penting dan sensitip.
"Kake, silahkan duduk didalam kapal dengan lainnya. Disini anginnya kencang" ucap seorang polisi mendatangi kakek Bangkit yang berdiri didek atas.
"Terima kasih nak, Biarkan saya disini sambil bersila..sebentar lagi saya masuk" ucapnya sambil tersenyum.
Sang kakek memandang jauh keujung laut, ia berdiri disana karena adanya sebuah panggilan batin. Sebuah suara yang datang dari Bangkit.
"Bicarakan kepada kakek nak, aku disini menuju kearah tempatmu"
Angin bertiup disekeliling kakek, angin yang berbeda dari angin biasa.
"Kek..aku sudah melihat ayah dan ibu ikut juga disini, kirimkan salam sayangku kepada mereka"
"Nggih astungkare nak..kakek bersama tim polisi hari ini akan mengambil jasadmu dan melakukan penyucian dirumah..Mohon sabar nggih"
"Kakek, dirumah ada motor Honda..itu Saya hadiahkan untuk Tasya. Ia akan datang dan mengambilnya"
"Oh Baik, apakah Tasya selamat nak?"
"Tasya selamat kek, dia menunggu kedatangan rombongan dipulau..ia anak yang baik, kasian dia kemarin ikut berjuang bersama kita kek"
"Kakek kemaren sempat memeriksa siapakah sosok srigala jadi jadian itu"
"Siapakah dia?"
"Sosok binatang itu sebetulnya adalah seorang manusia, ia seorang dukun hitam yang sangat bengis. Ia berkelana dari pulau Jawa sampai ke Bali, satu saat ia mati terbunuh namun arwahnya tidak langsung pulang tapi tersandera digunung Agung. Ia bisa berubah menjadi serigala yang besar dan makannya adalah daging manusia. Kini ia kembali ditahan disana sampai Nanti Hari kiamat datang"
"Oh pantesan"
"Bangkit, kakek akan memohon bersama pedanda untuk menyucikan kalian berdua,.agar kalian selamat sampai tujuan.."
"Baik kek, terima kasih semuanya"
Kakek memutuskan kontak gaib dengan Bangkit dan melangkah masuk kedalam ruangan kabin.
Ia mendekat kearah tempat duduk orang tua Tasya, melepaskan senyum dan memegang tangan sang papa.
"Sukur Pak nggih..Tasya selamat dan akan pulang kerumah" ucap sang kakek.
"Iya kek, kami ucapkan bela sungkawa untuk nak Bangkit. Semoga arwahnya diterima yang Maha kuasa"
"Nggih..kami sudah ikhlas"
Kemudian mereka saling terdiam, pikiran mereka terbawa mengingat ingat ketika anak anak itu masih kecil dulu.
Mamanya Tasya merenggut lengan suaminya, ia sedih memikirkan keadaan anak putrinya.
"Pah..kita ga usah ribut lagi dirumah ya, kasian Tasya. Mungkin dia lari dari rumah kemarin karena stres melihat kita selalu ribut"
"Iya mah..aku juga baru sadar, untung Tasya selamat mama..Nanti kalau sudah kembali kita harus selalu berikan support dan kasih sayang kepadanya"
...-----...
Selama satu malam hingga munculnya sinar matahari Tasya tidak tidur. Pikirannya melayang mengenang kedua temannya, apalagi Harley. Ia kangen sekali dengan pemuda itu..kenapa semuanya harus berhenti seperti ini?..
Tasya turun keair, dipinggir pantai itu ia biarkan tubuhnya yang kotor terendam air. Wajahnya yang penuh lumpur secara pelan pelan hilang karena deburan air ombak yang menerpa pantai.
Samar samar ia melihat dua sinar bergerak dilautan sana. Tasya duduk memperhatikan, sinar apakah itu?
Lambat laun ia sadar bahwa itu adalah dua kapal motor yang mendekat kepulau.
Ia berdiri dan berjalan menuju tepian pantai..satu tangannya diletakkan diatas dua matanya, ia melihat bendera merah putih berkibar kencang tertiup angin laut diatas dikapal. Tasya yakin itu adalah rombongan Pak Hari Juanda.
Tasya memandang kelangit, berpuluh puluh burung terbang mendekati pulau Intan, ia tersenyum bahagia..pulau ini hidup kembali...
...------...
"Pak! Itu ada seorang gadis dipantai!" teriak seorang polisi dari atas dek.
Hari Juanda mengambil teropong dan berlari naik keatas dek.
"Mohon yang lainnya tetap ditempat sampai kita merapat dipantai!" teriaknya memberi aba aba.
Hari naik keatas dan membidikkan teropongnya.
"Iya benar..itu adalah Tasya!"
Hari memberitahukan pengemudi kapal agar merapat kedekat jembatan kayu tidak jauh dari tempat Tasya berdiri.
Dengan sigap Tasya berlari kearah jembatan, ia mengibaskan rambutnya yang basah dan mencoba membetulkan pakaiannya yang basah.
Dengan semangat ia melambaikan kedua tangannya keatas.
"Hai! Aku disini!!" teriak Tasya dan berlari keujung jembatan.
...------...
"Pah! Itu Tasya pah!!" teriak sang mama dengan gembiranya tanpa sadar ia menangis melihat anak perempuan satu satunya berdiri melambaikan tangan.
Berbeda dengan orang tua Harley dan Bangkit yang hanya terdiam tidak mengucapkan kata kata, mereka hanya menatap kearah pulau dengan pandangan kosong.
"Ayok,kita siap siap akan turun kepantai,.yang kuat dan tegar ya" ucap sang kakek kepada orang tua Bangkit dan Harley.
Mama dan papa Tasya berlari di jembatan mendekat ketasya, mereka membuka tangan mereka..
"Tas! Kami datang nak!" teriak sang mama.
Tasya memandang kedua orang tuanya dengan cucuran air mata, tubuhnya bergetar perasaannya bercampur antara gembira dan sedih..
"Mama! huuuuu, maafkan Tasya mama!" Tasya memeluk mamanya dengan erat kemudian ia juga memeluk papanya. Bertiga mereka saling mendekap erat, hubungan yang pernah retak akan segera mereka perbaiki. Tasya yakin itu akan terjadi setelah semuanya ini selesai.
"Oh ya, Tasya ini orang tuanya Harley dan Bangkit yang juga ada disini" Hari Juanda mendatangi dari arah kapal sambil memperkenalkan dua keluarga mendiang sahabatnya.
Mereka saling berpelukan, terahir Tasya memeluk kakek Bangkit.
"Bagaimana kalau kita semua menuju ketempat makam dua sahabatmu?" lanjut Hari.
...-----...
Setelah memasuki hutan dan menemukan lokasi makam, sepuluh anggota polisi dan seorang dokter mulai membongkar dua kuburan sederhana itu.
Tasya meminta agar dia ikut mengangkat tubuh dua sahabat dari bawah kuburan.
"Harley, orang tuamu sudah disini..kita pindah dari sini dan bawa ke Bali ya" Tasya membisikan beberapa kata dikuping Harley.
Semua polisi yang melihat Tasya kagum tapi juga sedih, mereka belum pernah melihat seseorang yang begitu perhatian, tegar dan penuh cinta kasihnya, meskipun yang ia ajak bicara adalah mayat mayat yang sudah hancur dan mulai membusuk.
Begitu juga ketika mengangkat Bangkit dari dalam kuburnya, dengan penuh kasih sayang Tasya menarik dan membuang cacing yang banyak melekat dikepalanya yang rusak.
"Biar saya yang bersihkan" bisik seorang polisi.
"Ga apa apa pak, biarkan saya yang membersihkan..ini sahabat saya Pak, tidak apa apa" jawab Tasya sambil terus melepaskan cacing cacing itu.
Tangisan para orang tua terdengar ketika Tasya dan lainnya mengangkat keatas tanah Harley dan Bangkit untuk dimasukan kedalam body bag.
"Mari..kita kirimkan doa semoga mereka dapat tenang disana" ucap Hari Juanda.
Seiring doa yang dibacakan Hari Juanda , hujan turun membasahi bumi.
Tasya sempat melirik kesekeliling tempat makam ia melihat keatas pohon didekat Sana, diatas dahan banyak burung yang bertengger di pohon. Mereka memperhatikan kegiatan dibawah.
Tidak ada suara yang keluar dari mereka, seakan burung burung itu ikut mengirimkan doa kepada Harley dan Bangkit yang telah berjuang dipulau yang mereka cintai.
Tasya memandang kearah sebuah gundukan tanah tidak jauh dari bekas kuburan Harley. Tasya mengambil sebongkah batu, ia meletakkan diatas gundukan itu.
"Siapakah ini Tasya?" Tanya Hari.
"Ini adalah kuburan dari tulang belulang seorang sahabatku yang juga ikut berjuang melawan kejahatan dipulau Intan ini" ucapnya sambil membersihkan daun yang berserakan disana.
"Apakah kamu ingin bawa ke Bali?"
"Tidak pak..biarkan ia disini, saya tidak tau siapa keluarga dia dan saya kenal dengannya ya disini..Jadi biarkan ia disini, lain kali saya akan berjiarah kesini lagi,.terima kasih pak Hari"
"Baiklah..Tasya, jangan panggil saya pak Hari..Mukai Hari ini panggil saja Hari.."
"Oke.."
...-----...
Dua kapal polisi meninggalkan pulau Intan, Tasya duduk ditengah tengah body bag para sahabatnya dibagian bawah kapal. Ia tersentak ketika sang kakek turun kebawah menemuinya.
"Bangkit dan Harley baru saja menemui kakek..mereka mengatakan terima kasih sekali atas semuanya" ucap sang kakek dengan senyumnya yang khas.
"Oh ya..Terima kasih kek" ucap Tasya sedikit berbisik.
"Ayok kita keatas"
"Biarkan saya disini bersama mereka kek..." jawab Tasya dengan tenang sambil menepuk nepuk body bag....
...--- TAMAT ---...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 20 Episodes
Comments