Dengan tenang Bangkit menyarungkan parang yang penuh darah itu kembali kesarungnya. Ia sadar bahwa Tasya dan Harley dalam bahaya, ia menutup bagian atas jaket dan bergegas meninggalkan tempat itu.
Ditengah hujan yang melanda, ia mencoba mencari Harley..pandangannya kini benar benar kabur.
Sementara itu orang yang bernama Manuel sudah bisa mendekati Tasya.
"Sini kau perempuan cantik hahaha!!" teriaknya gembira ketika melihat Tasya berlari tidak jauh darinya.
Tasya kaget mendengar suara teriakan itu, ia membalikkan tubuh dan menghunus parang panjangnya.
"Berani kau dekat aku! Akan kutebas kepalamu!!" teriak Tasya.
Manuel menarik sebuah pedang dari balik jaketnya, sebuah perkataan yang membuat Tasya gemetar terdengar.
"Jangan main main dengan parang, liat ini pedangku yang tajam! Haha..mau kemana kamu cantik?" ia memainkan pedang dan memutar mutarkan.
Manuel membuat gerakan seakan akan hendak menusuk perut Tasya, melihat gerakan itu Tasya berkelit dan menebaskan parangnya kearah leher Manuel.
Manuel bergerak cepat dengan mundur sedikit, dalam hitungan detik ia memukul parang Tasya dengan pedangnya.
Seketika parang Tasya terlepas dari genggaman, Tasya panik ia mundur beberapa langkah ketakutan. Sial bagi Tasya ketika ia mundur kakinya terbentur sebuah akar pohon.
Badan Tasya oleng dan langsung rubuh, Manuel menyarungkan pedangnya dan melompat menubruk tubuh Tasya yang tergeletak telentang.
Dengan ganas Manuel mencoba memeluk dan mencium bibir Tasya.
Tasya kaget, ia menampar wajah Manuel..
"Jangan! Jangan kau dekat ke diriku! bangsaat!!"
Manuel kaget ia terkena tamparan Tasya, ia bangun dan menjambak rambut Tasya.
"Sini kau! Aku mau menikmati tubuhmu sebelum aku bunuh!" teriak Manuel sambil menyeret Tasya.
"Aaaah!!" Tasya berteriak keras, kepalanya sakit karena rambutnya tertarik, apa boleh buat iapun berdiri.
Manuel mendorong tubuh Tasya kebawah sebuah pohon. suasana tambah menjadi rumit, Manuel menyobek kaus atas Tasya, dengan kasar ia menurunkan tali beha Tasya.
Tubuh Tasya tidak berdaya, ia terhimpit dan tertekan kepohon.
Disaat yang genting itu, tiba tiba sebuah pukulan telak menghantam kepala Manuel.
Disana Tasya melihat Harley berdiri. Ia langsung mendorong tubuh Manuel yang lemas. Tasya Bangkit dan memeluk Harley. Laki laki muda itu membalas dekapan Tasya dengan memeluknya erat.
"Ayok, kita pergi dari sini" Harley membelai wajah Tasya yang basah. Kedua anak muda itu berjalan sambil berpelukan.
baru tiga langkah mereka berjalan tiba tiba Manuel menembakkan pistolnya!
Dhar Dhar Dhar!!
Harley roboh bersimbah darah, Tasya berteriak histeris melihat kejadian itu. Ia jatuh duduk disamping Harley.
"Harley! Harley!!" Tasya berteriak kencang.
Tidak jauh dari tempat itu, Bangkit yang baru sampai kaget melihat tumbangnya Harley.
Ia berlari dengan kencang, diangkatnya parang tinggi tinggi..
"Mati kau bangsaat!!" teriaknya dan menghujamkan parang panjang kedada Manuel.
Namun, bersamaan itu terdengar dua kali letusan, ternyata sebelum Bangkit melancarkan serangan...Manuel lebih dulu melepaskan sisa dua peluru dipistolnya.
Manuel mati dengan parang menancap tepat didadanya, bangkit pun wafat dengan dua lobang peluru memecah kening kepala yang mana langsung tembus keotaknya.
Tasya tidak percaya apa yang ia saksikan, dengan perlahan ia berdiri dan menghampiri tubuh Harley yang sudah tidak bernyawa.
Tangis Tasya terdengar kencang, ia memeluk tubuh Harley dan mencium pipinya. Tetesan air mata mengalir diwajah Harley.
"Kenapa kau harus pergi begitu cepat Harley! Kau tinggalkan aku sendirian dipulau ini! Huuuuu...bagaimana aku bisa selamat keluar dari tempat ini?!!" Tasya terus menangisi atas kepergian Harley.
Ia menoleh kearah Bangkit, disana terbujur kaku tubuh temannya. Sambil mengusap air mata, dengan perlahan ia meletakkan kepala Harley ditanah.
Tasya berdiri dan mendekati mayat Bangkit. Dengan sekuat tenaga ia menyeret pundak Bangkit. Tanah yang licin sehabis hujan dan banyaknya lumpur membuat badan Bangkit terasa sangat berat.
Namun, gadis muda itu tetap berupaya menyeret tubuh Bangkit, pelan pelan ahirnya Tasya berhasil menaruh dua mayat tubuh temannya berbaring saling berdekatan.
Wajah Tasya terlihat company camping, Lumpur hitam terlihat menghiasi wajahnya yang cantik. Ia sangat lelah, seluruh tubuhnya serasa hancur lebur.
Ia memeluk kedua teman sejatinya, hujan kini telah reda hanya angin laut yang datang meniup sepoi sepoi seakan datang menjemput dua anak manusia yang meninggal beberapa saat yang lalu.
Tasya kebingungan bagaimana caranya menguburkan mereka..matanya melihat sekeliling yang ada disitu..ia mencari batang kayu.
Tasya berdiri dan berjalan kesemak semak, disana ia menemukan sebatang kayu bekas dahan pohon yang jatuh. Tasya mulai mengayunkan parangnya, ia membuat batang kayu itu seperti sebuah serokan.
Dengan batang kayu itu, mulailah Tasya menggali lobang. Untung tanah disitu lunak setelah diguyur hujan satu malam.
Setelah satu setengah jam, Tasya berhasil membuat dua lobang yang cukup dalam.
Ia Naik keatas dan yang pertama ia turunkan adalah Bangkit, karena tubuh Bangkit yang agak besar hampir saja Tasya ikut terjatuh kedalam lobang.
"Maafkan aku Bangkit, aku tidak bisa berbuah banyak kawan..hanya ini yang bisa kulakukan untukmu" ucapnya sedih, sambil menangis ia menimbun mayat Bangkit dengan tanah. setelah semua selesai Tasya menancapkan diujung kuburan itu parang kepunyaan Bangkit.
Setelah selesai, Tasya tidak langsung menurunkan Harley. Ia hanya duduk terpaku disamping mayat Harley yang sudah mulai kaku.
Gadis itu menarik nafas panjang, ia mengelus pipi Harley yang dingin.
"Harley, sebetulnya aku cinta kepadamu..dan kamu juga tau bahwa ada benih rasa cinta diantara kita..istirahatlah sayang disini, aku akan berusaha untuk membalas semua ini, meskipun aku sendiri tidak tau bagaimana caranya..biarlah aku mati disini, semua demi dendamku yang dalam kepada mereka" Tasya mengusap wajahnya dengan telapak tangan yang kotor. Ia berkata sambil mengucurkan air mata.
Selesai berbicara sendiri, ia merapihkan kaos Harley menutup semua luka yang ada ditubuh kekasihnya.
Tasya turun kebawah lobang, dengan dua tangan ia menarik mayat Harley turun kebawah, lagi lagi hampir saja Tasya tertimpa mayat Harley.
"Ayok sayang..turun ya, aku bantu kamu turun sayang" bisik Tasya dikuping Harley.
Setelah mayat Harley masuk semuanya dibawah, Tasya mulai naik keatas. Perlahan lahan ia menurunkan tanah menutupi lobang kuburan sederhana itu.
Ia tidak menancapkan parang diujung kuburan, parang kepunyaan Harley ia disiapkan dipinggangnya.
Tasya menepuk tanah kuburan Harley tiga kali setelah itu ia menundukkan kepala dan mencium nya. Begitu juga dengan kuburan Bangkit, ia menepuk tiga kali dan mencium nya.
Ransel kepunyaan Bangkit ia bongkar, didalamnya ada dua botol minuman. Dua botol itu langsung ia minum hingga habis.
Tasya berjalan kearah mayat mayat musuhnya yang bergelimpangan. Tanpa rasa takut Tasya memeriksa semua kantong hoodie dan celana.
Ternyata disalah satu kantong celana milik Manuel ada sebuah rute perjalanan menuju sebuah lokasi dipulau itu, disana tertera tulisan 'Panggung persembahan'
Map berukuran kecil itu ia lipat, ia ingat orang orang ini datang mengendarai motor. Tasya berpikir pasti mereka parkirkan dipantai.
Kesanalah langkah ia lakukan...
...-----...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 20 Episodes
Comments