Penyerangan Tasya.

Tasya menurut apa yang disarankan pak Nurdin, ia duduk tidak jauh namun dua parang tetap ia pegang dengan eratnya.

"Menurut rencana mereka biasanya, acara persembahan biasanya dilakukan pada jam sembilan malam, kemarin dilakukan mendadak pada siang hari karena adanya kepentingan grup yang menginginkan persembahan dilakukan siang agar lusa,yaitu besok pagi mereka bisa pulang ke Surabaya"

 "Kasian sekali tumbal itu.." gumam Tasya.

"Nah, seharusnya persembahan dilakukan malam ini..tapi karena kalian persembahan ditunda..malam ini pasti persembahan kedua akan dilaksanakan"

"Apa yang bisa saya lakukan agar persembahan dibatalkan paling tidak diupayakan agar ditunda"

"Kita akan kesana secara diam diam, motor kita parkirkan disatu tempat, aku akan membawa beberapa bom tangan yang kusiapkan sudah cukup lama"

"Hah..dari mana bapak dapatkan itu?"

"Tidak usah tau bagaimana bapak dapatkan bom bom itu, Nah nanti waktunya mereka berkumpul dan muncul binatang itu, bapak akan lemparan kearah grup tamu. Mereka akan panik, kalau memang kamu berani, kamu turun dan bunuh Pak ketua"

"Bagaimana dengan binatang jadi jadian itu? Dia pasti akan ngamuk!"

"Bapak punya sekarung belerang dari Lombok dan bahan kalium nitrat yang bapak curi dari tempat pak ketua, selepas bapak lempar bom karung ini akan bapak tembakan dibawah kaki binatang itu!"

"Wah..aku akan meledak juga dong!"

"Kamu hanya punya waktu sedikit sekali..ini kesempatan sedikit untukmu membunuh Pak ketua..setelah ia mati baru bapak akan lemparan karung ini"

"Hmm..rencana yang terlalu beresiko tinggi" ucap Tasya, ia berdiri dan memandang kearah bukit.

Tiba tiba dibalik bukit itu terdengar suara beduk dipukul berkali kali dan Ada semacam sinar lampu dinyalakan.

"Itu!..mereka sudah mulai menabuh dan lampu sudah dinyalakan berarti Acara segera dimulai..bagaimana??"

"Baik..kita kesana sekarang" Tasya memutuskan untuk mengadakan penyerangan saat itu juga. Ia sudah putus harapan untuk hidup, apapun akan dilakukan demi membalas dendam.

"Sebentar..tunggu bapak disini"

Pak Nurdin masuk kesemak semak, tidak lama ia keluar lagi. Dipunggungnya sudah ada karung goni yang ia ikatkan dibelakang. Ternyata Pak Nurdin mengeluarkan sebuah sepeda dari balik semak.

"Kamu ikuti aku dari belakang, jangan pasang lampu biar kita pakai lampu sepeda saja..ayok kita kesana"

Pak Nurdin naik keatas sepeda dan Mukai mengayuh, lincah dan cepat laju sepeda Pak Nurdin. Ia memang sudah hapal Cara Jalan menuju balik bukit. Untung jalannya lurus bukan menanjak.

Disebuah tikungan, Pak Nurdin berhenti. Suara suara tabuhan bedug makin terdengar.

"Parkir disini, jangan berisik..kita kesana dekat batu besar itu" ujar Pak Nurdin berbisik.

Mereka berdua merunduk runduk mendekati sebuah batu besar. Mata Tasya terbelalak melihat deretan kursi tertata rapih didepan sebuah altar, dibelakang altar terlihat sebuah gua batu yang cukup besar.

Dideretan kursi itu duduk laki laki dan ada juga nampak dua wanita, mereka semua memakai pakaian serba hitam.

Tiga orang duduk bersila dibawah altar sibuk memukul beduk dengan irama pelan. Dupa dibakar diempat sudut altar, asapnya membumbung keatas..tidak lama, datang seorang laki laki memakai jubah dan hoodie berwarna hitam, ditangannya ia memegang sebilah pedang panjang.

"Apakah itu Pak ketua?" bisik Tasya.

"Ya itulah Pak ketua, liat..dia akan meminta kurban dikeluarkan dari kerangkeng" jawab orang tua itu.

...-----...

"Jangan! Jangan bunuh aku! Ampun aku!!" terdengar teriakan dari satu sudut.

Tasya melihat empat orang mendorong sebuah kotak besar dari besi yang bawahnya ada empat roda. Didalam kerangkeng itu ada seorang laki laki berwajah lusuh.

Baru saja kerangkeng itu didekatkan kealtar, terdengar suara auman keras dari dalam gua. Pak ketua langsung menyingkir kepinggir altar. Ia memerintahkan empat orang mendekatkan kerangkeng kemulut gua.

Sebuah pemandangan mengerikan selanjutnya terjadi, dari dalam gua muncul seekor srigala besar mungkin sebesar kerbau. Ia meraung raung dengan keras. Laki laki dalam kerangkeng itu duduk dipojok kerangkeng ketakutan.

Tiba tiba Pak Nurdin berdiri dan melemparkan dua botol yang sudah dinyalakan api diujungnya.

Pyaar! Pyaar!!

Dua botol itu jatuh didepan deretan para tamu, langsung kobaran api membesar dan menjilat kesana kemari, spontan riuh rendah para tamu berlompatan dan lari.

Pak ketua kaget melihat apa yang terjadi, ia menoleh kearah posisi Tasya dan Pak Nurdin.

Pak Nurdin berlari kebawah sana sambil membawa karung berisikan mesiu.

Binatang srigala itu mengaum keras, iapun kaget melihat apa yang terjadi..pada saat itu Tasya juga sudah berlari kedepan. Tanpa pikir panjang Tasya menyabetkan dua parangnya kearah empat orang pembawa kerangkeng. Parang Tasya menembus perut mereka, semuanya roboh.

Dua penabuh bedug terkejut mereka langsung berdiri dengan tombak menyerang tasya.

Didepan altar Pak Nurdin membuang karung berisi mesiu, sembari melemparkan satu botol minyak yang sudah terbakar.

Karung itu langsung meledak tidak jauh dari kerangkeng. ledakan besar terjadi, meskipun terkena ledakan binatang itu masih sanggup terbang keatas dan menghindar. Ia melepaskan suara auman yang keras menggelegar.

Dengan tangkas Pak Nurdin berlari kesamping Tasya, ternyata ia sempat mengambil sebuah pedang yang jatuh ditanah. Mereka berdua bertarung melawan dua penabuh bedug.

Pak ketua melihat gelagat tidak baik langsung memutar tubuhnya dan berlari menghindar dari kekacauan. Para tamu juga sama, mereka lari terbirit birit ketika api menjalar kemana mana..

Tiga orang anak buah Pak ketua yang berjaga dekat altar langsung menyiapkan anak panah.

Dalam hitungan detik tiga anak panah meluncur deras. Satu darinya tepat mengenai punggung Pak Nurdin dan tembus kedepan dada.

"Nak..lari!!" teriaknya dan iapun menghembuskan nafas terahir langsung meninggal.

Baru saja Tasya hendak melarikan diri tiba tiba satu lagi anak panah mengenai paha kanan, Tasya langsung roboh ketanah.

Ujung ujung tombak kedua penabuh langsung ditempelkan keleher Tasya. Bahkan salah satu dari mereka sempat memukul wajah Tasya. Gadis itu langsung pingsan.

"Bawa dan ikat dia!" teriak seorang penjaga.

Semua orang tidak sadar ketika ledakan terjadi laki laki didalam kerangkeng itu berhasil keluar dan lari. Ternyata karena ledakan pintu kerangkeng jebol terbuka lebar.

"Mana Pak ketua?! Mana Pak ketua?!" teriak seorang lagi.

Tidak berapa lama Pak ketua muncul ditemani dua pengawalnya. Ia langsung ketempat dimana Tasya pingsan, sempat juga ia menoleh kearah Pak Nurdin.

"Hmm..rupanya dia masih hidup..kukira sudah mampus. Kurang ajar sekali! Buang mayat ini!Ayok masukan yang ini kepenjara" katanya sambil menendang kepala Pak Nurdin yang tergeletak tidak berdaya.

"Pak ketua, Saya cek dalam kerangkeng..orang yang mustinya Jadi persembahan sekarang menghilang, padahal belum sempat menjadi hidangan" ucap seorang anak buah.

Pak ketua menoleh kearah kerangkeng besi yang setengahnya hancur karena bom.

"Kalian bertiga cari dihutan, pasti ia tidak jauh dari sini!"

Pak ketua sangat bingung, ia langsung berpikir dimanakah gerangan Garantula saat ini? Dan kemana larinya para tamu? Waah ini benar benar kacau!

...------...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!