kembalinya para arwah.

Terlihat semua sosok arwah melihat kearah Harley dan Bangkit yang mengangkat tinggi tubuh Pak ketua yang meronta ronta.

Tiba tiba ketika Harley dan Bangkit mengambang diatas, semua arwah itu ikut naik keatas, semua berebut ingin memegang tubuh pak ketua.

"Jangan! Aaah..tolong! Lepaskan!!" teriak Pak ketua keras terdengar.

Mereka bersama sama menghempaskan badan Pak ketua ketanah.

Benturan tubuh gendut ke Tanah terdengar keras, selain beberapa tulang tubuh patah, orang itu juga langsung pingsan.

Para arwah turun berjongkok didepan tubuh Pak ketua yang pingsan, mereka semua menatap dengan tajam.

Harley dan Bangkit berjalan pelan, yang pertama mendekat adalah Harley dengan santai ia menendang pinggang orang itu. Pak ketua menggeliat dan sadar.

"Aaaa..!" Pak ketua kaget dan takut ketika melihat banyak arwah gentayangan duduk memandangi dirinya. Mata mereka semua putih, wajah berantakan dan darah mengalir diseluruh tubuh mereka.

Ia ingat sekarang, arwah arwah ini adalah para korban keganasan Garantula yang secara sengaja ia sumbangkan sebagai pemuas kelaparan perutnya binatang buas itu

Harley dan Bangkit dengan tenang mendekat dengan satu tangan Harley mengangkat tangannya dan menghujamkan pukulan keras kedada Pak ketua.

Orang itu seperti loncat sedikit keatas karena efek dari pukulan keras Harley, Bangkit mendekat dan mencekik leher si orang buncit..kedua mata Pak lurah merem melek, dengan sekali pukul wajah Pak ketua hancur..nyawanya tidak langsung hilang, sakaratul mautnya begitu mengerikan..terlihat ia sangat menderita, tubuhnya berguncang keras kekiri dan kekanan. Kadang kadang ia bangun duduk dan selanjutnya kepala jatuh dilantai. Demikian berlanjut bermenit menit lamanya.

Hal itu berjalan selama kurang lebih lima menit, sampai ahirnya kedua matanya melotot dan mati.

Pada saat orang itu tewas, seluruh arwah yang ada disitu terbang berputar putar diudara. sebuah sinar cahaya nampak turun dari langit semacam terowongan yang panjang sekali.

Satu persatu arwah itu masuk kedalam terowongan dan terhisap keatas hingga hilang.

"Harley, Bangkit..apakah kalian akan dibawa?" Tanya Tasya.

"Belum Tasya..itu bukan waktu untuk kita berangkat..mungkin masih ada satu dua hari lagi"

Tasya menarik nafas panjang seakan bersukur.

"Tasya, kita akan tinggalkan tempat ini..Saya perlu melihat kuburan dua temanmu" tiba tiba terdengar suara Hari Juanda.

"Bisa Pak,.ayok kita kesana.."

...-----...

Setelah mereka berjalan kira kira satu jam, ahirnya ditemukan kembali dua kuburan. Dua dua kuburan itu terbuka, tanahnya berserakan dimana mana.

"Lihat kuburan itu! Seperti ada yang pernah keluar dari dalam sana!" teriak salah satu anggota polisi.

"Pak Hari, Saya Mohon agar bapak dan teman teman polisi kontak ke Bali untuk memanggil orang tua kedua teman saya ini, agar arwah mereka disucikan" Tasya memohon.

"Baik saya segera pulang dan hubungi mereka, berikan kami alamat mereka, bagaimana dengan anda?"

"Biar saya disini menunggu mereka saja, tidak apa apa"

...-----...

Sebelum dua orang anggota polisi datang,kakeknya Bangkit sudah beberapa kali didatangi arwah Bangkit. dan rencana sang kakek hari ini ia akan memberikan kabar kepada kedua orang tuanya Bangkit.

"Bagaimana dadong bisa mengetahui hal ini?" Tanya ayahnya Bangkit disiang harinya.

"Bangkit telah datang kepadaku, bahkan tadi pagi ia datang lagi dan memohon agar aku dan kamu sebagai bapaknya untuk berangkat kepulau itu"

Sang ibu sudah tidak kuat lagi mendengarkan berita sedih itu, badannya terasa mengambang dan iapun jatuh pingsan.

"Baik bapak, kami akan berangkat sekarang juga"

"Tunggu nak, bapak akan ikut dengan kalian..biar rumah ditinggal saja, biarkan si Made jaga rumah"

...-----...

"Apa yang akan kau lakukan Tasya?"

"Maksudmu bagaimana Harley?"

"Ya..apakah kamu akan kembali pulang kerumahnya?"

"Setelah semua peristiwa yang terjadi dipulau ini..aku sadar dan mengerti Harley..bahwa hidup ini adalah perjuangan yang tiada ahir..memang banyak keributan dikeluargaku tapi..aku harus kembali kepada mereka, tanpa mereka aku tidak ada"

"Apakah kamu akan menjenguk kuburanku?"

"Ya iyalah..bahkan mungkin setiap hari aku akan kesana"

'Yakin?"

"Yakin Har..semoga kita bisa bertemu kembali"

"Tentang itu, aku kurang yakin..semoga saja bisa"

Mereka duduk bertiga diatas sebuah batu yang besar dipinggir pantai pulau Intan sambil memandang bulan yang pelan pelan hilang diujung garis lautan sana.

"Bangkit..sepertinya kita harus masuk, sebentar lagi pagi akan tiba"

Bangkit memandang lurus kedepan..ia menganggukan kepalanya.

"Tas, kalau orang tuaku datang, katakan aku ingin agar kakekku yang melakukan menyucian diriku..dan motorku, sebaiknya kau yang Urus Tasya, aku menghadiahkan khusus untukmu"

"Wah..aku suka motor gede..terima kasih Bangkit! Aku akan merawatnya dengan baik"

Tidak lama, ketiganya turun dari atas batu besar itu dan berjalan masuk kedalam hutan.

Tasya berjalan ditengah, mereka saling bergandengan tangan.

"Liat! Burung burung telah kembali!" teriak Tasya melihat keatas pohon.

"Hutan ini kembali hidup.."

Setengah jam mereka berjalan, ahirnya sampai juga didepan dua lobang kuburan.

"Tasya,.kita masuk dulu, sampai jumpa dilain waktu"

Bangkit yang pertama turun dan ia merebahkan dirinya kemudian Harley turun juga kelubangnya.

"Jangan ragu Tasya..timbuni semuanya" ucap Harley, kemudian ia menutup kedua matanya.

Dengan rasa sedih Tasya mulai menimbun dua kuburan itu. Kini, ia berada sendirian ditengah hutan itu.

Dua ekor burung turun dari atas pohon..mereka membawa ranting kecil, berjalan mendekati Tasya dan meletakkan ranting ranting itu diatas pusara Bangkit dan Harley. Seakan mereka menyatakan terima kasih telah membuka kembali hutan itu.

Beberapa burung lainnya diatas pohon saling memanggil mereka mengeluarkan suara cuitan yang nyaring..dua burung tadi terbang kembali keatas pohon bergabung dengan lainnya.

...-----...

Ada satu lagi yang harus Tasya lakukan..ia menarik sebuah bungkusan kain dari bawah batu dan membukanya.

Didalam bungkusan kain itu ada beberapa tulang belulang.. tulang tulang itu adalah tulang Pak Nurdin yang ia kumpulkan dari tumpukan abu.

Tasya memandang tumpukan tulang, entah kenapa perasaannya sangat sedih. Meskipun perkenalan mereka sangat singkat tapi terasa begitu lama mereka telah saling kenal.

"Pak, maafkan saya apabila ada perkataan saya yang tidak berkenan dihati Pak Nurdin..Hari ini kemungkinan saya akan meninggalkan pulau ini, bapak akan saya kuburkan didekat sini saja..sampai nanti ya pak, semoga kita bertemu kembali" Tasya menyempatkan membuat lobang dan menanamkan tulang tulang itu.

Ia berdiri dan melangkah kearah pantai..suasana gelap gulita, Namun kini Tasya mulai bisa mendengarkan suara binatang kecil yang Ada disemak semak..

"Hmm..aku harus berhati hati, berarti ular dan sejenisnya sudah mulai kembali" ucapnya dalam hati. Ia mengambil sebatang dahan, setiap kali ia melangkah dahan itu ia kibaskan dirumput.

Tasya beruntung, Bulan seakan tau Tasya sedang sendirian dihutan..sinarnya menerangi keadaan hutan..

...------...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!