Tasya baru sadar dari pingsannya ketika mencium bau menyengat dupa dihidungnya. Dalam kesamaran penglihatan, remang remang ia melihat figure beberapa sosok manusia berdiri didepannya. Ia mencoba mengucek ucek mata dengan telapak tangan.
Setelah beberapa saat ia baru bisa melihat dan sadar ia berada disebuah ruangan berdinding batu kali.
Ia terkejut dan berteriak ketika sadar apa yang berdiri tidak jauh dari tempat ia duduk. Ada sekitar empat orang mengenakan jubah hitam yang kepalanya tertutup setengah. Tasya merasa takut melihat mata orang orang itu, semuanya putih!
Mereka tidak bergerak maupun berbicara, hanya memandang kearah Tasya. Tubuh mereka lumayan tinggi.
Siapakah mereka?
Tiba tiba Salah satu dari mereka maju mendekat dan berkata, suaranya mirip seperti ular yang mendesis..
"Sudah bangun anak maniiis..hehehe" katanya dengan suara sinis.
Tasya berusaha menutup wajahnya, tubuhnya gemetar.
"Pergi kalian dari sini! Pergiiii !!!" Tasya berteriak.
"Kenapa kamu berani masuk kepulau ini hah? Apa maksudmu membunuh teman temanku??" katanya lagi.
Tiba tiba ia mengangkat satu tangan dan memukul pinggang Tasya.
Dhaaag!
Tubuh Tasya serasa terbelah menjadi dua, rupanya ia memukul dengan sebuah balok besar. Perutnya terasa mual, ia muntah darah.
"Sudah sepantasnya kau menjadi santapan dipersembahan nanti! Aku yang pertama akan menyaksikan tubuhmu terkoyak dan ditarik oleh tajamnya taring si Garantula! Hahaha..!" setelah berkata itu ia memutar tubuhnya dan keluar dari ruang tahanan diikuti yang lainnya. Mereka berjalan seakan robot, sangat kaku dan tanpa ekpresi sama sekali.
Tasya meringkik menahan sakit dipinggang, ia mencoba meraba pinggangnya..aaah perih sekali rasanya. Tasya berpikir inilah saat saat terahir ia akan mati. Sambil tetap meringkik ia mencoba berbicara sendiri.
"Ya Tuhan dimanapun kau berada,.aku mohon maaf atas segala kesalahanku, selama ini aku meninggalkanmu, aku tidak pernah peduli denganmu..yang aku kejar selama ini hanyalah egoku..aku bersalah ya Tuhan..mungkin inilah awal dari hukumanmu kepada diriku..dan, apabila waktunya akan tiba nanti, lakukanlah dengan cepat..aku akan menyambut kematianku dengan ikhlas" tanpa disadari air mata mulai membasahi pipinya, tubuhnya terus bergetar.
Setelah itu entah ia sudah terlalu letih atau memang tubuhnya sudah tidak kuat, Tasya hanyut dalam alam dibawah sadar.
Dalam keadaan antara sadar dan tidak, kupingnya menangkap suara halus..dalam alam bawah sadar, ia mencoba konsentrasi untuk mencoba mendengarkan suara siapa itu.
"Tasya...Tasya"
Ia tergugah, Tasya secara otomatis sadar kembali. itu..itu, suara Harley! Aah tidak mungkin ia sudah mati dan terkubur dibawah tanah..mana mungkin??
...-----...
Tasya membuka matanya pelan pelan mencoba melihat sekeliling ruangan yang pengab itu.
Ruangan tahanan itu biasa saja, bentuknya segi empat dan disetiap sudut ruangan terdapat relung seperti sudut yang ada tembok sepanjang lima puluh sentimeter, entah untuk apa.
Dari salah satu sudut itu terdengar lagi suara memanggilnya. Tasya memperhatikan sudut itu, cahaya matahari pagi memang tidak menyinari disana.
Tiba tiba dari balik sudut itu muncul Harley! Pakaiannya lusuh dan basah persis seperti waktu ia meninggal kemarin. Bedanya, didada Harley ada dua bercak darah..Tasya ingat peluru memang menembus punggung dan keluar didada Harley. Tasya kaget melihat kedua mata Harley yang tidak wajar..dua duanya putih dan pucat.
"Harley! Aku takut sayang..jangan kau hadir disini, penderitaanku sudah sangat parah..pergilah dari sini" suara Tasya memelas hampir nangis.
"Tasya, aku hadir untuk membantumu keluar dari sini..maafkan aku, aku harus membalas apa yang mereka lakukan..disini hadir juga Bangkit" ucap Harley sambil menoleh kearah sudut tembok satu lagi.
Dari sana muncul sosok Bangkit, Namun berbeda dengan Harley ia membelakangi tembok tidak menatap kearah Tasya.
"Bangkit..." ucap Tasya dengan nada pelan. Ia heran kenapa Bangkit tidak menatap kepadanya.
"Tasya..maafkan aku tidak mau melihat kamu..aku tau kamu pasti takut melihat diriku"
Tasya mencoba bangun dari posisinya, meskipun pinggangnya terasa berat dan linu, ia usahakan sekuat tenaga untuk bangun.
"Tasya, tetap disana jangan mendekat..kamu ingat bagaimana aku mati?" Tanya Bangkit.
"Ya Bangkit, aku masih ingat dengan jelas bahkan aku yang menguburkan dirimu..aku tau kau mengalami trauma luka yang parah diwajahmu"
Dengan gerakan pelan Bangkit memutar tubuhnya...
"Maafkan akan penampilanku" ucap Bangkit pelan.
Malam itu memang Tasya menguburkan Bangkit, namun kala itu suasananya gelap gulita, keadaan Bangkit tidak dapat dilihat jelas.
Kini, Tasya bisa melihat kondisi sebenernya..wajah Bangkit rusak berat, satu matanya hilang dan terlihat tulang kepalanya. Tasya tiba tiba menangis tersedu sedu, bukannya merasa takut tapi justru sedih melihat keadaan mereka berdua.
...-----...
"Aku ga ngerti bagaimana kalian bisa hadir disini, padahal aku yakin kalian sudah meninggal" gumam Tasya ketika tangisnya sudah agak reda.
"Kami harus keluar dari kuburan yang kamu buat, kami harus membalas dendam ini..kami mencari kamu dari tadi, entah bagaimana kita bisa tau bahwa kamu ditahan disini..tapi kami harus membalas apa yang telah mereka lakukan, sekaligus membebaskan kamu Tasya"
Tasya menoleh kearah Harley dan Bangkit.
"Bagaimana kalian bisa membantuku? Kalian sudah tidak punya nyawa lagi"
"Justru itu..kamu akan liat bagaimana kita melakukan pembalasan ini..percayalah, sebentar lagi mahluk mahluk aneh tadi akan kembali untuk memasukkan kamu kedalam kerangkeng..disaat itulah kita akan menangkap mereka dan merekalah yang akan masuk kedalamnya bukan kamu"
"Haah? Benarkah?"
"Setelah kami selesai dengan semua urusan disini, kami akan kembali kekuburan. Kami juga tau bahwa ada sebuah perahu yang terlihat diujung pulau ini. Dengan perahu itu kamu akan keluar dari sini dan kembali kerumah orang tua kamu"
"Bagaimana dengan kalian?"
"Kami hanya minta agar kamu beritahukan kepada keluarga kami dimana letak kuburan kami, biar mereka mengurusnya"
Tasya mendekat dan akan membelai rambut Harley, tiba tiba..
"Jangan Tasya..jangan kau sentuh tubuh kami, kita sudah berbeda..kamu bisa melihat kita tapi kamu tidak boleh menyentuh tubuh kita"
Tasya mengurungkan niatnya sambil mengangkat kedua tangannya.
...-----...
Diluar sana, Pak ketua sibuk dengan pembetulan altar. Garantula sudah kembali, sebelumnya binatang jadi jadian itu marah sekali dan terbang terus menerus diatas langit sambil berteriak teriak.
Para tamu juga sudah berhasil dikumpulkan, mereka diberikan penjelasan dan menurut Pak ketua sebagai balasan..malam ini juga persembahan akan dilakukan dengan Korban yang baru yaitu..Tasya.
Pak ketua memanggil mahluk mahluk seram dan memerintahkan mereka untuk mengambil Tasya sebagai Korban untuk dimasukan kedalam kerangkeng.
Mayat pak Nurdin dibakar dengan semena mena, layaknya sebuah onggokan sampah. Tubuh yang malang itu dicampakkan begitu saja keatas kobaran api unggun.
Tiga mahluk jelek dan menyeramkan dengan senang langsung menuju kearah ruang penjara Tasya...
Beberapa orang langsung menyalakan dupa kembali dan bedug kembali ditabuh dengan irama pelan.
...-----...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 20 Episodes
Comments