Bab. 20

Devan termenung sendiri setelah mendengar cerita Rina tentang rumah tangganya. Dia sangat prihatin dengan keadaan rumah tangga Rina.Tiba-tiba, terlintas sesuatu dalam pikiran Devan.

"Rina, ayo ikut aku...!" ajak Devan.

"Tapi, Dev. Dagangan aku, bagaimana?" Rina menengok ke arah dagangannya, masih tersisa beberapa nasi bungkus yang lagi yang belum habis terjual.

"Sudah, aku yang borong semua buat anak buahku di proyek! Kau hitung saja ada berapa bungkus yang tersisa? "

Rina bingung apa maksud lelaki itu berkata demikian. Masih dengan keheranan Rina menghitung sisa nasi bungkus yang tersisa.

"Sisa dua belas bungkus, Dev!" jawabnya.

Devan lalu menelpon seseorang entah siapa. Tak beberapa lama, seorang dengan tergopoh - gopoh mendatangi kami.

"Pak Man, antar nasi bungkus ini ke proyek. Bagikan sama orang kantor di site. " Laki-laki yang dipanggil Devan Pak Man itu mengangguk patuh dan segera membawa nasi bungkus itu ke Pabrik.

"Rin, Ini uang untuk membayar harga nasi bungkus kamu."

Devan menyerahkan dua lembar pecahan seratus ribuan pada Rina.

"Ambil saja kembaliannya!' kata Devan saat melihat Rina menyodorkan uang kembalian padanya.

Rina tak jadi menyerahkan uang kembalian itu. Percuma saja ngotot, Devan juga tak akan mengambilnya.

" Sekarang kamu ikut aku..! " kata Devan lagi.

Lelaki berbadan tegap dan kekar itu kemudian menarik tangan Rina dan menggendong Arsy menuju ke mobilnya.

Rina hanya pasrah saja mengikuti kemauan Devan. Karena dia masih bingung apa yang hendak dilakukan oleh lelaki itu.

Mobil Devan meluncur meninggalkan tempat itu. Tak lama kemudian mobil itu berhenti di depan sebuah bangunan.

Dilihat dari bentuk bangunannya, tempat itu mungkin dulunya adalah sebuah restoran. Letaknya persis di tengah-tengah kota.

Saat turun, Devan yang menggendong Arsy tanpa sengaja tangannya juga menggandeng tangan Rina.

Sontak Rina jadi salah tingkah. Dia merasa sangat malu. Selamat menikah dengan Bramantyo, lelaki itu tak pernah memperlakukan dirinya seperti itu. Jangankan menggandeng tangan, diajak jalan saja nggak pernah.

Baru kini Rina menyadari betapa miris kehidupan rumah tangganya bersama Tyo. Tak ada cinta yang bisaTyo berikan untuknya. Padahal pernikahan mereka sudah berjalan sewindu.

Berharap Tyo dapat bersikap manis padanya tampaknya hanya tinggal impian saja. Toh nyatanya selain sumpah serapah dan sikap kasar dari Tyo yang dia hadirkan pada Rina setiap harinya, dia juga tak pernah  melihat dan merasakan sikap sayang dan mesra Tyo padanya.

"Maaf, aku keterusan menggandeng tanganmu. Berasa seperti sudah jadi suamimu saja." ucap Devan. Dia baru menyadari jika tangannya masih menggandeng tangan Rina ketika dengan halus Rina melepaskan genggaman tangan Devan.

Rina merasa malu dan juga tak enak hati. Bagaimana pun dia masih istri Tyo karena lelaki itu belum menjatuhkan talak padanya walaupun sering kali dia mendengar ancaman itu.

"Tak apa-apa,.." jawab Rina. Dia kemudian mengamati tempat itu. "Restoran siapa ini, Dev? " tanya Rina lagi.

Devan berjalan mendekati Rina. Dia menurunkan Arsy dari gendongan dan menggandeng tangan gadis kecil itu.

"Dulunya restoran ini milik orang cina. Kebetulan sekali dia mengenal keluargaku. Saat pemiliknya memutuskan untuk pindah ke Batam, dia menjualnya pada keluargaku. Restoran ini sudah lama tak dibuka." jelas Devan.

"Lalu untuk apa kamu mengajak Aku kemari..?"

"Aku bermaksud ingin menyerahkannya padamu untuk kamu pakai usaha. Aku mau kamu membuka restoran ini kembali... Bagaimana? Apa kamu bersedia, Rina?"

Rina tertegun mendengar ucapan Devan. .

"Apa tadi yang kamu bilang. Aku masih belum paham..?" ucap Rina. Apakah tadi dia tak salah dengar. Devan bilang mau menyerahkan restoran lama ini padanya.

Devan tersenyum melihat Rina yang kebingungan. "Aku bilang aku ingin menyerahkan restoran ini padamu. Kamu boleh menempatinya untuk membuka restoran atau rumah makan. Apakah kamu bersedia..?" ulang Devan sekali lagi.

Rina tak sanggup berkata-kata, mulutnya terasa terkunci. Ya Tuhan, apa dia sedang bermimpi. Devan memberikan kepercayaan padanya untuk membuka restoran ini.

"Dev, apa kamu serius?" tanya Rina dengan wajah tak percaya.

Devan menganggukkan kepalanya.

"Tapi bagaimana dengan keluargamu. Bukankah ini restoran milik keluargamu?" tanya Rina bimbang. Dia takut dan merasa tak enak hati karena menurut Devan ini adalah restoran milik keluarganya.

"Tak usah kau pikirkan semua itu. Sekarang kamu hanya tinggal menjalankan saja restoran ini. Semua terserah padamu, sekarang. Kamu mau buka restoran apa.." Kata Devan dengan mimik wajah serius.

"Tapi bagaimana aku akan membayar sewanya...? Aku tak punya uang sepeserpun.."

"Siapa yang bilang kamu harus membayarnya. Rina, ini semua gratis untuk kamu tempati sebagai tempat usaha kuliner. Kamu hanya tinggal mengelolanya saja." kata Devan gemas.

Rina tak tahu harus berucap apa lagi, Nyatanya memang Devan bersungguh-sungguh dengan ucapannya.Dia sangat terharu dan berterima kasih atas kebaikan lelaki itu.

"Terima kasih, Dev. Kamu sangat baik. Entah bagaimana caranya aku membalas semua kebaikanmu."

"Hmm, masalah itu  tak usah kamu pikirkan, Rina. Aku senang bisa membantumu.." jawab Devan.

"Tapi tetap saja, jadi masalah buatku karena ini adalah aset keluargamu, Dev.. " ucap Rina.

"Mungkin suatu saat itu bukan lagi suatu masalah. Karena suatu saat siapa tahu kamu jadi istriku. Dan restoran ini secara otomatis akan jadi milikmu.."

Tentu saja kata - kata yang terakhir ini hanya bisa Devan ucapkan dalam hati. Dia belum berani untuk mengungkapkan secara langsung isi hatinya karena Rina masih berstatus istri orang lain.

"Tak usah kau pikirkan. Keluargaku tak akan menuntut kamu. Lagi pula restoran ini sudah diserahkan padaku dan menjadi milikku. Jadi tak akan ada yang akan berani menggugat kamu."

Devan merogoh saku celananya dan mengeluarkan beberapa buah kunci dari sana.

Dia mengambil sebuah kunci untuk membuka pintu restoran dan mempersilahkan Rina untuk melihat - lihat keadaan di dalam restoran. Kondisi restoran itu masih bagus meskipun telah lama ditinggalkan oleh pemiliknya.

Rina tersenyum bahagia. Ini seperti sebuah mimpi baginya hingga membuatnya hampir tidak percaya. Tapi semua itu nyata.

****

Sementara itu di rumah Rindu, Bramantyo sedang duduk melamun sendiri di depan jendela kamarnya.

Sudah tiga hari ini dia tidak pulang ke rumah kontrakan tempat Rina dan anak - anaknya tinggal.

Semenjak menikah dengan Rindu dia jarang pulang ke rumah. Lelaki itu juga jarang memberi nafkah untuk Rina lagi.

Dalam  pikiran lelaki itu  buat apa dia harus repot - repot memberi uang belanja untuk wanita jelek itu. Melihatnya saja sudah membuatnya kesal. Andai bukan karena tanggung jawab, sudah lama dia menceraikan Rina.

Sebenarnya  dia merasa bersalah karena telah membiarkan Rina dan anak - anak tanpa uang belanja sama sekali.

Tapi dia masih kesal dengan istri pertamanya itu. Setiap kali dia pulang ke rumah, mereka selalu saja bertengkar. Dan ujung - ujungnya, Rina selalu mengajukan permohonan yang sama, yaitu bercerai.

"Sayang, kamu lagi apa..?" Suara Rindu membuyarkan lamunannya.

"Aku....., aku.... "

"Sedang memikirkan istri pertama kamu itu, ya..?" tukas Rindu cepat

****

Hari sudah pagi ketika Tyo pulang ke rumah. Dia datang ketika Rina sudah bersiap - siap untuk pergi berjualan. Rina dengan sigap buru - buru meletakkan daganganku di tempat tersembunyi agar tidak di lihat oleh Tyo.

Hari ini dia membawa 50 bungkus nasi saja. Awalnya ada 70 bungkus nasi. Karena ada pelanggan yang menelpon minta 20 bungkus nasi, maka sekarang nasi bungkus yang dia bawa hanya tinggal 50 bungkus saja. Orang itu pagi - pagi sekali sudah datang ke rumah untuk mengambil pesanan nasi bungkus.

" Rina, ini uang belanja untukmu! "

Tyo menyodorkan pecahan lima puluh ribuan. Rina mengernyitkan alis. Tumben banget Tyo memberinya uang belanja lebih.

Apakah ada maksud terselubung. Atau jangan - jangan  gara-gara peristiwa beberapa hari yang lalu maka sekarang lelaki itu datang ke rumah dan memberiku uang belanja padaku dua kali lipat dari biasanya, pikir Rina.

"Tumben banget mas ngasih aku segini. Biasanya dua puluh lima ribu aja pake marah - marah dan main tangan." sindir Rina sambil berlalu pergi tanpa mengambil uang tersebut.

"Hei, Rina. Kenapa uangnya nggak di ambil? Mas ngasihnya ikhlas, kok! " Tyo berjalan menghampiri Rina.

"Maaf Mas, tapi aku sudah bilang sejak kemarin, mulai saat ini Mas nggak usah lagi repot - repot buat ngasih aku uang belanja. Aku tak ingin mas merasa terbebani oleh aku dan juga anak-anak."

ucap Rina dingin.

Tyo tampak terkejut dengan ucapan Rina. Tak menduga akan mendapat jawaban seperti itu. Dia pikir ucapan Rina tempo hari tak serius. Istrinya itu tak akan bisa hidup tanpa bergantung padanya.

Sedangkan Rina berlalu pergi dari hadapan Tyo. Tak lupa Rina membawa dagangan nasi bungkus yang tadi sempat dia sembunyikan. Rahan juga sudah bersiap untuk berangkat ke sekolah.

Tyo masih belum tahu jika Rina berjualan nasi bungkus di depan pabrik. Dia mengira Rina bekerja sebagai kuli di pasar atau babu di rumah Amel.

Rina sudah pergi mengantar Rehan ke sekolah tanpa menghiraukan Tyo yang masih terdiam terpaku dengan uang lima puluh ribu di tangannya.

Setelah mengantar Rehan ke sekolah, barulah Rumah berjualan nasi bungkus.

"Mbak, nasi bungkusnya dua! " seorang pelanggan pertamanya datang dan membeli nasi bungkus.

Rina mengambil dua nasi bungkus dan memasukkannya ke dalam kantong kresek kemudian menyerahkannya pada pembeli tadi.

Pembeli itu menyerahkan lembaran dua puluh ribuan. Rina mengucapkan terima kasih sambil tak lupa melempar senyum.

Keramahan akan membuat pelanggan merasa dihargai dan hal itu merupakan salah satu kunci agar pelanggan kita tidak berpindah ke tempat lain. Itu yang Rina pelajari selama dia berjualan.

"Mbak, beli nasi bungkus dua! " seorang gadis cantik berjongkok dan memilih  dua nasi bungkus yang tersedia di hadapannya.

"Yang ini lauknya apa, mbak? "

"Yang karet merah itu lauknya ayam, mbak. Kalo yang hijau itu telur. Nah... itu yang kuning lauknya ikan." Rina menjelaskan dengan sabar kepada pembeli tentang aneka lauk yang tersedia untuk nasi bungkus dagangannya.

Rina memang sengaja menyediakan aneka lauk untuk nasi bungkus dagangannya, agar pembeli bisa memilih lauk sesuai selera mereka.

"Oke mbak, aku pilih yang lauknya ayam dan ikan saja! Semuanya jadi berapa mbak? "

Rina memasukkan nasi yang berisi lauk ayam dan ikan.

"Semuanya dua puluh ribu, mbak! " Gadis itu lalu menyerahkan lembaran lima puluh ribuan. Dengan cekatan Rina menyerahkan uang kembaliannya sebesar tiga puluh ribuan sambil mengucapkan terima kasih.

Gadis itu kemudian berlalu dari tempat itu.

"RINA....!!"

Rina menoleh kaget mendengar suara bentakan dari arah belakang.

" Mas Tyo....!" Rina berdiri seraya merapikan dagangannya yang hampir habis.

"Apa yang kamu lakukan di sini? "

Mata Tyo melotot melihat istrinya berjuang nasi di pinggir jalan.

Dia menarik tangan Rina dengan kasar dan menyeretnya secara paksa  ke arah motornya.

Rina meronta mencoba melepaskan diri dari cengkraman tangan Tyo.

"Mas, lepasin! " sentaknya.

Akhirnya Rina berhasil juga melepaskan cengkraman tangan Tyo.

"Plak!! "

Sebuah tamparan mendarat di pipi Rina.

Perih dan pedas rasanya. Namun hal itu tak sebanding dengan rasa malu yang dia rasakan.

"Kamu bikin malu suami...! " desis Tyo.

"Memangnya salahku apa? Aku merasa tidak berbuat sesuatu yang merendahkan harga dirimu sebagai suami, Mas...!" jawab Rina dengan lantangnya.

Air mata sudah mengalir deras di kedua pipinya yang merah akibat tamparan Mas Tyo.

"Kamu masih sadar nggak juga jika apa yang kamu lakukan ini mempermalukan aku, Hahh! " bentak Mas Tyo semakin marah.

"Emangnya aku melakukan apa. Aku hanya berjualan nasi, Mas. Bukan menjual diri..? " Rina balik bertanya sambil menatap mata Tyo, hatinya sakit sekali.

Entah.. semenjak mengetahui pengkhianatan Tyo dan menerima semua perlakuan kasar dan kejam lelaki itu semua rasa hormat dan patuh pada suaminya itu lenyap berganti rasa benci dan muak.

"Kamu bikin malu aku dengan berjualan di sini. Apa nanti kata teman - teman aku kalo liat kamu di sini..?! "

"Kenapa mesti malu. Aku tidak mencuri milik mereka atau menjual diriku,...! " jawab Rina tak mau kalah.

"Dasar bego, belum faham juga, kamu. Apa nanti kata teman - temanku. Nanti mereka menyangka aku nggak pernah ngasih kamu uang belanja...!?" ucap Tyo lagi.

"Emang nyatanya begitu, kan Mas? Apa Mas lupa, sudah berapa hari mas tidak pulang ke rumah. Apa mas berniat membuat kami semua mati kelaparan. Aku dan anak - anak butuh makan. Maka dari itu aku bekerja supaya bisa makan. Ngerti kamu, Mas..?!" jawab Rina.

Tangan Tyo sudah kembali  terangkat ke atas siap untuk dilayangkan ke Rina.

Rina menunduk sembari menutup wajah. Namun,  sebuah tangan yang kokoh menahan tangan Tyo hingga tak jatuh ke tubuh Rina.

"Tak baik berlaku kasar pada perempuan, Mas!" ujar orang itu.

Tyo menepis kasar tangan lelaki yang  menahan tangannya tadi.

"Devan..!"  ucapku lirih menyadari bahwa laki-laki yang barusan menolongnya adalah Devan.

"Saudara tidak usah ikut campur! Ini urusan keluarga! " bentak Mas Tyo dengan wajah merah padam.

"Memang bukan urusan saya. Tapi saya paling tidak suka melihat ada laki-laki yang memukul seorang wanita. Seperti  pengecut ...! " ucap Devan.

Merah padam muka Tyo mendengar ucapan Devan. Tanpa babibu, Tyo melayangkan tinjunya ke arah Devan.

Akan tetapi, dengan sigap tangan Devan menangkis serangan Tyo hingga pukulan Tyo hanya mengenai angin.

"Dasar lelaki pengecut. Ternyata memang benar, kamu hanya berani sama wanita saja. Sama aku kamu nggak ada apa - apanya, Bung..!"

Devan melangkah maju dan melayangkan sebuah pukulan telak  tepat di rahang kiri Tyo.

Tyo jatuh tersungkur dengan mulut yang mengeluarkan darah. mungkin bagian dalam mulut Mas Tyo ada yang robek.

Rina buru - buru melerai keduanya sebelum Tyo babak belur di hajar Devan.

"Sudah, .... berhenti. Aku mohon, Devan. Berhentilah, jangan pukul Mas Tyo lagi....!" Mohon Rina kepada Devan sambil menarik memasang badan di depan Tyo.

Devan yang tadinya ingin kembali menghajar Tyo, jadi mengurungkan  niatnya saat mendengar ucapan Rina, juga melihat wanita itu yang memasang badan untuk melindungi suaminya.

"Cihh, kamu masih melindungi lelaki itu, Rina. Bahkan setelah apa yang dia lakukan terhadap kamu...!!" cibir Devan.

"Maafkan aku, Devan. Tapi Mas Tyo adalah suamiku...!"

Tyo menepis tangan Rina ketika dia mencoba untuk membantunya.

"Rupanya kamu mengenal lelaki ini, Rina. Pantas saja dia membelamu. Pasti kamu ada hubungan dengan lelaki ini, kan. Ayo ngaku kamu..!" bentak Tyo.

"Astagafirullah, .....istighfar kamu, Mas. Aku dan Devan tak punya hubungan apa. Kami hanya berteman..."

"Hah, teman? Teman apa..? Teman tidur? " ejek Tyo.

Wajah Devan merah padam mendengar tuduhan Mas Tyo. Dia ingin kembali menghajar Mas Tyo  namun Rina kembali menahan tubuh lelaki itu.

"Maksud kamu apa ngomong begitu, Mas !" Rina berpaling pada Tyo.

"Lelaki ini adalah selingkuhanmu, kan. Alasanmu saja,  bilang dia hanya teman.Tapi nyatanya lelaki ini adalah kekasih gelapmu. Kamu memang licik, Rina.  Papaku telah salah menilai dirimu. Kamu ternyata perempuan murahan...!!"

BUG.......

Tyo terhuyung ke belakang.

Tinjuan Devan menghantam mulut Tyo.

"Devan, .. Astaga. Devan sudah.!" jerit Rina sambil menarik tubuh Devan yang kembali hendak menghajar Tyo.

"Please, Devan. ..Aku mohon sudah. Jangan di teruskan. Lebih baik kamu pergi sekarang. Malu, banyak orang yang menonton...!" pinta Rina memelas.

Rina tak berbohong, banyak orang yang berdatangan untuk menonton drama indosiar kisah seorang istri yang di hajar suaminya dan di bela oleh  lelaki lain.

"Ternyata selain otak kamu yang picik, ternyata mulut kamu juga kotor. Bisa - bisanya kamu menuduh istrimu sendiri perempuan murahan. Lelaki macam apa kamu... "

Tyo maju dan ingin membalas Devan, namun Rina menghalanginya.

Dengan kasar, Tyo mendorong Rina hingga tersungkur jatuh. Arsy menangis melihat ibunya terjatuh. Gadis kecil itu belum mengerti apa yang telah terjadi. Dia hanya bisa menangis sambil memeluk Rina.

"Rina kamu nggak papa..?" Devan bergegas menghampiri Rina.

Namun Tyo yang berada di dekatnya dengan kasar mendorong tubuh Devan.

"Hey, bung. Aku peringatkan padamu..!Jangan sekali - kali kamu berani mendekati istriku. Kalau tidak ingin kepalamu melayang..!" ancam Tyo.

Tyo kemudian menyeret Rina ke motornya. Lalu memaksanya pulang dengan  menumpang motor Tyo.

Sampai di rumah Tyo memarahi dan mencaci maki Rina habis - habisan.

"Rina... mulai hari ini kamu nggak boleh lagi berjualan di sana. Bikin malu saja..! Pantas saja kamu menolak uang belanja dariku. Merasa sudah hebat kamu, heh!" Tyo mencengkram wajah Karina dengan kasar.

"Nggak,.....Mas Tyo nggak bisa larang aku buat berjualan di tempat itu. Aku perlu uang untuk makan dan buat anak - anakku! " jawab Rina.

Ini adalah pertama kalinya dia membantah pada suaminya.

"Rina, kamu itu masih  istri aku. Dan lagi pula seorang istri itu harusnya menurut kata - kata suaminya. Tapi kamu, ...kamu malah selalu membantah. Dasar istri tak tahu diuntung!" umpat Mas Tyo. .

Rina mengurut dada mendengar umpatan Tyo

"Tidak, Mas. Aku tidak bisa. Aku akan tetap berjualan, walaupun Mas Tyo tidak mengizinkan aku. Aku tidak mau lagi menjadi beban bagimu, seperti yang selalu kamu katakan padaku! "

"Rina..!! Jika kamu tidak menurut pada suamimu, maka aku akan menceraikan kamu sekarang juga! " Seperti biasa, Tyo mengancam Rina dengan kata - kata cerai yang begitu gampang keluar dari mulutnya.

"Maaf, Mas. Kali ini saya memilih untuk tidak menurut padamu. Silahkan Mas menceraikan aku sekarang juga. Aku ikhlas Mas...! Mungkin itu yang terbaik bagi kita...! " jawab Rina dengan tenang.

"Rina, kamu sekarang sudah mulai berani membantah suami. Apakah laki-laki itu yang menyebabkan kamu berani membantah suamimu, hah?"

"Jaga mulut kamu, mas! Aku tidak seperti kamu, selingkuh diam - diam dan membawa perempuan lain tidur di rumah ini saat aku dan anak-anak tak ada di rumah! "

"Cukup, RINA!! Kamu memang keterlaluan. Plakkk .....!!"

Bentakan Tyo menggelegar di iringi dengan telapak tangannya yang kembali mendarat di pipi Rina.

...-----...

 

 

Terpopuler

Comments

martina melati

martina melati

emang sdh lama gk terima uang lg

2024-06-17

0

Sidieq Kamarga

Sidieq Kamarga

Asu si Tho !!

2024-04-19

0

delphinia didong

delphinia didong

ya ampun ditabok Tyo berkali2 yg tdk mencintai Rina walau sampai beranak 2 .....minta di gorok lehernya si tyo

2024-04-14

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!