Bab. 06

Rina terdiam sejenak memikirkan ucapan ibu mertuanya. Yah  memang benar, dia harus berpikir dengan jernih agar kelak tidak menyesal di kemudian hari. 

Namun apakah dia sanggup jika harus hidup seperti ini terus. dia harus memilih dan  memutuskan apakah aku akan bertahan demi anak - anakku atau  mengakhiri semua ini. 

 

***

Keesokan harinya, Tyo pulang ke rumahnya. Saat itu Rina baru saja pulang dari pasar. Hari sudah menjelang siang, sekitar pukul 11.30.

Rina melihat suaminya itu dari kejauhan. Bramantyo sudah berdiri di depan rumah kontrakan dengan wajah masam dan gusar.

"Rina, kemana saja kamu.!!?" Bentak Tyo begitu Rina tiba di depan rumah.

Rina tak langsung menjawab pertanyaan Tyo. Tangannya sibuk membuka pintu dan membawa masuk semua. barang - barang  bawaanku dari pasar yang berupa sayuran sisa untuk di olah kembali menjadi aneka sayuran matang yang sudah jadi.

Tyo mengikuti di belakang. Dia juga masuk ke dalam rumah.

"Rina, kamu belum menjawab pertanyaanku,  dari mana kamu sampai siang begini baru pulang, hah..?" tanya Tyo lagi. Wajahnya tampak kesal karena Rina tak juga menghiraukan dirinya yang sedang bertanya.

Kesal akhirnya Tyo menyentak lengan Karina. "Rina, jawab pertanyaanku, dari mana kamu..!?" ulang Tyo lagi.

Karina menoleh dan menatap lelaki pengecut itu dengan pandangan kesal.

"Aku baru dari pasar, Mas." jawab Rina singkat.

"Hah, ke pasar..? Jadi selama kutinggal kamu rupanya banyak duit. Jadi kamu bisa pergi ke pasar. Dapat duit dari mana kamu, ....jual diri, kamu...?!!" bentak Tyo dengan kasar.

"Astaghfirullah Lazim, nyebut kamu, Mas , Aku pergi ke pasar untuk kerja jadi kuli di sana. Supaya aku dan anak - anakku tak mati kelaparan ..!! jawab Rina  dengan emosi.

Datang - datang Tyo bukannya minta maaf tapi malah menuduh dirinya menjual diri. Gila sekali lakinya itu

"Apa, jadi kuli katamu..? Keterlaluan kamu, Rina...!"

Plakkk....tangan Mas Tyo melayang ke wajah Rina.

Rina terkesiap tak menyangka jika Tyo akan kembali melayangkan tangannya. Ini sudah yang kesekian kalinya Tyo menjatuhkan tangan padanya.

"Mas, apa yang kamu lakukan..?" tanya Rina dengan suara bergetar.

Rina memegang pipinya yang terasa panas dan perih. Air mata mulai turun menetes di kedua belah pipinya yang kini membekas kemerahan.

Tyo menatap Rina dengan tatapan dingin.

“Itu hukuman buat kamu, Rina. Kamu sudah keterlaluan,"

"Mas yang sudah keterlaluan..! Mas memukul Rina hanya karena Rina bilang sama Mas  kalau Rina kerja jadi kuli di pasar...? emang apa salahnya kalau aku bekerja jadi kuli di di pasar, Mas...?"

Tyo menatap Rina dengan pandangan kesal. Wajahnya memerah menahan amarah.

"Kamu masih bertanya..? Apa kamu tidak sadar, apa yang kamu lakukan sudah membuat aku malu. Kamu sadar, tidak..? Kamu itu bekerja jadi kuli di pasar tanpa izin dariku. Kamu pikir kamu siapa..?"

Rina tak menjawab pertanyaan Mas Tyo. Dia hanya diam sambil menahan rasa sakit di wajahnya.

"Jawab aku, Rina. Kamu pikir kamu siapa..?" tanya Mas Tyo lagi.

"Aku istrimu, Mas. Aku hanya melakukan ini demi anak-anak kita." jawabku dengan suara lirih.

"Istri macam apa kamu..? Istri yang tak menghormati suaminya. Istri yang tak menuruti perintah suaminya. Istri yang hanya bisa menuntut."

"Aku tak pernah menuntut padamu, Mas. Kamu perlakuan aku bagai sampah saja, aku masih berbakti padamu. Tapi aku hanya menuntut tanggung jawab kamu saja. Kamu sudah berselingkuh dengan wanita lain, dan sekarang kamu pun juga sudah melupakan tanggung jawab kamu sama anak - anak kita. Jadi jangan salahkan aku jika aku bekerja jadi kuli di pasar karena hanya itu yang bisa aku lakukan. Aku ini perempuan bodoh, Mas. Tak ada sekolahnya. Apa yang bisa aku. lakukan. Maaf jika apa yang aku kerjakan sudah bikin kamu malu. Tapi aku terpaksa karena kamu nggak kasih aku uang belanja. Aku terpaksa karena anak - anakku kelaparan."

Mata Tyo melotot mendengar jawaban Rina. Tangannya menjambak rambut Rina hingga kepala wanita itu terdongak ke atas.

"Dasar istri nggak tahu diri. Kamu itu sudah bikin malu suami. ......Apa nanti kata orang, dikira aku nggak ngasih kamu uang belanja...?" Bentak Tyo

Dia kembali menampar Rina. Wanita itu tak bisa berbuat apa-apa dan hanya bisa menangis.

"Tapi semua itu memang benar, sejak Mas ketahuan selingkuh, Mas sudah nggak kasih uang belanja untuk aku lagi.. " jawab Rina dengan berani.

Mendengar ucapanku Mas Tyo makin naik pitam. Dia kembali memukul Rina. Kali ini dia memukulku di perut wanita itu.

Rina tersungkur kesakitan tanpa bisa melawan. Hanya bisa menahan rasa sakitnya saja.

"Aduh, Mas. Sakit, Mas."

Semua kejadian itu berlangsung di depan mata anak - anaknya. Mereka menangis saat melihat Tyo menjambak dan memukuli Rina.

Rehan langsung memeluk dan melindungi ibunya. Begitu juga dengan Arsy. Keduanya memeluk Rina sambil menangis.

"Pah, jangan pukul mamaku, pukul saja aku..." ucap Rehan putraku sambil menatap Papanya dengan tajam. Matanya memancarkan kebencian dan kemarahan atas tindakan papanya pada ibunya itu.

"Papa jahat,... pergi.. Jangan ganggu mama aku...!" bentak Rehan lagi. Bocah lelaki kecil itu mendorong tubuh Tyo agar menjauh dari Rina.

Mata Tyo melotot melihat sikap kurang ajar Rehan. Tangannya sudah terangkat ingin memukul Rehan. Tapi Rina buru - buru pasang badan untuk melindungi putranya.

"Jangan pukul Rehan, Mas. Dia tak bersalah. Lagi pula dia masih kecil. Kalau Mas mau pukul, pukul saja aku. Pukul saja sampai Mas puas. Kalau perlu, Mas bunuh saja Rina." ucapku sambil memeluk tubuh kecil Rehan dan Arsy.

Tyo urung untuk memukul Rehan. Terdengar mulutnya bersungut-sungut sambil berbalik pergi meninggalkan kami.

Rina masih bisa mendengar caci maki Tyo dari balik pintu.

"Anak dan ibunya sama saja. Sama - sama suka bikin jengkel..!" kata Tyo sambil membanting pintu dengan keras.

Tyo pergi begitu saja, meninggalkan Rina dan anak-anaknya. Dia kesal sekali dengan istrinya itu. Bagaimana bisa Rina berjualan kue dan nasi bungkus tanpa izinnya.Tak bisa dia bayangkan andai saja teman - temannya mengetahui akan hal itu, tentunya dia akan sangat malu..

Rina bangkit dan berjalan terseok-seok menuju ke kamar.

Dia membaringkan tubuh di tempat tidur dan kembali lagi menangis. Tak menyangka jika Tyo bisa sekasar itu padanya.

Rina sudah berusaha untuk menjadi istri yang baik. Maksud hati ingin bekerja untuk membantu suami untuk mencukupi kebutuhan keluarga. Tapi, semua itu sia - sia.

Tyo masih saja memperlakukannya dengan kasar. Malah Mas Tyo sempat menuduh aku menjual diri. Ujung - ujungnya apa yang dia lakukan kembali dianggap salah karena dianggap membuat malu suaminya itu.

Di dalam hati Rina berdoa agar Tuhan memberikan kekuatan padanyauntuk menghadapi semua ini.

Dia juga berharap, agar Tuhan membuka mata Mas Tyo dan menyadarkannya atas kesalahannya.

Dia hanya ingin hidup bahagia bersama suami dan anak - anaknya.

Tapi jika Tyo tidak berubah, mungkin dia harus bersiap diri untuk mengambil keputusan yang sulit. Meninggalkan Tyo atau memilih tetap bersama laki-laki itu demi anak - anaknya..

***

Hari sudah sore ketika Rina dan anak-anak dalam berjalan pulang dari rumah Amel menuju ke rumah kontrakan kami.

Tadi siang sepulang dari pasar dan menjemput putraku Rehan. Rina tidak langsung pulang ke rumah akan tetapi singgah ke rumah Amel dulu untuk mengerjakan beberapa pekerjaan rumah di rumahnya. Biasalah, apalagi kalau bukan mencuci dan menyetrika pakaian.

Rina pikir dari pada dia bengong di rumah dan menangisi nasib maka lebih baik aku bekerja. Karena meskipun tetangganya tahu apa yang terjadi pada kehidupan rumah tangga Rina, mereka juga tak bisa berbuat banyak.

Meskipun mereka kelaparan, toh tak akan ada tetangga yang tahu. Lagi pula, dia tak mungkin membuka aib keluarganya. Meskipun Tyo sudah tak memberi dia nafkah lagi, tetap saja dia harus menjaga marwah dia sebagai istri.

Anak - anaknya  sudah makan dari nasi bungkus yang dia beli di pasar tadi. Satu bungkus nasi cukup untuk mereka bertiga.

Di rumah, dia juga tak perlu repot untuk menyiapkan makan siang karena Tyo  tidak pulang ke rumah. Entah dimana suaminya itu kini berada. Sejak kejadian tempo hari, Tyo belum pernah pulang ke rumah kontrakan .

"Mah, bukannya yang berjalan di sana itu papa, ya mah....? " tunjuk Rehan.

Rina terkesiap saat melihat Tyo dan seorang wanita cantik sedang berjalan sambil bergandengan tangan memasuki sebuah rumah makan.

"Bukan, itu bukan papa, Rehan. Papa sedang bekerja. Rehan salah lihat.. " ucapnya .

Buru - buru Rina mengajak anak - anaknya pergi meninggalkan tempat itu. Dia tak ingin anak-anaknya melihat Tyo dengan wanita lain. Pastinya akan melukai hati mereka.

Akan tetapi ternyata Rehan malah berlari masuk ke rumah makan itu untuk mengejar papanya sehingga Rina terpaksa ikut berlari untuk mengejar Rehan. Dia khawatir sampai Rehan berbuat sesuatu yang akan membuat Tyo malu dan marah.

"Papa, ....!" seru Rehan saat anak itu sudah berada di dekat Tyo.

"Rehan,.... !?" Ada keterkejutan di mata Tyo.

"Siapa yang.... " tanya wanita itu.

Mata Tyo melotot saat melihat Rina yang sampai kemudian di belakang Rehan.

"Rina, .... ? Apa yang kamu lakukan di sini...!? Kamu sengaja, ya. Mengajak anak-anak untuk membuat malu aku..?" bentak Tyo geram.

"Mas, aku tak tahu jika Mas ada di sini. Aku pikir Rehan masuk ke sini untuk membeli makanan." terpaksa Rina berbohong demi melindungi diri.

Ada kemarahan dan kegeraman di mata Tyo. Begitu juga yang tersirat di mata Rehan.

"Papa jahat..! Papa nggak punya malu. Papa selingkuh...!" Ucap Rehan dengan mata memerah. Entah dapat pikiran dari mana. Bahkan aku tak tahu, siapa yang mengajari putraku itu berkata seperti itu.

"Ohh, jadi mereka anak dan istri kamu, Mas.. " ucap Wanita itu.

Tyo berdiri dan mendatangi Rina dan Rehan.

"Rina, cepat bawa pergi anak kamu ini sebelum aku memukulnya. Dasar anak kurang ajar. Tunggu saja. Aku akan memberi kamu pelajaran..! " kata Mas Tyo sambil menyeret tangan Rehan keluar dari restoran.

Rehan meronta - ronta dalam cengkraman Tyo.

"Lepaskan  Rehan, Mas..!" kata Rina sambil menarik Rehan dari cengkraman tangan Tyo.

"Ajari anak kamu sopan santun...! Cuihhh, andai bukan di tempat umum, sudah ku gantung kamu, anak kurang ajar.!" umpat Tyo pada Rehan. 

Setelah itu dia masuk kembali ke dalam rumah makan tersebut sambil bersungut-sungut.

Rina menghampiri dan membujuk Rehan agar tenang dan mengajaknya pergi meninggalkan tempat itu.

"Mah, ... aku benci papa...!" ucap Rehan.

Rina hanya bisa terdiam. "Lihatlah, Mas. Kini putramu juga sudah membenci dirimu.  Kenapa kamu masih belum mau berubah. Apa salahku, apa salah kami. Mengapa kamu tega menyakiti hati kami semua."

 

Terpopuler

Comments

angel

angel

emang hrs ya seorang istri menjaga kelakuan busuk suami ????? aneh ...ajaran siapa ya ????

2025-02-20

0

tri kutmiati

tri kutmiati

perempuan bodoh ...sdh di KDRT...lapor polisi!!

2024-04-25

2

Sunarmi Narmi

Sunarmi Narmi

Hai Rin...kmu sdh dpt perlakuan KDRT ngapain bertahan...bertahan demi apa.....????? klo kisah nyata suami kmu sdh di hajar warga sekitar krn undang" KDRT dri ke tingkat RT jg sdh di sosialisasikan..bahkan ibu" lulusan SD jg pham....Rin....Rin.....

2024-04-13

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!