"Bos saya akan mengadakan syukuran untuk proyek barunya. Dan untuk itulah, dia ingin mentraktir semua pekerja di proyek yang barunya. Bisakah besok saya memesan nasi bungkus pada ibu.?" kata lelaki itu.
Rina menatap ke arah Devan. Lelaki itu mengangguk memberi isyarat agar Rina mau menerima tawaran itu.
"Baiklah, berapa bungkus nasi yang ingin dipesan oleh bos kamu? " tanya Rina kemudian.
" Seratus bungkus! "
" hah???! "
...------...
Matahari baru saja terbit, tetapi sejak pukul 03.00 malam, Rina sudah terbangun. Dia memasak nasi dan juga lauk pauk untuk memenuhi pesanan nasi sebanyak seratus bungkus.
Ini adalah pesanan pertamanya semenjak dia memutuskan untuk berjualan sendiri nasi bungkus buatannya.
"Untung saja tak ada Mas Tyo di rumah."pikir Rina.
Efek kebanyakan menderita akibat perlakuan suami jadi bukannya sedih karena di tinggal pergi oleh suami akan tetapi yang terjadi adalah dia malah merasa bersyukur ketika Tyo pergi meninggalkan dirinya. Rina seperti mati rasa. Tak ada perasaan sedih lagi yang dia rasakan.
Ini bukanlah kesalahan Rina. Tyolah yang memulai semua ini. Jadi jangan salahkan Rina jika sekarang sikapnya terhadap Tyo mulai berubah.
Sejatinya mana ada wanita yang rela disakiti terus menerus seperti yang terjadi pada Rina.
Perlakuan Tyo yang terang-terangan menyakiti Rina ditambah dengan pengkhianatan Tyo yang berselingkuh dengan wanita lain dan kini bahkan telah menikah walaupun tanpa seizin Rina benar-benar membuat Rina sangat terluka. Luka itu menggores begitu dalam di hati sanubari Rina.
Sekarang yang dirasakan Rina hanyalah rasa sakit yang coba dia pendam. Dia memilih untuk bersikap tidak lagi memperdulikan apakah suaminya itu mau datang atau tidak. Karena dia sudah bertekad dalam hati, akan membuktikan pada Tyo bahwa dia juga bisa mandiri walaupun tanpa bantuan suaminya itu. Karena dia sakit hati dikatakan sebagai wanita tak berguna dan hanya dianggap benalu oleh suaminya.
Pukul 04.00, Rina sudah selesai memasak semuanya. Nasi siap untuk dibungkus.
Atas saran Devan, Karina mengambil seorang yang bekerja membantunya membungkus nasi pesanan tersebut.
Rina merasa sangat tertolong berkat Devan. Lelaki itu yang kemarin memaksanya untuk menerima pesanan tersebut walaupun Karina sudah menolaknya.
Bukan tanpa sebab Karina menolak pesanan tersebut. Bayangkan saja. Seratus bungkus bukanlah pesanan yang sedikit. Jumlah itu sama dengan dua kali lipat jumlah nasi bungkus yang biasa dia bawa setiap hari.
Dengan dalih tak memiliki peralatan yang memadai untuk memenuhi pesanan nasi tersebut Karina menolak pesanan tersebut.
Namun yang terjadi Devan menerima pesanan tersebut tanpa persetujuan z Rina.
Lelaki itu kemudian memaksa Rina untuk ikut bersamanya.
Ternyata Devan mengajak Rina untuk berbelanja peralatan masak demi untuk Rina bisa memenuhi pesanan tersebut
Rina merasa tak enak hati dengan Devan yang rela bersusah payah mengajak dan menemani dirinya membeli berbagai peralatan yang dibutuhkan. Akan tetapi untuk menolak lelaki itu, dia juga lebih segan lagi.
Rasa tak nyaman dalam hati kembali dia rasakan saat melihat tatapan penjaga toko yang mengira mereka adalah pasangan suami istri karena melihat Devan yang mengendong Arsy sembari menemani dirinya memilih barang - barang.
Rina tak mau menunggu lama. Dia pun bergegas memilih apa yang dia butuhkan.
Belum puas dengan itu, Devan juga mengajaknya berbelanja kebutuhan untuk pesanan esok hari.
Setelah selesai berbelanja, Devan pun mengantarkan Rina dan Arsy setelah sebelumnya menjemput Rehan di sekolah.
Beberapa pasang mata melihat ke arah mereka. Namun, mereka tak berkomentar apa pun. Mungkin mereka pikir Devan hanyalah orang yang mengantarkan barang, karena melihat Rina turun dengan banyak bawaan.
Pukul 06.00, pesanan nasi sudah siap. Rina tersenyum lega, menyadari bahwa akhirnya dia berhasil juga.
Rina kemudian menelpon Devan karena Devan telah berjanji akan membantunya untuk mengantar pesanan ke tempat aku biasa berdagang. Karena di sanalah mereka akan mengambil pesanan.
Tak lama berselang, Devan datang. Tanpa membuang-buang waktu Rina segera memindahkan seratus nasi bungkus tersebut ke dalam mobil Devan. Lima kantung penuh nasi bungkus kini berada di bagasi belakang mobil Devan.
Bersama Devan, Rina mengantarkan nasi bungkus pesanan orang tersebut di tempat biasa dia berjualan.
Sampai di sana, orang yang memesan nasi bungkus itu sudah menunggu, karena memang Rina juga sudah menelpon orang itu begitu pesanannya sudah siap.
Orang itu segera mengambil pesanannya dan memberikan sepuluh lembar pecahan seratus ribuan pada Rina.
"Ini, bu. Satu juta untuk pembayaran pesanan nasi. Dan ini ada tambahan tiga ratus ribu dari bos saya untuk ibu. Kata Bos saya ini bonus untuk ibu." kata lelaki yang mengambil pesanan nasi itu seraya menambahkan lagi tiga lembar pecahan seratus ribuan kepada Rina
"Alhamdulillah, terima kasih, Mas. Sampaikan terima kasih saya untuk bos sampean, semoga rejekinya selalu di lancarkan Allah! " doa Rina tulus pada orang itu.
Orang itu mengangguk dan tersenyum pada Rina dan juga Devan, sebelum berlalu dari tempat itu.
"Kamu mau pulang atau kita jalan - jalan? " Suara Devan menyadarkan Rina dari lamunan.
Rina tersipu malu sambil memegang uang hasil pembayaran nasi bungkus dan juga uang bonus yang dia terima tadi.
"Tidak, terima kasih, tapi aku lelah sekali. Aku ingin tidur lagi kembali." jawab Rina.
Memang aku merasa lelah sekali dan satu - satunya hal yang paling kuinginkan adalah tidur.
"Oke, baiklah. Kalau begitu ayo aku antar kamu pulang." ajak Devan.
Pulang dari mengantarkan nasi pesanan Rina memilih untuk beristirahat.
Dia tidak berjualan nasi bungkus karena nasi dagangannya sudah habis diborong orang .
Devan mengantarnya kembali ke rumah kontrakannya setelah mengantar Rina ke pasar untuk membeli kebutuhan bahan - bahan untuk esok hari.
Rina mengucapkan terima kasih pada Devan. Lelaki itu tersenyum dengan pandangan penuh arti sebelum berlalu dengan mobilnya. Hatinya gembira dan berbunga - bunga. Di sebelahnya tergeletak sebuah tupperware yang berisi nasi campur yang di telah disiapkan Rina hanya untuk dirinya.
Sesampainya di kontrakan, Rina melihat kedua buah hatinya sudah bangun. Dia pun segera menyiapkan sarapan untuk keduanya. Sambil menunggu mereka makan, aku membersihkan peralatan dapur dan menatanya kembali agar rapi dan bersih.
Hari ini sekolah Rehan belajar daring. Karena pihak sekolah masih memberlakukan libur nasional dan pembelajaran dilakukan secara online.
Setelah semua selesai, Rina merebahkan tubuhnya di kasur. Rasanya nyaman sekali. Maklum saja, Rina merasa lelah sekali.
Rina berpesan pada anak-anaknya, agar bermain di rumah saja dan menutup pintu.
Sebelum tidur Rina membuka dompet dan menghitung uang sisa belanja tadi pagi. Masih ada tersisa kurang lebih sembilan ratus ribu. Dia menyimpannya kembali di dalam dompet dan menyembunyikan dompet tersebut di tempat yang aman.
Oh, iya, uang pinjaman sepuluh juta yang dia dapat dari Devan tidak Rina gunakan seluruhnya. Sebagian besar dia simpan dalam dalam bentuk tabungan. Rina berharap suatu saat dia bisa mengembalikan pinjaman tersebut
Rina memejamkan matanya, dan beberapa saat kemudian dia sudah terlelap tidur
Entah sudah berapa lama Rina tertidur. Sampai akhirnya dia merasa ada seseorang yang menggoyang - goyangkan tubuhnya.
" Rina....! Hei, bangun, pemalas..!" bentak sebuah suara.
Rina membuka sedikit matanya yang masih terasa berat untuk di buka. Berusaha untuk mengumpulkan kembali kesadarannya. Rupanya yang membangunkan dia adalah Tyo. Akhirnya suaminya itu ingat pulang juga.
"Rina, cepat bangun ! .....Dasar pemalas. Kerjamu bisanya hanya tidur saja. " bentak Tyo jengkel karena Rina bukannya bangun malah kembali meringkuk di atas kasur.
"Rina, ini sudah siang hari tapi kamu malah enak - enakan tidur seperti babi. Istri macam apa kamu?!" ucap Tyo dengan nada tinggi. Suaranya mungkin sudah terdengar sampai ke kamar kontrakan sebelah.
Rina membuka matanya kembali saat mendengar ucapan Tyo. Darahnya naik sampai ke ubun - ubun. Bukan karena ucapan Tyo yang sangat menghina, tapi melihat siapa yang ada di sebelah Tyo. Itu Rindu, madunya.
Astaga, apa yang terjadi....
Apa maksud Tyo membawa perempuan itu ke rumah ini, pikir Rina..
????
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 81 Episodes
Comments