Devan lalu mengeluarkan dompetnya dan menarik sebuah buku cek. Lalu menuliskan nominal di atas cek tersebut dan memberikannya
"Ini, ada cek senilai sepuluh juta rupiah. Kalau kurang bilang saja padaku, Rina. Kamu bisa memintanya lagi padaku! " kata Devan.
"Ini banyak sekali, Dev. Aku hanya perlu sedikit saja. Lagipula ini usahaku juga masih kecil - kecilan. Jadi aku perlu modal paling banyak dua juta saja.." kataku.
"Tenang saja, Rina. Kamu bisa menyimpan sisanya untuk anak - Anak kamu. Ataupun untuk keperluan yang lain."
"Terima kasih, Dev. Aku sangat berterima kasih sekali atas pertolongan kamu hari ini. Semoga kamu selalu di murahkan rejekinya oleh Allah dan cepat dapat jodoh. "
"Aaammiin,." kata Devan meng'amin'kan doa Rina. "Dan semoga saja yang jadi jodohnya itu kamu..." ucap Devan lirih tapi masih bisa didengar dengan jelas oleh Rina.
Hah...??
Devan mengutuk diri sendiri. Mengapa dia jadi melantur membayangkan Rina bercerai dari suaminya.
Tapi andai saja itu memang benar-benar terjadi, dia akan langsung menjadikan wanita itu sebagai ratu di istananya.
"Terus... ngomong-ngomong, Setelah ini kamu mau kemana, Rin? " tanya Devan seperti ingin mengalihkan perhatian Rina. Dia seperti menyadari ucapannya tadi. Seharusnya dia tak berucap seperti itu.
"Biasa lah... sehabis ini aku mau jemput Rehan dulu, lalu pergi belanja ke pasar,...!" jawab Rina.
"Kalau begitu, biar aku antar kamu untuk menjemput Rehan sekaligus ke pasar.!" ajak Devan.
"Terima kasih, Dev, tapi aku tak ingin merepotkan. Lagi pula sekolah Rehan dekat dari sini. Biar kami pulang dengan jalan kaki saja.!" tolak Rina halus.
Rina tak ingin jadi gosip jika orang orang melihatnya diantar mobil oleh seorang laki-laki yang bukan suaminya. Karena dia masih lagi berstatus istri Bramantyo. Meskipun lelaki itu telah pula menduakan dirinya tetapi Tyo belum menceraikan Rina.
"Baiklah... Tapi benaran nih, nggak mau ku antar..?" tawar Devan sekali lagi.
"Benaran, tak perlu di antar. Dekat aja, kok.." jawab Rina.
"Ok, aku pergi dulu. Sampai jumpa besok, Rina! " ucap Devan seraya berlalu menuju ke mobilnya.
Devan melambaikan tangannya sebelum meninggalkan Rina yang masih terpaku dengan selembar cek senilai sepuluh juta di tangannya.
Sepeninggal Devan, Rina mengemasi sisa dagangan yang tinggal sedikit lagi. Masih ada sebungkus nasi dan dua mika kue cantik Ayu.
"Ayo, dek. Sebentar lagi kak Rehan pulang sekolah. Kita jemput kakak dulu baru pulangnya kita pergi ke pasar sama-sama."
"Iya, Mah. Kita jemput kakak, ya..!" kata Arsy senang mendengar kami akan pergi ke pasar. Arsy memang sangat senang jika di ajak ke pasar.
Langkah kaki Rina ringan berjalan menuju ke sekolah Rehan. Setelah menjemput putranya, Rina lalu ke rumah Mbak Lasmi untuk menyerahkan uang hasil dagangan nasi dan kue.
Kepada Mbak Lasmi, Rina mengatakan bahwa mulai besok dia sudah tidak lagi mengambil nasi bungkus buatan Mbak Lasmi. Karena dia akan berjualan nasi bungkus buatannya sendiri. Tetapi Rina tetap akan mengambil kue - kue untuk di jual di tempat dia berjualan.
Mbak Lasmi tidak marah ketika Rina mengatakan keinginannya untuk berjualan nasi bungkus buatannya sendiri.
Malahan dia menawarkan bantuan jika Rina membutuhkan bantuannya. Mbak Lasmi memang sangat baik. Rina bersyukur masih ada orang baik di dunia ini seperti Devan dan Mbak Lasmi.
Sepulangnya dari rumah Mbak Lasmi, Rina mengajak Rehan dan Arsy berbelanja.
Rina sudah memutuskan bahwa mulai besok dia akan berjualan nasi kuning dan nasi campur yang sudah di bungkus dan juga kue - kue seperti biasa. Hanya saja sekarang semua nasi bungkus itu buatan dia sendiri..
Rina membeli segala bahan yang dia butuhkan untuk membuat nasi bungkus besok. Mulai dari beras, ayam, ikan, minyak goreng, telur sampai bumbu dapur.
Rina juga menyempatkan diri untuk kedua buah hatinya itu masing-masing selembar pakaian. Karena pakaian sehari - hari yang mereka kenakan sudah tak layak pakai.
Dia juga membelikan mainan untuk Rehan yaitu sebuah mobil - mobilan. Sedangkan untuk Arsy putriku itu minta dibelikan boneka dan mainan masak - masakan. Ada binar kebahagiaan terpancar di kedua mata anak - anaknya.
Ya Allah, Rina baru menyadari bahwa anak-anaknya ternyata sama sekali belum pernah di belikan mainan oleh papanya.
Setelah puas berbelanja, kami pun buru - buru pulang untuk masak.
Setibanya di rumah, anak - anaknya segera mengganti baju mereka dengan baju baru yang Rina belikan tadi lalu pergi bermain.
Sedangkan Karina, segera memasak untuk makan siang mereka semua sambil menyiapkan bahan- bahan bumbu untuk membuat nasi bungkus besok.
Setelah selesai, Rina menyimpannya dengan rapi lalu masuk ke dalam kamar bermaksud untuk membersihkan kamar.
Tiba-tiba saja pintu rumah diketuk oleh seseorang. Siapa yang datang, Rina bertanya dalam hati seraya buru - buru
membukakan pintu.
"Lama amat buka pintunya. Apa saja kerjamu di dalam sana. Tidur, heh...?" bentak Tyo kesal karena sejak tadi dia sudah menunggu Rina membukakan pintu.
Rina tertegun untuk sesaat.Ternyata yang datang adalah suami durjana itu.
"Kau, apa maumu.....!!" Rina ingin berbalik menutup pintu tapi tangan Tyo keburu menahannya sehingga pintu itu tak bisa menutup rapat. Rina bersungut kesal masuk ke dalam kamar.
"Aku pikir kamu sudah tak ingat pulang lagi, Mas... "
"Rina... kamu masih marah sama Mas?" tanya Tyo tau - tau sudah muncul di pintu kamar.
Rina melongos membuang pandangan. Cuih... Masih nanya pula dia. Apa dia pikir aku robot yang tak punya hati, ucap Rina dalam hati.
Rina berjalan keluar kamar malas untuk meladeni pertanyaan Tyo. Dia kembali mengerjakan pekerjaan dapur. Kali ini dia mengerjakan cucian piring yang jumlahnya tak seberapa.
Tyo pun mengikuti Rina sampai ke dapur.
"Dari mana kamu dapat uang untuk membeli semua makanan ini, Rina? Sudah beberapa hari ini, aku tidak memberimu jatah uang belanja?" tanya Tyo yang merasa heran saat mendapati ada makanan yang terhidang di meja ketika dia membuka tudung saji.
Tyo mencomot sepotong tahu goreng yang terhidang di piring.
"Aku Kerja, Mas! " jawab Rina singkat.
"Kerja,....emang kamu bisa kerja apa? " tanya Tyo seperti mengejek. Dia kembali mencomot sepotong tahu untuk yang kedua kalinya.
"Kerja apa saja, asal halal! " jawab Rina.
"Halah, paling juga jadi babu atau kuli di pasar. Kamu memang cocok banget sama kerjaan itu. Tampangmu saja sudah menyakinkan sekali! " ejeknya sambil berlalu pergi menuju ke kamar.
Hati Rina sakit mendengar ejekan Tyo. Tadinya dia sempat berpikir jika kedatangan Tyo kali ini untuk minta maaf setelah apa yang terjadi.
Dia juga berharap sikap Tyo dapat berubah sedikit lebih baik padanya. Bukankah dia telah rela menerima pernikahan ini meski pun terpaksa dan berat hati.
Akan tetapi, ternyata dia salah. Tyo tidak pernah sedikit pun menghargai dirinya sebagai istri.
Baik... akan kubuktikan padamu, Mas. Wanita yang kamu bilang tampang babu ini akan bisa hidup tanpa bantuan kamu. Aku bukan sampah yang tak berharga. Aku juga punya harga diri.
Diam - diam, Rina menyeka air matanya yang jatuh di sudut mata. Sesak dan sakit terasa menusuk di dadanya.
"Rina, ....Siapkan bajuku. Aku ingin tidur di rumah Rindu malam ini. Tidur di rumah ini sangat tidak menyenangkan apalagi melihat tampang dekil dan kucelmu itu..!! ucap Tyo ketus.
"Ambil saja sendiri..! kamu punya tangan dan kaki yang bisa digunakan, kan.! " sahut Karina tak kalah ketus.
Rina tak sudi menyiapkan segala keperluan Tyo. Bukankan dia sudah memiliki istri baru yang katanya lebih menyenangkan dari pada dirinya.
Rina melangkah masuk ke dalam kamar
dengan membanting pintu keras. - keras.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 81 Episodes
Comments