"Akhirnya kamu pulang juga, Mas. Rupanya kamu masih ingat jalan pulang. Aku pikir kamu sudah lupa...?" sindirku.
Mas Tyo diam tak menyahut. Dia sepertinya sedang memikirkan untuk berucap sesuatu.
"Rina, .... Mas akan menikah dengan Rindu pada hari Minggu ini." ucap Tyo pelan tapi seperti sambaran geledek di telinganya.
Walaupun dia sudah tahu tentang hubungan Tyo dengan wanita yang bernama Rindu itu, tapi tak pernah dia bayangkan bahwa akhirnya Tyo akan menikahi wanita itu.
Aku terhenyak merasakan rasa sakit yang tiba-tiba saja merajam hatinya.
"Apa? Kamu bilang apa, Mas?" tanyaku dengan suara bergetar.
"Mas akan menikah dengan Rindu pada hari minggu ini," ulang Mas Tyo dengan suara lebih keras.
"Y Allah, tega sekali kamu, Mas. apa salahku..?!" ucapku kala itu. Air mataku sudah turun satu persatu membasahi pipi. Sesak semakin memenuhi ruang di dada.
"Kamu tidak salah, ... tapi aku sudah capek jika terus menerus harus menyembunyikan hal ini dari kamu. Lagi pula, kamu juga sudah tahu, tentang hubunganku dengan Rindu." ucap Mas Tyo.
Aku meradang merasakan sakit yang menembus dada hingga ke sumsum. Begitu tenang Mas Tyo mengucapkan bahwa dia akan menikah lagi dengan Rindu seperti tanpa beban. Sementara aku seperti meregang nyawa merasakan rasa sakit yang tiada terperi.
Aku tak habis pikir, bagaimana Mas Tyo bisa melakukan semua itu. Apa tak pernah terpikirkan oleh Mas Tyo bagaimana perasaanku dan juga anak - anak kami, pikirku sedih.
"Enggak, ... aku nggak rela jika kamu sampai menikah lagi. Aku tak sanggup di madu. Jika hanya caci maki dan juga sikap kasar dan dingin kamu aku masih tahan, Mas. Tapi kalau seperti ini, aku nggak kuat. .... "
"Maafkan Mas, tapi pernikahan ini sudah tidak bisa dibatalkan lagi. Mas juga tak bisa mundur lagi. Karena semua persiapan pernikahan kami sudah disiapkan oleh Keluarga Rindu." jelas Mas Tyo. .
Aku benar-benar shock mendengar berita ini.
"Apa maksud Mas berkata seperti itu. Berarti sejak awal kalian sudah berencana mempersiapkan pernikahan ini tanpa izin dariku. Keterlaluan kamu, Mas."
Kerongkonganku terasa kering dan seret. Seperti ada sebuah batu besar yang mengganjal di hati dan tenggorokannya. Perasaan sedih dan kecewa jadi satu di dalam dadanya. Terasa sakit dan sebak.
"Terserah kamu mau bilang apa. Masih untung aku mau berbaik hati memberitahukan kamu tentang semua ini. Dan aku juga tidak akan menceraikan kamu. Tapi kamu bilang aku ini keterlaluan. Dasar perempuan tak tahu diuntung...!" Bentak Mas Tyo.
"Aku bukan perempuan yang tidak tahu di untung. Mana ada perempuan yang rela suami menikah lagi. Begitu juga aku. Aku tidak rela jika mas menikah dengan perempuan itu. Dengar, Mas, aku tidak rela dimadu.!!" sentakku
"Rina, dengar ya, aku tidak butuh izinmu untuk menikah dengan Rindu? Karena aku yang memegang keputusan dalam rumah tangga ini. Dan kamu mau tak mau harus terima kalau Rinda itu adalah madumu, .....ngerti kamu.!!" bentak Mas Tyo tak kalah keras.
"Kamu jahat, ..... Ceraikan aku, Mas..! Aku tak sudi kamu perlakuan seperti ini. Sudah cukup aku mengalah dan berkorban selama ini...!" Sentakku semakin emosi.
"Aku tidak bisa melakukan hal itu. Karena papaku pasti akan marah besar jika aku menceraikan kamu. Dan Dia pasti tidak akan merestui aku untuk menikah dengan Rindu..!"
"Aku tak peduli, .. aku mau ceraikan aku sekarang baru Mas bisa menikah dengan wanita itu...!!"
"Cihh, menyesal aku memberitahu dirimu tentang semua ini. Sebenarnya tujuan aku memberi tahu hal ini supaya kamu dan anak-anakmu yang tak tahu diri itu tidak menganggu dan mengacaukan acara pernikahanku dengan Rindu..!" ucap MasTyo.
"Astaga.... Keterlaluan, kamu, mas..! Sampai mati aku tak rela kamu menikah dengan wanita itu.!" ucapku dengan emosi yang kian memuncak.
Tubuhku sampai gemetar karena menahan emosi.
"Jangan macam - macam, Rina. Masih untung Aku tak menceraikan kamu. Jelek saja masih belagu." bentak Mas Tyo.
"Biar jelek, tapi aku punya harga, lebih baik kita bercerai dari pada dimadu,..!"
"Terserah,.....kamu mau mengizinkan atau tidak aku tetap akan menikah dengan Rindu. Aku sudah bilang bahwa aku tidak butuh izin kamu untuk menikah dengan Rindu. Masalah papaku, biar aku yang tangani." Ucap Mas Tyo seperti tanpa beban dan tanpa rasa berdosa sama sekali.
"Kenapa, Mas? Kenapa kamu tega berbuat seperti itu?" tanya Rina dengan air mata yang semakin deras mengalir.
"Karena aku tidak pernah mencintaimu," jawabnya dengan suara datar.
"Tapi kenapa, Mas? Kita sudah bersama selama delapan tahun. Apa Mas sama sekali tidak memikirkan bagaimana perasaan anak - anak dan juga aku?" emosiku semakin meluap - luap..
"Aku tak bisa, kau dengar,....aku tak bisa. Aku sudah muak denganmu dan juga dengan pernikahan kita yang toksid ini." bentak Mas Tyo tanpa perasaan.
Aku terkesima mendengar ucapan Tyo. Benarkah ucapan suaminya itu. Astaga, ... aku tak dapat mempercayai pendengaranku.
Ya Allah.....seperti itu perasaan suami yang aku hormati selama ini, kata hatiku.
Aku tak mampu berkata-kata lagi. Mulutku terkunci karena rasa marah dan juga sedih dengan ucapan Mas Tyo.
Aku menjatuhkan pandangan ke lantai saat dia rasa air matanya semakin deras kurasa mengalir turun.
Sakit sekali seperti dihantam batu. Kepalaku mendadak pening. Seperti ini saja akhir sebuah pengabdian seorang istri. Aku sama sekali tak dipandang sebelah mata pun oleh Mas Tyo
Dengan tanpa beban, dia mengatakan alasannya memilih wanita, karena dia mencintai wanita itu.
Aku menggelengkan kepala miris rasanya., "Kamu memang bajingan, Mas..!"
Mas Tyo tampak terkejut, tak menyangka jika aku yang selama ini diam bisa mengeluarkan kata - kata umpatan seperti itu.
"Rina, jaga mulutmu. Gini - gini Aku masih suami kamu.." bentak Mas Tyo.
"Iya, Mas memang masih suamiku. Tapi suami yang tak bertanggung jawab. Mas bilang bahwa Mas muak dengan pernikahan kita. Lantas bagaimana dengan diriku. Apa Mas pikir aku juga tidak muak dengan semua caci maki dan perlakuan kasar selama ini. Aku juga muak. Tapi aku tidak berselingkuh dan mendua. Karena aku bukan bajingan seperti kamu, Mas..!!" kataku dengan emosi..
Plakkk..... sebuah tamparan dari Mas Tyo mendarat di pipiku.
Aku merasakan perih dan panas di pipi. Tapi hatiku masih lebih panas. Seperti api yang membakar jiwa hingga sampai ke hatiku.
"Sudah berani kamu membantah dan melawan suami! Apa kamu pikir kamu sudah hebat karena sudah bisa cari uang sendiri. Mulai besok aku tidak akan memberi kalian uang belanja lagi. Biar tau rasa.. Kalian pikir kalian bisa hidup tanpa aku..!"
Rasanya seperti dunia ini runtuh seketika. Tak percaya pengorbananku sebagai istri benar-benar tak dihargai. Itu yang aku rasakan saat ini.
Aku tak bisa lagi menguasai diri dan perasaannya.Aku ingin mengamuk untuk melampiaskan kemarahan ini.
Tapi untungnya hal itu tidak jadi aku lakukan lantaran aku tiba-tiba teringat pada anak - anakku.
Aku tak ingin anak - anak melihat dan mendengar pertengkaran dan kekerasan dalam rumah tangga ini. Karena aku tahu jika pertengkaran kedua orang tua pasti akan membekas dalam ingatan anak - anak mereka.
Aku menundukkan kepala dan mengusap pipiku yang sakit diam - diam.
"Mas tegaskan, kamu tak bisa melarang Mas untuk menikah lagi. Mas sudah membuat keputusan,dan kamu harus terima, suka atau tidak suka, kamu harus terima, Ngerti kamu..!" Bentak Mas Tyo sambil berlalu pergi meninggalkan aku yang hanya bisa terduduk sambil menangis tak berdaya dan juga kecewa.
Sepeninggal Mas Tyo aku masuk ke dalam kamar dan menutup pintu.
Kubersandarkan kepalaku di sana dan menangis sepuas-puasnya. Hatiku benar-benar hancur. Sakit sekali rasanya di khianati. Rasanya Ingin mati saja jika tak ingat akan nasib anak-anaknya.
"Ya Allah, ...tega sekali suamiku mencampakkan aku dan anak-anak kami. Apakah begini balasan untuk kesetiaan dan pengabdian yang aku berikan selama delapan tahun pernikahan kami.
Aku menyesali mengapa harus seperti ini akhir dari pernikahan kami.
Mengapa tidak dari dulu saja Mas Tyo mengakhiri semua ini jika memang lelaki itu tidak pernah mencintai diriku.
Dirinya adalah wanita yang tak inginkan oleh lelaki itu tapi mengapa masih terus bertahan di sisinya sampai terlanjur memiliki buah hati.
Dan kini, aku baru mengetahui jika ternyata pernikahan ini adalah beban bagi Mas Tyo.
Kecewa,.....
POV End...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 81 Episodes
Comments
Ida Has
bukannya sdh ga pernah ksh uang belanja kok katanya mulai besok, bingung bacanya
2024-06-17
0
martina melati
karakter istri yg sengaja dbikin lemah, tanpa perlawanan y thor...
2024-06-17
0
yuyunn 2706
terlalu bodoh
2024-05-16
0