Seperti biasa, pagi itu Dara sudah menyapu di halaman kampus bersama petugas kebersihan lain. Dara tampak bersemangat. Ini.
Bibi Liani sampai geleng-geleng kepala dan tersenyum melihat Dara. Gadis berusia sembilan belas tahun itu harus membiayai dirinya sendiri untuk hidup. Ini adalah gadis yang luar biasa.
Anak gadis seperti Dara tentu saja tidak banyak orang yang memperhatikannya. Namun Dara benar-benar tidak peduli.
Kemarin Dara sudah mendaftar perlombaan beladiri yang diadakan oleh penguasa bawah tanah. Hadiahnya lumayan besar. Jadi Dara berpikir, dia bisa menghasilkan banyak uang jika bisa menjadi juara.
Apalagi sponsornya juga banyak, jadi mungkin saja Dara bisa mendapat bonus yang beaar jika menjadi juara.
Saat hendak mengangkat kantong plastik berisi sampah, beberapa polisi mendatanginya.
"Gadis kecil, kami dari kepolisian, mendapat perintah untuk menangkapmu." Ucap seorang kapten polisi.
Seorang dosen kebetulan baru saja masuk, "Ada apa ini? Kenapa kalian masuk ke kampus?"
"Guru, kami hanya menjalankan perintah. Berdasarkan laporan, gadis ini yang membunuh ketua gangster beberapa waktu lalu. Kami punya bukti rekaman pengakuannya." Kata Kapten Baron.
"Apa? Benarkah begitu? Dara! Kamu tidak membunuh, kan? Dara! Katakan sesuatu!" Dosen itu benar-benar tidak yakin. Dia hanya ingin menyelamatkan Dara.
"Kapten, silahkan!" Dara mengulurkan kedua tangannya yang membuat dosen menjadi panik.
Kebetulan Lusi dan Mirna telah tiba. Dia tidak mendekat, namun mencari informasi mengapa Dara ditangkap?
"Dara! Kamu harus kuliah, Dara! Kapten! Lepaskan dia!" Dosen itu berusaha membebaskan Dara. Namun polisi menghalanginya.
"Bawa dia!" Ucap Kapten. Lalu Dara benar-benar dibawa oleh polisi. Dosen itu hanya bisa berdiri dengan tangan terangkat. Wajahnya memperlihatkan rasa tidak percaya dengan apa yang dilihatnya.
Lusi mendekati dosen yang masih muda itu, "Guru Toni, kenapa Dara ditangkap polisi?"
Dosen yang dipanggil Toni itu baru sadar ketika seorang gadis menanyainya, "Itu, dia, menurut polisi, Dara membunuh ketua gangster."
"Apa? Jadi?" Lusi tidak melanjutkan ucapannya. Kini dia mulai memikirkan cara mengambil hati kakeknya yang sangat marah padanya. Jadi sebenarnya yang menindas kakeknya adalah ketua gangster. Dan Dara yang menyelamatkan kakeknya dan membunuh ketua gangster.
"Tapi apa mungkin Dara yang membunuh ketua gangster yang ditakuti itu?" Walaupun dosen itu mengatakan kalau Dara membunuh ketua gangster, Lusi masih ragu. Apa benar Dara sekuat itu? Kakek juga tidak mengatakan apa-apa selain Dara menyelamatkannya.
Lusi akhirnya menelepon kakeknya, "Kakek, tadi aku ingin meminta maaf pada Dara, tapi Dara sudah dibawa polisi. Katanya dia membunuh ketua gangster. Jadi aku tidak sempat meminta maaf."
"Apa? Dara ditangkap polisi?" Suganda tentu saja sangat terkejut.
Lusi pun tersenyum, "Kakek, tolong bantu Dara keluar dari penjara agar aku bisa meminta maaf padanya."
Lusi mencoba mengambil hati kakeknya. Dia tahu bahwa Dara tidak bisa dibebaskan karena membunuh. Jadi menurutnya, walaupun kakek berusaha membebaskannya, itu tidak akan berhasil.
"Baiklah, kakek akan berusaha." Jawab pria tua Suganda.
Lusi pun tersenyum, kakek sepertinya mulai luluh hatinya karena Lusi peduli pada Dara. Panggilan pun ditutup.
"Rasakan kamu, Dara! Kamu tidak bisa keluar lagi. Rasanya hatiku sangat puas karena bisa membalas dendam. Hihihi!" ucap Lusi.
"Apa? Membalas dendam?" Tanya dosen muda bernama Toni.
"Eh, tidak, tidak, aku sedang membicarakan film yang aku tonton semalam." Lusi terlihat gugup.
Toni kemudian pergi dari sana dan langsung ke kantor. Dia masih memikirkan Dara. Bagamana cara agar Dara bisa bebas? Namun, Toni sama sekali tidak tahu bagaimana caranya. Hadeh.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 187 Episodes
Comments
Najma Fakhira
guru??
2024-08-08
0
Shuhairi Nafsir
Thor harap ceritanya nga membosankan
2024-06-08
2