Sementara itu di tempat terpisah. Disebuah rumah dua lantai yang cukup mewah. Sebuah mobil berwarna hitam nampak berhenti tepat di halaman hunian milik keluarga Tuan Anggara.
Seorang pemuda tampan yang menjadi pengemudi mobil itu nampak mematikan mesin kendaraan roda empat tersebut. Pemuda itu, Pradipta Damara, ia nampak membenarkan posisi spion dalam mobilnya agar mengarah ke arahnya. Damar menggerakkan tangan kekarnya. Diraihnya sebuah jaket hitam yang sejak tadi tergeletak di jok samping kemudi lalu mengenakannya.
Damar menggerakkan kepalanya ke kanan dan ke kiri sembari melihat pantulan dirinya melalui cermin kaca. Memastikan tanda tanda merah di lehernya tertutup dengan sempurna.
Damar menarik satu sudut bibirnya. Pemuda dua puluh lima tahunan itu lantas turun dari kendaraannya sembari menenteng sebuah tas ransel serta satu paper bag berisi makanan yang ia beli dari salah satu restoran. Tak lupa, ia merogoh saku celananya. Memastikan bahwa kondom miliknya yang tinggal sebungkus itu masuk ke dalam tempat terdalam saku celana jeans yang kini ia kenakan. Ia harus memastikan benda itu tidak terjatuh saat ia tengah bersama kedua orang tuanya.
Damar pun menutup pintu mobil. Ia masuk ke dalam rumah yang cukup mewah itu sembari mengucap salam selayaknya manusia benar yang hidup di muka bumi ini.
"Assalamualaikum!" Ucap Damar.
"Wa Alaikum Salam," jawab seorang wanita paruh baya yang kini tengah sibuk membersihkan kuku kukunya di ruang tengah.
Damar tersenyum. Ia mendekati sang ibu lalu meraih punggung tangannya sebagai tanda hormat.
Tuan Anggara nampak turun dari lantai dua. Ayah kandung Alula itu kemudian mendekati putranya. Damar pun melakukan hal yang sama pada sang papa tiri. Meraih punggung tangannya dan menciumnya.
"Kamu baru pulang, Nak?" Tanya Tuan Anggara.
"Iya, Pa. Tugasnya lumayan numpuk. Jadi ya..sampai semalam ini," ucap Damar yang mengaku pergi untuk membuat tugas kelompok sejak siang tadi.
Tuan Anggara mengangguk.
"Oh ya, Pa, Ma, aku tadi mampir resto, aku beliin makanan buat Papa sama Mama. Mama sama Papa pasti belum makan, kan? Itu aku beli dari resto kesukaan Papa sama Mama loh!" tambah pemuda itu sembari menyerahkan sebuah paper bag berisi makanan yang ia beli dari salah satu restoran ternama di kota itu.
Nyonya Marissa, ibu kandung Damar itu nampak tersenyum.
"Thank you, Boy! Kamu emang paling perhatian sama Mama dan Papa. Kamu tahu apa yang kami suka!" Ucap wanita itu seolah begitu bangga pada perhatian kecil yang putranya berikan. Tuan Anggara ikut tersenyum. Ia menggerakkan tangannya mengusap pundak sang istri yang nampak berbahagia.
Damar tersenyum manis.
"Oh ya, Pa. Uang kuliah aku udah ada, belum? Aku udah harus bayar, Pa," ucap Damar.
Tuan Anggara diam sejenak. Nyonya Marissa menoleh ke arah sang suami.
"Iya, Pa. Kasihan Damar. Dari kemarin loh dia nanyain itu terus," ucap Nyonya Marissa.
Laki laki paruh baya itu menghela nafas panjang.
"Besok Papa usahakan ya, Nak," ucap Tuan Anggara. Jujur saja, akhir akhir ini memang kondisi keuangan Tuan Anggara cukup sulit. Pendapatan tokonya tak mampu mengimbangi pengeluaran yang harus ia gelontorkan untuk mencukupi kehidupan istri dan anaknya yang kian hari seolah kian membengkak. Mulai dari uang bulanan. Jatah pribadi sang istri untuk merawat diri, belanja, ke salon, make up, arisan, makan di luar bersama genk arisannya, plesir, dan sebagainya.
Belum lagi untuk biaya kuliah Damar yang seolah ada saja yang harus ia bayar tiap harinya. Tuan Anggara yang menjadi tulang punggung dan pencari nafkah satu satunya untuk keluarga itu seolah dibuat pontang panting menutupi kekurangan dana pribadi keluarga. Membuatnya pun terpaksa harus sering meminta bantuan Alula. Untung, Lula orangnya nggak pelit.
Damar menatap sang ayah dengan wajah iba.
"Pa," ucap pemuda itu.
Tuan Anggara menoleh.
"Damar minta maaf, ya, kalau Damar sering ngerepotin. Maaf karena belum bisa bikin Papa bangga," ucap pemuda itu. "Damar janji, Damar akan secepatnya lulus dan mengejar cita cita Damar. Biar Papa sama Mama bisa bangga sama Damar," ucap pemuda itu seolah merasa tak enak hati sebagai anak.
Tuan Anggara tersenyum.
"Itu sudah tugas Papa. Kamu tidak perlu memikirkan masalah itu. Yang penting, tugas kamu adalah belajar, biar kamu bisa cepat lulus dan membuat kami bangga. Itu sudah sangat cukup untuk Papa," ucap ayah kandung Alula itu.
Damar mengangguk pasti sambil tersenyum.
"Ya udah, sekarang kita makan aja, yuk!" Ucap Tuan Anggara. "Kamu udah makan, Nak?"
"Em... udah, Pa. Damar udah makan tadi. Papa sama Mama makan aja. Damar mau ke kamar dulu. Capek!"
"Ya udah kalau begitu,"
Mereka pun berpisah. Damar bergegas menuju lantai dua rumahnya, sedangkan sepasang suami istri itu memilih menuju meja makan untuk santap malam.
...****************...
Pagi menjelang, saat jam sudah menunjukkan pukul setengah lima pagi.
Alarm di atas meja samping ranjang berdering nyaring. Alula menggeliat di atas ranjangnya guna meregangkan otot otot tubuhnya yang kaku. Sepertinya ini sudah pagi. Sudah saatnya untuk kembali beraktivitas.
Wanita yang sudah tak be-ribu itu menggeliat lagi. Wanita cantik berkulit putih tersebut kemudian menggerakkan tangannya membuka kacamata tidurnya. Alula diam sejenak. Mencoba mengumpulkan ingatannya dengan mengerjab-ngerjabkan matanya yang menatap lurus ke langit langit kamar.
Alula mengangkat kedua tangan nya tinggi sembari menggeliat lagi. Hingga tiba tiba....
Alula terdiam. Ia menatap ke arah perutnya. Dilihatnya disana, tangan kekar milik Kalangga masih terlelap dalam posisi telanjang dada itu nampak melingkar di perut ratanya.
Lagi lagi, Kalangga memeluknya. Hal yang sebenarnya beberapa hari ini sering Kalangga lakukan. Tapi tetap saja masih membuat Alula merasa risih dan tidak nyaman.
Alula berdecak kesal. Dengan segera ia mengangkat tangan kekar itu dan menyingkirkannya dari perut ratanya.
Alula bangkit. Hendak memulai aktivitasnya. Namun baru saja ia hendak mengangkat bok*ongnya dari kasur, tiba tiba...
Seeettt....
"Aaakkhh!"
Alula memekik. Ia terjatuh ke belakang. Tangan kekar itu rupanya diam diam menarik bagian belakang kaosnya. Membuat Lula pun kembali terduduk di atas ranjang dan terjungkal ke belakang.
"Kala!!" Pekik Lula sembari menoleh ke belakang. Ia tahu, sebenarnya Kala sudah bangun meskipun kini pria itu nampak memejamkan matanya. Fix, nih bocah pura pura tidur.
Alula kesal. Ia kembali duduk. Ia kembali mengangkat bok*ngnya dari tempat tidur. Namun....
Seeettt....
"Aaakkhh!"
Lagi. Untuk kedua kalinya. Ia terjungkal kebelakang. Kalangga diam diam mengulum senyum tipis meskipun matanya terpejam.
"Gue lempar lu lama lama, ya!" Ucap Alula kesal.
Wanita itu bangkit lagi. Duduk lagi. Kembali mengangkat bok*ngnya. Dan ....
Seeeetttt.....
"KALAAAAAA...!!!!!!"
Lula terjungkal lagi. Wanita itu menoleh lagi. Kalangga masih memejamkan matanya.
"Nggak usah pura pura tidur!" Bentak Lula kesal.
Tak ada sahutan.
Alula makin jengkel.
"Buka matanya!" Titah Lula. Kala tak menjawab. Hinggaa....
.
.
.
"Zzzzzzzzz.....Nggoooookkk...."
Suara itu terdengar dari bibir Kalangga. Mirip suara orang yang lagi ngorok.
"Nggak usah drama!" Ucap Lula lagi.
"Nggoooookkk...."
Suara itu muncul lagi.
"Bodo amat'!" Ucap wanita itu.
Lula kembali bangkit. Ia mempercepat gerakannya. Ia mengangkat bok*ngnya dari ranjang itu kemudian bergegas pergi dari tempat tersebut. Namun baru satu langkah ia mengayunkan kakinya, tiba-tiba.....
Seeettt....
Buuugghh....
"Aaaaakkkkkkhhhhh!"
Lula terjungkal lagi. Kalangga kembali menarik ujung kaos belakang Lula dengan lebih kuat. Wanita itu terhempas ke ranjang. Ia kembali terjatuh ke tempat tidur dalam posisi terlentang.
Kalangga yang rupanya memang sudah bangun dari tidurnya itu kemudian bergerak cepat. Ia meringsutkan kepalanya mendekati Lula, ia juga menggerakkan tangan dan kakinya menindih perut wanita itu. Membuat Lula pun kembali terkunci dalam kuasa suaminya.
"Kala!!" Pekik Lula lagi.
Pria itu tak menjawab. Ia terus memejamkan matanya.
"Aku mau kerja, Kal!!" Ucap Lula lagi sembari mencoba mengangkat tangan dan kaki suaminya.
Kalangga masih tak menjawab. Ia sama sekali tak bergerak.
"Kala!!"
Masih tak menjawab.
"Kala aku mau kerjaaaaa......!!"
Ngoooookkk...!
Suara itu muncul lagi dari mulut Kalangga. Tepat di samping telinga Lula. Wanita itu reflek menjauh dari wajah Kalangga.
"KAAAALLLLL.....!!"
"Ngoooookkk...!
Alula sedikit terkekeh di balik kekesalannya.
"Kala, sumpah ya, jangan bikin kesel pagi pagi!! Lepasin!!"
"Ngoooooooookkk...."
Alula tergelak. Ia tak bisa menahan tawanya. Wanita itu menggerakkan tangannya memukuli lengan suaminya dengan kekuatannya yang tak seberapa karena dibarengi dengan tertawa.
"Kala, lepasin, nggak?!!"
"Ngoooooooookkk...."
"Kalaaa!!"
"Ngoooooooookkk...."
"Ka....Kaaaaalllll!!"
"Ngoooooooookkk...."
Alula pun terus mencoba melepaskan diri tanpa bisa menyembunyikan tawanya. Sedangkan Kalangga yang terus memejamkan matanya itu diam diam mengulum senyum mendapati respon dari sang istri.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 73 Episodes
Comments
Eka
semoga kala bisa bongkar kebusukan damar kasian alula
2024-05-27
0
Nuryanti 94
damar butuh uang buat kuliah ap untnk kencan sma cwe2, pintr benr akting nya, mau aj d bdhn sma damar pp alula, ank sendri d sakiti anak orang d sanjng2,
2024-01-09
2
Nuryanti 94
aku suka suara ngorok mu kala,
2024-01-09
1