Siang menjelang. Saat jam sudah menunjukkan pukul sebelas siang.
Aktivitas jual beli nampak berjalan seperti biasanya di toko milik Alula. Satu demi satu pengunjung nampak hilir mudik, datang berganti mencari barang barang keperluan mereka di tempat usaha milik wanita dua puluh tiga tahun itu.
Alula nampak sibuk berada di kasir. Sedangkan Maya dan Siti sibuk menata beberapa barang dagangan yang baru saja tiba di sana. Sebuah pemandangan yang lumrah terjadi setiap hari di dalam toko yang cukup ramai pelanggan itu.
Waktu terus berjalan. Hilir mudik pengunjung terus berjalan. Sebuah mobil dengan cat hitam mengkilap nampak memasuki area halaman bangunan dua lantai itu saat mulai memasuki jam makan siang kantor. Seorang pria paruh baya nampak turun dari kendaraan roda empat tersebut. Pria dewasa dengan perut yang sedikit buncit itu terlihat rapi dengan penampilan yang paripurna. Setelan jas mahal lengkap dengan dasi dan sepatu pantofel nampak sangat cocok di badannya. Pria yang mungkin berusia kurang lebih empat puluh lima tahunan itu kemudian berjalan masuk ke dalam bangunan tersebut dengan langkah tenang dan bersahaja.
Kriieett....
Pintu toko terbuka. Alula yang berada di meja kasir pun menoleh ke arah sumber suara.
Wanita itu nampak diam. Ia sangat mengenali wajah pria itu meskipun belum lama bertemu. Ya, itu adalah ayah mertuanya. Tuan Baskara. Ayah kandung suaminya yang hingga kini bahkan belum beranjak dari tempat tidurnya. Padahal saat ini jam sudah menunjukkan pukul setengah dua belas siang.
Alula tersenyum kaku.
"Selamat datang di toko kami. Silahkan berbelanja!" Ucap Alula memberikan salam sambutan. Sebuah salam yang selalu ia ucapkan pada setiap pengunjung yang baru saja datang.
Jujur saja, Alula masih kaku berhadapan dengan pria dewasa itu. Ia canggung. Ia tak tahu bagaimana harus bersikap. Ia juga tak tahu apa maksud tujuan Tuan Baskara datang kemari. Jadi ya sudah, dikasih salam aja dulu, pikirnya.
Tuan Baskara tersenyum. Ia mendekati sang menantu yang kini berdiri di belakang meja kasir.
"Kamu tidak mengenali saya?" Tanya Tuan Baskara.
Alula membuka mulutnya. Ia kemudian tertawa kaku mendengar ucapan dari sang mertua.
"Aaa...hehe... tahu, Om," jawab Alula sambil menggaruk-garuk kepala bagian belakangnya yang tak gatal. "Papanya Kalangga," lanjutnya.
Tuan Baskara terkekeh.
"Lalu? Kenapa malah disambut seperti pembeli?" Tanya pria itu. "Dan lagi, saya ini ayah mertua kamu, bukan Om kamu."
Alula nyengir. Ia nampak mengangguk malu malu.
"I...iya, Pa..." Ucap wanita itu ragu ragu.
Alula yang sudah mulai menyadari kesalahannya itupun kemudian menggerakkan tangannya, diraihnya telapak tangan laki laki itu kemudian menciumnya sebagai tanda bakti.
Tuan Baskara tersenyum.
"Kamu sedang sibuk? Toko kamu ramai juga, ya?" Ucap ayah kandung Kalangga itu.
"I..iya, Om...eh, maksudnya, Papa. Alhamdulillah..."
Tuan Baskara tersenyum lagi. Sedangkan Maya dan Siti yang menyadari kedatangan ayah kandung Kalangga itu diam diam nampak menguping pembicaraan sepasang menantu dan mertua tersebut.
Seorang pembeli mendekati kasir. Alula menghentikan pembicaraannya sejenak dengan sang mertua. Tak lama, sang pembeli pun pergi setelah memberikan sejumlah uang pembayaran untuk Alula.
Tuan Baskara nampak mengedarkan pandangannya ke segala arah.
"Kalangga mana? Kok nggak kelihatan?" Tanya laki laki itu.
"Emm...belum bangun, Om..eh, Pa..." Ucap Alula mencoba membiasakan diri memanggil Tuan Baskara dengan sebutan Papa.
Tuan Baskara menghela nafas panjang.
"Dasar anak itu, tidak ada rasa tanggung jawabnya. Apa dia tidak sadar bahwa sekarang sudah jadi kepala rumah tangga?" Gerutu Tuan Baskara.
Alula hanya diam menunduk. Pria dewasa dengan penampilan penuh wibawa itu kemudian menoleh ke arah sang menantu.
"Lula, Papa minta maaf atas nama Kalangga. Anak itu memang masih sangat kekanak-kanakan," ucap Tuan Baskara.
Alula tersenyum simpul. "Nggak apa apa, Pa," ucapnya.
"Tapi kamu jangan mau kalau diperlakukan seenaknya sama dia," tambah Tuan Baskara.
"Bagaimanapun juga, dia adalah seorang laki laki. Sebagai seorang suami, bertanggung jawab atas kebahagiaan, ketenangan lahir batin, dan semua kebutuhan kamu adalah hal yang wajib dia berikan."
"Lula, usia kamu lebih dewasa dari Kalangga. Dari segi pemikiran pun, Papa yakin kamu juga demikian. Jika memang Kala salah, tegur dia. Ajari dia. Sekarang kalian sudah berumah tangga. Kalian sudah tinggal bersama. Papa tidak bisa memantau Kala lagi seperti dulu. Papa hanya bisa menasehati dia untuk mulai bertanggung jawab atas pernikahannya."
Tuan Baskara menggerakkan tangannya menyentuh pundak Alula. "Nak, Papa ini juga Papamu sekarang. Pernikahanmu dengan Kala mungkin memang terjadi karena sebuah kesalahan. Tapi Papa minta, jangan meremehkan sebuah perkawinan. Biar bagaimanapun, kalian sedang beribadah saat ini. Kalian sedang menjalani ibadah paling panjang dalam kehidupan kalian. Suamimu memang masih belum dewasa. Papa titip dia. Ajari dan didik dia sebagai kepala keluarga yang baik, ya. Jangan sungkan sungkan untuk meminta bantuan Papa jika kamu ada masalah. Sekali lagi Papa bilang, Papa ini juga Papamu," ucap Tuan Baskara begitu bijaksana.
Alula terdiam. Ia nampak tersenyum haru. Baik sekali ayah mertuanya ini. Ia sangat bijaksana dan hangat. Alula seolah mendapatkan kehangatan dari seorang ayah yang sudah lama ia rindukan. Kehangatan yang bahkan sudah sangat lama tidak ia dapatkan dari sosok ayah kandungnya sendiri yang kini sudah berbahagia dengan keluarga barunya.
Beruntungnya Kalangga memiliki ayah seperti Tuan Baskara.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 73 Episodes
Comments
mak Rama
papanya Kalangga baik bngt bijaksana lagi tapi Kalangga kog gitu ya sifatnya apa mngkn ky mm nya...
2024-01-07
3
Raudatul zahra
ditinggal ayah kandung, disayang ayah mertua ya Lula🤗🤗🤗
2024-01-06
1
Mr.VANO
baik papa kalangga ya,,tp anak tuyul itu mana mau bersukur,pny papa yg baik dan bijak..sedangkan alula baik manis,puny papa kyk hantu jahatny
2024-01-03
2