15

Kriieett....

Pintu toko terbuka.

Seorang pria paruh baya dengan sebagian rambut nampak memutih masuk ke dalam toko itu. Alula menoleh ke arah sumber suara.

"Ayah," ucap Lula.

Kala dan Siti yang masih berada di tempatnya itu pun menoleh ke arah pintu.

"Bapaknya si grandong dateng! Panjang umur!" Celetuk Siti yang tak digubris oleh Kalangga.

Laki laki itu, Tuan Anggara, ayah kandung Alula, nampak tak menjawab. Ia hanya tersenyum samar. Pria tak menjawab sapaan sang putri. Ia kemudian berjalan mendekati Alula. Lula lantas menggerakkan tangannya, meraih punggung tangan pria itu dan menciumnya sebagai tanda bakti.

Tuan Anggara mendudukkan tubuhnya di sebuah kursi plastik di depan kasir.

"Ayah tumben kemari. Ada apa?" Tanya Lula lembut.

"La, kamu sibuk?" Tanyanya.

"Enggak kok, Yah. Ada apa?" Tanya gadis cantik itu.

"Ayah mau minta bantuan sama kamu," ucap Tuan Anggara. Lula diam. Sepertinya ia tahu kemana arah pembicaraan ayah kandungnya ini.

"Minta tolong apa, Yah?" Tanyanya pura pura tak mengerti.

"Ayah mau pinjam uang kamu, Kak. Ayah butuh uang buat biaya kuliahnya Damar. Uang semester ini belum dibayar," ucap Tuan Anggara.

Tuh, kan. Benar dugaan Lula. Ayahnya kalau datang kesini pasti ada maunya. Dan kemauan itu pasti tak jauh jauh dari uang untuk biaya menghidupi Damar. Entah itu untuk biaya kuliah, bayar ini, bayar itu, beli ini, beli itu! Alula selalu saja diajak ikut andil dalam membiayai kehidupan kakak tirinya itu.

Alula menghela nafas panjang.

"Maaf, Yah. Tapi bukannya bulan lalu Ayah juga udah pakai uang Lula. Ayah bilang juga buat bayar biaya semesternya Damar. Emang kurang?" Tanya Lula berusaha mencari tahu dengan cara baik baik.

"Yang kemarin kepakai mama kamu, La. Jadi uang semester nya belum kebayar," ucap Tuan Anggara.

Lula diam lagi.

"Emang Ayah butuh berapa sekarang?" Tanyanya kemudian.

"Nggak banyak, La. Empat juta aja," jawab Tuan Anggara.

Alula diam lagi. Ia nampak menghela nafas panjang menatap paras sang ayah yang mulai mengeriput itu.

Sedangkan Kalangga yang berada di tempatnya itu nampak berdecih sambil memalingkan wajahnya mendengar ucapan pria paruh baya yang tak lain adalah mertuanya itu. Gampang banget ya minta duit ke anak. Tinggal sebut. Dia nggak tahu pontang panting nya Alula tiap hari bangun subuh, tidur larut malam, hanya demi mengais selembar dua lembar rupiah. Ini si bapak datang datang minta duit gampang banget. Ya kalau buat dirinya sendiri. Lah ini buat biayain anak tirinya. Mana di luar kelakuan anaknya nggak bener pula! Sakit jiwa nih keluarga! Batin Kalangga.

"Ayah, maaf, ya. Bukannya Lula nggak mau ngasih. Tapi kan bulan lalu Lula udah ngasih uang buat Ayah. Bulan ini uang Lula juga udah mepet banget. Udah habis buat ambil stok dagangan sama bayar gaji Maya sama Siti. Maaf ya, Yah," ujar Alula selembut mungkin seolah tak mau membuat ayahnya kecewa.

"Masa empat juta aja nggak ada sih, La? Kasihan Damar. Dia butuh uang buat bayar kuliahnya!" Ucap Tuan Anggara setengah memaksa.

"Yah, Lula bukannya nggak mau bantu. Tapi Lula bener bener nggak ada uang. Kan tiap bulan Lula juga udah kasih ke Ayah," ucap wanita itu menjelaskan dengan sedikit kebohongan. Jujur saja, sebenarnya ia punya uang, tapi ia kurang ikhlas jika harus kembali memberikan uang sebanyak itu untuk Tuan Anggara. Sama seperti pemikiran Kalangga. Kalau uang itu untuk ayahnya sendiri sih nggak apa apa. Namanya seorang anak, walaupun tidak ada peraturan tertulis yang mengharuskan memberi sebagian harta untuk orang tuanya, tapi itu adalah bentuk bakti si anak untuk orang yang memiliki andil melahirkannya ke dunia.

Tapi ini kan bukan buat ayahnya. Ini untuk orang lain. Ini untuk anak orang yang sudah bisa dikatakan dewasa. Usianya bahkan sudah dua puluh lima tahun. Dua tahun lebih tua dari Lula. Bukankah kalau dia butuh uang harusnya kerja, ya? Masa iya minta sama adik tiri😏

"Kamu itu sekarang mulai perhitungan ya, La! Padahal Damar itu kakak kamu loh! Dia lagi berjuang demi mewujudkan masa depannya. Harusnya kamu dukung dong dia! Kan kamu nanti juga bangga kalau dia sukses!" Ucap Tuan Anggara.

Alula menghela nafas panjang. Kala yang mendengar perdebatan ayah dan anak itu kemudian bergegas bangkit dari tempatnya. Dengan sebuah snack jagung yang sudah terbuka, ia berjalan mendekati meja kasir.

"Bukannya perhitungan, Yah. Tapi Lula beneran lagi ngga ada uang," ucap Alula.

"Halahh! Bilang aja kalau kamu itu nggak mau bantu Damar! Biar dia gagal meraih cita citanya, kan? Biar kamu bisa cari kejelekannya dia? Iya, kan?!" Ucap Tuan Anggara.

"Yah, Lula cuma.............."

Seeettt....

Ucapan Alula terhenti. Kalangga tiba tiba datang. Dengan santainya pria tampan itu merangkul pundak Alula dengan satu tangannya. Sedangkan tangan lainnya nampak memegang snack.

"Hei! Ada apa nih?" Tanya Kala santai.

Alula menghentikan ucapannya. Ia menatap tangan Kalangga yang kini terkalung di pundaknya. Ia setengah kaget. Apa apaan nih bocah datang datang main rangkul aja? Pikir Alula.

Alula berusaha mengelak. Namun Kala nampak mengeratkan pelukannya pada pundak wanita itu.

Tuan Anggara yang kini nampak memasang wajah tak suka itu kemudian menatap ke arah menantunya.

Kalangga menoleh ke arah pria tua itu. Senyuman manis namun sedikit palsu ia tampilkan untuk sang mertua.

"Eh, ada Ayah mertua? Tumben kesini? Biasanya nggak pernah," ucap Kala sedikit menyindir. Ia melepaskan tangannya atas Lula. Lalu meraih telapak tangan pria dewasa itu dan menciumnya. Mirip seperti yang Lula lakukan tadi.

Tuan Anggara hanya diam. Ia tak berucap sepatah katapun. Kalangga kemudian kembali merangkul pundak Alula.

Alula merasa risih. Namun ia hanya bisa pasrah mendapatkan perlakuan dari suaminya itu. Ia tak mungkin menolak di rangkul oleh Kalangga di hadapan ayahnya. Takut salah lagi. Takut kena marah dan di anggap istri yang tak patuh.

"Tumben, Yah, kesini? Ada perlu apa? Atau, kangen ya, sama anak Ayah?" Tanya Kala pura pura bodoh.

Tuan Anggara yang memang kurang suka dengan Kalangga itu nampak melengos sambil membuang nafas kasar. Baginya, Kalangga terlalu urakan untuk putrinya. Padahal dulu ia sudah berniat menjodohkan Lula dengan anak temannya. Namun semua berantakan karena kedatangan Kalangga.

"Tenang aja, Yah. Lula aman kok ama saya. Saya akan selalu jagain dia."

Alula nyengir mendengar ucapan Kalangga. Apaan dijagain? Yang ada juga ditinggal mulu tiap malam, batin Lula. Kalangga nampak mengusap usap pundak sang istri.

"Oh ya, Yah. Mumpung Ayah ada di sini, saya mau bilang makasih banyak buat Ayah," ucap Kalangga. "Makasih karena sudah mau mendidik dan membesarkan wanita se sempurna Alula."

Alula reflek mendongak ke arah sang suami kala mendengar ucapan itu. Mabok lem nih bocah?

"Alula adalah sosok perempuan yang sempurna loh. Dia cantik, pinter, rajin, mandiri lagi. Jarang loh, ada perempuan usia dua puluh tiga tahun yang bisa mengelola toko besar peninggalan orang tuanya seperti ini. Perempuan, masih muda, tapi udah bisa cari duit sendiri dan ngembangin usaha peninggalan orang tuanya. Keren!" Puji Kalangga dengan mimik wajah bangga.

"Soalnya diluaran sana tuh banyak loh, Yah. Anak muda, bahkan cowok, usianya udah lebih matang, kadang dua puluh lima tahunan gitu, tapi belum bisa ngasih apa apa ke orang tuanya. Belum kerja, nggak bisa ngasih duit. Bahkan malah minta biaya hidup ama adik tirinya. Saya kenal tuh, Yah. Ada temen saya yang kaya gitu. Malu maluin banget, kan? Cowok loh padahal. Gede kon**l nya doang!" Ucap Kala tanpa filter. Membuat Alula dan Tuan Anggara pun melotot mendengarnya. Terutama Tuan Anggara. Ia merasa cukup tersindir dengan ucapan anak muda itu.

Alula menipiskan bibirnya. Dengan cepat ia menggerakkan tangannya, mencubit pinggang Kala namun laki laki itu tak menampakkan reaksi yang berarti. Ia hanya sedikit menggeliat sambil mengangkat satu sudut bibirnya samar.

Tuan Anggara nampak kesal.

"Lula! Ayah mau pulang. Ayah jijik mendengar semua ucapan yang keluar dari mulut suamimu!" Ucap laki laki itu. "Didik suamimu! Agar bisa sedikit saja menjaga ucapannya kalau sedang bicara dengan orang tua! Dasar anak nggak punya sopan santun!" Ucap Tuan Anggara.

Laki-laki itu kemudian berbalik badan. Ia bergegas pergi meninggalkan tempat itu tanpa memperdulikan Alula yang terus terus memanggil namanya. Niat mau minta uang malah berakhir kesal karena ulah mantunya.

Sedangkan Kalangga, pria itu sama sekali tidak merasa bersalah. Pemuda urakan itu bahkan nampak melambaikan tangannya rendah seolah memberikan salam perpisahan untuk sang mertua.

Seperginya Tuan Anggara.

Seeettt....

Lula menghempaskan tangan itu. Wanita itu kemudian melotot menatap pemuda yang kembali asyik mengunyah camilannya itu. Kala bahkan menampakkan wajah tanpa dosa. Seolah tak menyadari hal salah yang baru saja ia lakukan.

Alula membuka mulutnya. Hendak memprotes ucapan Kala yang dirasa kurang sopan itu. Namun belum sempat suara itu keluar dari mulut Alula. Kala sudah buru buru men-sergahnya.

"Apa?" Tanya Kala dengan wajah nyolot.

Alula menipiskan bibirnya

"Kamu tuh nggak sopan, tau nggak! Kamu ngomong kayak gitu di depan Ayah. Ayah marah!" Ucap Alula.

"Dih! Gue cuma ngomongin temen gue yang sifatnya kek bankee! Ya nggak ada salahnya, dong! Bokap lo aja yang emosian. Baperan! Sama kek lu! Tiap hari hobinya ngomel ngomel mulu kek knalpot brong!" Ucap Kala tak mau kalah dan setengah ngeles.

"Kalaaaaaa.....!!" Pekik Lula kesal

"Apa?!!" Jawab Kala tak mau kalah.

"Udah ah! Berisik lu! Gue laper, mau makan! Udah tua jangan keseringan marah marah. Entar mencret!" Ucap Kala cuek kemudian berbalik badan sembari memangsa makanannya.

"Dasar bayi tua!" Ucap Alula kesal. Ia nampak membuang nafas kasar sambil berbalik badan. Alula kemudian diam sejenak. Kalau dipikir-pikir, kok apa yang disebut Kala tadi ciri cirinya mirip kayak Damar, ya? Dua puluh lima tahun, belum kerja, bisanya cuma minta duit sama adik tirinya. Itu mah Damar banget. Tapi bagaimana Kalangga bisa tahu semua itu? Memangnya Kala kenal dengan Damar?

Terpopuler

Comments

Elminar Varida

Elminar Varida

ember...mabok lem beneran...hahahaha

2024-03-09

3

Raudatul zahra

Raudatul zahra

bongkar Kalangga!!!!

2024-01-06

2

Mr.VANO

Mr.VANO

lanjut

2024-01-05

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!