Malam menjelang saat jam menunjukkan pukul sembilan malam.
Rolling door itu sudah tertutup. Sebagian lampu di lantai bawah bangunan dua lantai milik Alula sudah dipadamkan. Siti dan Maya dengan tas selempang mereka mendekat ke arah sang atasan.
"Mbak, kita pulang duluan, ya," ucap Maya.
Alula yang nasih berada di meja kasir hendak menghitung hasil penjualan hari ini itu pun mendongak, menatap ke arah dua karyawan sekaligus sahabatnya yang sudah bersiap untuk pulang itu.
Alula tersenyum.
"Oke! Hati hati ya, Ti, May," ucap Alula.
Siti dan Maya pun mengangguk. Keduanya lantas berpamitan dan bergegas pergi meninggalkan tempat itu melewati bagasi bangunan dua lantai tersebut.
Alula kembali fokus pada mesin kasir dan buku catatan keuangannya. Wanita itu nampak sibuk mencocokkan jumlah pendapatan dengan catatan penjualan hari ini. Ditemani secangkir susu hangat, wanita itu nampak sibuk mengotak atik komputer dan bukunya. Hingga tiba tiba...
"Belum tidur, lo?"
Suara itu berhasil membuat Alula terjingkat. Ia reflek menoleh ke arah sumber suara. Dilihatnya disana, Kalangga nampak muncul dari balik pintu garasi dengan menggendong tas ranselnya.
"Pulang? Tumben?" Tanya Alula kala mendapati Kalangga pulang tak seperti jam biasanya.
"Setan lu, ya! Gue pulang pagi lu omelin. Gue pulang sore lu kata katain tumben!" Ucap Kalangga sembari berjalan menuju rak makanan ringan dan mengambil sebuah mie instan dalam cup di sana.
Alula hanya terkekeh sambil menenggak susu hangatnya. Ia kembali fokus dengan komputer dan buku keuangan miliknya.
Kalangga kemudian mendekati sang istri dengan sebuah mie cup yang sudah diseduh air panas. Ia kemudian mendudukkan tubuhnya di atas meja kasir.
Kala menoleh ke arah buku dan komputer.
"Wih, banyak juga duit lo! Ternyata jelek jelek gitu lo tajir juga, ya?" Ucap Kala mengejek.
Alula menoleh. Ia tersenyum sinis.
"Uang aku jauh lebih banyak daripada uang kamu!" Jawab Alula jumawa. Ia kemudian kembali melengos dan mengarahkan pandangannya ke arah komputer.
Kala berdecih.
"Maksudnya apa? Lo mau bilang kalau gue miskin?!" Tanya Kala. "Bokap gue tajir, pe'a!"
Alula menoleh. "Yang tajir bapak kamu. Bukan kamu," jawabnya.
"Bangkee lu!" Ucap Kala yang kemudian menggerakkan tangannya menarik beberapa helai rambut Alula. Membuat wanita itupun sedikit memekik dan protes pada suami kecilnya itu.
Kala terkekeh. Ia kemudian mulai melahap mie dalam cup nya itu dengan lahap. Sepertinya pemuda yang malam ini memilih absen balapan itu cukup kelaparan.
Kala kembali menatap sang istri yang masih sibuk dengan pekerjaannya. Pemuda dua puluh satu tahun itu diam. Ia kemudian melongok ke arah jam dinding yang tertempel disana. Sudah hampir setengah sepuluh. Tapi Lula belum istirahat juga. Padahal wanita itu sudah bangun dari tidurnya sejak sebelum subuh. Hebat juga fisik istri dewasanya itu, pikir Kala.
"La," ucap Kala sembari menyeruput kuah mie dalam cup nya.
"Hmmm..." Jawab Alula sambil asyik dengan buku catatan keuangannya.
"Lu nggak capek, apa? Tiap hari kerja dari pagi ampe malem? Selama gue ada di sini, gue nggak pernah liat lo keluar rumah. Lo punya motor kayaknya juga nggak pernah lu pake. Cuma dipanasin doang," ucap Kalangga sembari menyantap mie nya.
"Mau keluar kemana? Semua di rumah udah ada. Ngapain keluar keluar!" Ucap Alula santai sembari asyik dengan pekerjaannya.
"Ya ngapain, kek. Main, nongkrong, cari hiburan, refreshing. Dua puluh empat jam lu kerja nyari duit. Nggak bosen, lo?"
Alula menoleh. "Hiburan yang bikin aku bahagia cuma satu," ucap Lula.
"Apa?" Tanya Kalangga.
"Lihat dompetku tebel penuh uang!" Jawab Alula.
Kalangga berdecih. "Mata duitan, lo!" Ucapnya.
"Bodo'!" Jawab Lula cuek.
Kalangga menyeruput habis kuah mie nya. Makanan cepat saji itupun kini habis dan hanya menyisakan wadahnya.
Kala menoleh ke arah Lula lagi.
"Tadi gue ketemu sama kakak tiri lo," ucap Kalangga memulai perbincangan lagi dengan sebuah kebohongan.
Lula menoleh sejenak. Ia yang sudah selesai dengan pekerjaannya pu nampak mengemasi buku keuangannya dan memasukkannya ke dalam laci.
"Terus?" Tanyanya tanpa menoleh.
"Ama ceweknya," tambah Kalangga berbohong lagi.
"Hmm..." Jawab Lula yang seolah begitu tak peduli dengan pembahasan Kalangga mengenai Damar.
Kalangga diam sejenak.
"Lu...nggak terlalu akrab ya ama dia?" Tanya Kala.
"Enggak!" Jawab Alula santai sembari menyandarkan tubuhnya di sandaran kursi kasir.
"Kenapa? Kan kakak lo," ucap Kalangga.
"Dia bukan kakak aku. Dia cuma anak emasnya ayah," jawab Alula.
Kalangga diam. Niatnya menyinggung soal Damar adalah untuk mengorek informasi lebih tentang pria yang disinyalir sebagai laki-laki yang telah menghamili Shasha tersebut. Namun sepertinya hal itu tidak bisa ia dapatkan dari Alula. Wanita itu terlalu acuh dan masa bodoh dengan kakak tirinya.
Alula nampak menggeliat di atas kursi. Ini sudah malam. Ia sudah mulai lelah. Lebih baik ia segera naik ke lantai dua untuk beristirahat.
"Hooaaaammmm..." Alula menguap.
"Aku udah ngantuk. Kunci pintu, matiin semua lampunya. Aku mau tidur duluan," ucap Alula yang kemudian bangkit dari kursinya dan pergi meninggalkan tempat itu tanpa berucap sepatah katapun.
Kalangga nampak diam. Ia memainkan cup kosong di tangannya seolah tengah memikirkan sesuatu. Entah mengapa ia jadi penasaran dengan sosok Damar. Drama apa yang sebenarnya sedang ia mainkan. Seperti apa sifat aslinya yang sebenarnya dan peran seperti apa yang ia tampilkan di depan ayah tirinya. Kenapa pemuda itu seolah bisa begitu mengambil hati ayah Lula. Sampai sampai anak kandungnya sendiri bahkan tersingkirkan. Menjalani kehidupan yang keras seorang diri jauh dari kasih sayang orang tua.
Kalangga diam lagi. Entah mengapa tiba tiba ada perasaan yang bergejolak di hatinya. Ia seolah tergugah untuk mengulik lebih dalam lagi tentang kehidupan Alula dan keluarganya.
Kalangga menghela nafas panjang. Laki-laki itu kemudian turun dari meja kasir. Ia lantas membuang cup mie instannya di tempat sampah yang sudah disediakan. Ya, setidaknya hal tersebut dapat mengurangi satu pekerjaan Alula besok pagi. Yakni, bersih bersih.
Kalangga bergegas mematikan lampu. Ia berjalan menaiki anak tangga menuju lantai dua. Kala diam sejenak saat melewati satu satunya kamar yang berada di bangunan itu. Ia diam, kemudian menggerakkan tangannya membuka pintu ruangan itu. Entah mengapa malam ini ia tak tertarik untuk main game, balap liar, ataupun begadang nonton tv. Ia lebih memilih untuk masuk ke dalam kamar nya.
Ceklek...
Pintu kamar terbuka. Dilihatnya disana, Alula sudah terbaring di atas ranjang dengan baju yang sama seperti yang wanita itu kenakan tadi. Matanya tertutup kacamata tidur. Dengkuran halus bahkan sudah terdengar dari mulutnya.
Kalangga melepaskan jaket dan kaosnya lalu menggulungnya asal dan meletakkannya di atas kursi. Lebih rapi, tidak seperti biasanya di mana ia selalu melempar barang-barangnya asal dan berserakan.
Kalangga naik ke atas ranjang. Ia masuk ke dalam selimut yang sama dengan Alula. Pria itu memposisikan tubuhnya miring, menghadap ke arah sang istri yang sudah asyik menyelami mimpi mimpi indahnya.
Kalangga diam lagi. Ditatapnya paras ayu itu dari samping tanpa mengucap sepatah katapun. Laki laki itu kemudian tanpa sadar menyunggingkan sebuah senyuman manis. Ia kemudian meringsut, mengikis jarak dengan wanita itu. Ia menarik selimutnya hingga menutupi dadanya dan sang istri. Tangan kekar bertato itu lantas tergerak, dipeluknya wanita itu dengan hangat dan mulai memejamkan matanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 73 Episodes
Comments
Desyi Alawiyah
mulai ada kemajuan nih suami kecilnya Alula,,bagus bagus 👍👍👍👍
2024-01-09
1
Desyi Alawiyah
nah gitu dong anak ganteng 😅👌
2024-01-09
1
Desyi Alawiyah
hahaha kita sama Alula...😅
2024-01-09
1