Siang menjelang.
Jam sudah menunjukkan pukul sebelas siang. Aktivitas jual beli di toko milik Alula kembali berjalan seperti biasanya. Alula nampak bekerja di meja kasirnya. Sedangkan Siti dan Maya nampak sibuk melayani para pembeli yang datang silih berganti.
Tak...tak...tak...
Suara langkah kaki terdengar menuruni anak tangga. Seorang pemuda tampan berkulit putih dengan kaos hitam tanpa lengan nampak turun dari lantai dua. Penampilannya nampak segar. Rambutnya masih sedikit basah. Sepertinya Kala baru selesai mandi. Laki laki cuek yang hari ini sedang libur kerja dan memutuskan bolos kuliah itu kemudian mengedarkan pandangannya menatap ruangan toko dengan beberapa pengunjung yang tengah berbelanja di sana.
Toko itu memang cukup ramai. Kala menoleh ke arah meja kasir. Dilihatnya disana, sang istri nampak sibuk dengan seorang pembeli yang tengah membayar barang belanjaannya.
Kalangga mengangkat dagunya. Pemuda bertato itu menatap penampilan Alula dari atas sampai bawah. Sebuah dress bunga bunga selutut berwarna biru langit nampak membalut manis tubuh molek istrinya. Kala mengulum senyum. Bayangan lekuk tubuh menggoda dengan kulit putih mulus nan terasa halus disentuh itu kembali menari nari di otaknya.
Entah mengapa, sejak semalam siluet tubuh itu seolah terus menghantui ingatannya. Membuatnya selalu senyum senyum sendiri karenanya.
"Sssttt....!" Kalangga berdesit.
Lula yang tengah sibuk bekerja itu menoleh ke arah sang suami.
Kala menggerakkan lidahnya menyapu area dalam bibirnya. Ia mengerlingkan matanya. Tatapan nakal nan menggoda pun ia tembakkan ke arah Alula.
Alula nyengir. Antara geli, jijik, eneg dan pengen nabok. Semua berkumpul jadi satu.
Lula bergidik geli. Ia kemudian kembali fokus dengan kerjaannya. Kala berdecih sambil terkekeh. Laki laki itu kemudian berjalan mendekati salah satu rak berisi aneka snack lalu mulai mencari beberapa camilan kesukaannya.
Siti yang tengah sibuk menata beberapa makanan ringan yang baru datang itu kemudian menoleh ke arah suami bos nya itu.
Kala menoleh. Ia tersenyum sambil mengangkat satu alisnya seolah menyapa karyawan istrinya itu.
Siti tersipu malu. Tampan sekali bos laki lakinya ini. Batin wanita itu.
"Mau cari camilan ya, Mas?" Tanya Siti basa basi.
Kala menoleh. Ia tak menjawab. Laki laki itu hanya tersenyum simpul sembari mengangkat satu alisnya.
Siti mengangguk. Kala kembali asyik memilih camilan yang ingin ia makan siang ini.
"Ini yang pedes ada, nggak?" Tanya Kala.
Siti menatap sebungkus camilan di tangan Kalangga.
"Masih di dalam, Mas. Kemarin kebetulan habis. Baru datang tadi," ucap Siti. "Mau saya ambilin?"
Kala menggelengkan kepalanya.
"Nggak usah. Ini aja!" Ucap Kalangga.
Siti mengangguk.
Kala lantas membuka camilan di tangannya. Ia mendudukkan tubuhnya di sebuah kursi plastik yang semula Siti gunakan untuk meletakkan camilan di rak paling tinggi.
"Nama lo siapa?" Tanya Kalangga.
Siti mendongak.
"Oh, saya Siti, Mas!" Ucap wanita itu.
Kala mengangguk.
"Udah lama kerja disini?" Tanyanya.
"Lumayan, Mas!"
"Kenal banget dong ama Lula," sambung Kala lagi.
Siti tersenyum. "Ya, gitu lah, Mas."
"Dia orangnya emang galak, ya?" Tanya Kala mulai kepo sembari mengunyah camilannya.
"Enggak kok, Mas. Mbak Lula itu baik. Baik banget malah," jawab Siti. "Tapi kalau tegas, iya. Dia kalau bilang jangan ya jangan. Iya ya iya. Nggak bisa ditawar."
Kala mendengarkan sambil terus mengunyah.
"Mbak Lula itu dari kecil hidup sama ibunya. Didikannya emang gitu. Tegas, mandiri, pekerja keras. Nggak ada capeknya pokoknya. Jadi Mas jangan kaget, kalau Mbak Lula sering ngomel kalau Mas nggak ngikutin arahan dia. Soalnya dia itu serba disiplin hidupnya," ucap Siti.
Kala mengangkat satu sudut bibirnya. Pantes aja tiap hari ngomel kek knalpot brong. Emang bawaan dari emaknya ternyata. Batin pemuda itu.
"Kalau bapaknya kemana? Cerai?" Tanya Kala lagi.
"Iya, Mas. Udah lama. Sekarang udah nikah lagi sama janda anak satu. Anaknya udah gede. Dua puluh lima tahun. Cowok. Tuh, yang kemarin pas nikahan juga datang ke sini. Mbak Lula nya jadi kurang perhatian dari bapaknya semenjak nikah lagi. Apa apa Mbak Lula yang selalu disalahin. Baiknya Mbak Lula nggak kelihatan. Semua perhatian bapaknya di kasih ke anak tiri itu," ucap Siti yang memang cukup ember itu.
"Emang bapaknya kerja apa?" Tanya Kala.
"Pengusaha juga, Mas. Dia kayak punya toko furniture gitu. Tapi ya itu, walaupun punya bapak pengusaha, tapi Mbak Lula jarang dikasih nafkah. Malah Mbak Lula yang sering ngasih duit ke bapaknya. Nggak tahu buat apa," tambah Siti.
Kala mengangguk. Keduanya asyik berbincang disana. Kalangga yang tengah duduk di kursi plastik itu nampak asyik mendengarkan cerita dari Siti yang duduk jongkok di lantai sembari menata dagangan di rak camilan.
Hingga tiba-tiba...
Kriieett....
Pintu toko terbuka.
Seorang pria paruh baya dengan sebagian rambut nampak memutih masuk ke dalam toko itu. Alula menoleh ke arah sumber suara. Begitu juga Kala dan Siti yang berada tal jauh dari meja kasir.
"Ayah," ucap Lula.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 73 Episodes
Comments
Raudatul zahra
pasti tuh ayah nya Lula mau minta nafkah dari anak nya
2024-01-06
3
Erlangga❤
pnjang leher tuh ayahnya si lula.. baru aja ghibahin
2024-01-05
1
Viena Alfiatur Rohman
Mau ngapain tuh kakek lampir nemui Alula. Minta uang atau marah2 lagi..atau mau banding2in lagi
2024-01-05
1