Brukkkk...
Kali ini Hilda sampai terjatuh , Fatimah yang sudah berjalan lebih dahulu pun akhirnya menengok ke belakang , melihat Mamanya yang terjatuh ia pun berlari mendekat ke Mama Hilda.
" Maaf Bu ".
" Enggak usah pegang - pegang , aku bisa sendiri ". Akhirnya Ipul melepaskan tangannya dari Mama Hilda.
" Mama enggak apa - apa ?". Fatimah meraih bahu Mama Hilda.
" Ini semua gara - gara kamu yang meninggalkan Mama ".
Udin dan Ipul yang berdiri di situ meyakinkan penglihatannya bahwa yang ada di depannya ini adalah Fatimah , teman mereka.
" Dan... kamu lagi kamu lagi , kenapa dunia begitu sempit sih , sial rasanya ketemu sama orang udik terus, kamu hobby nabrak orang ya atau jangan modus ya ".
Kenapa nunjuknya ke gue sih , kan yang tabrakan sama dia si Ipul....lagian dia sendiri yang matanya meleng terus nabrak , sudah tua main lari - larian lagi , enak saja mau nyalahin orang..geram Udin.
" Kalian...Udin ,Ipul kok ada di sini ?". Tanya Fatimah ,begitu kaget melihat dua orang temannya itu.
" Kamu mengenal orang - orang udik ini Han ?".
" Mereka teman sekolah aku di kampung Ma ". Fatimah merasa tidak enak dengan ucapan Mama Hilda yang merendahkan teman - temannya.
" Pantas, benar tebakan Mama , sudah kelihatan dari pakaian yang mereka pakai ".
" Maaa ..".
" Setidaknya kami tidak telanjang Nyonya , baju mewah juga tidak menjamin sang pemakai punya attitude yang bagus seperti pakaian yang di kenakannya ". Sela Adam.
" Adam ". Lirih Fatimah.
" Din ,Pul...kalian sudah minta maaf kan , meski bukan kalian yang salah ?"
" Sudah Dam ". jawab Ipul.
" Katanya mau ke toilet , sudah sana !".
" Tapi Dam ..".
" Apa elo masih mau berdebat hal tidak berguna dengan orang kaya ini Pul ?".sindir Adam.
Mama Hilda melirik tajam ke arah Adam...Adam tau itu tapi ia tidak perduli. Ia juga mengabaikan Fatimah , tidak sedikitpun Adam melihat ke arah Fatimah bahkan menyapa nya pun tidak.
" Heh tunggu , enggak sopan sekali kamu !". panggil Hilda sedikit keras.
Mama Hilda melupakan di mana ia berada sekarang , amarahnya mengalahkan rasa malunya. Padahal ia sudah menjadi pusat perhatian.
Seorang pelayan yang mendekat hendak bicara sudah kena semprot Mama Hilda , hingga pelayan itu pun menjauh.
Fatimah sendiri ingin menenggelamkan wajahnya ke kolam agar tidak terlihat, kali ini ia sangat malu, apalagi ada Adam yang juga sampai mengabaikannya seperti orang yang tidak pernah kenal.
" Ayo Ma , kita pulang saja !". ajak Fatimah, mengajak Mama Hilda pulang adalah salah satu cara mengurangi rasa malunya.
" Diam kamu Hana , Hey ...kamu punya telinga kan ?".
" Nyonya bicara sama saya ?". Adam pun menghentikan langkahnya dan berbalik menghadap Mama Hilda dan Fatimah , tapi mata Adam tidak sedikitpun melihat ke arah Fatimah.
Kenapa hatiku sakit ya ...apa yang salah , hanya karena Adam cuek begini.....
" Ya , karena hanya kamu anak muda yang berani kurang ajar sama orang tua , apa kamu tidak pernah di ajari sopan santun sama orang tua kamu ?".
" Maaf Nyonya kalau saya kurang ajar sama anda, tapi di sini saya hanya menghentikan perdebatan yang enggak akan ada ujungnya , saya mewakili teman - teman saya meminta maaf pada anda , selesai kan ?".
" Sombong sekali kamu ".
Nih orang demen berantem kali ya....coba bukan emak - emak udah gue ajak gelud dari pada di ajak ngomong enggak masuk ke otaknya... kesal Adam.
Adam membuang nafasnya kasar, " Terserah anda Nyonya , mau mengatai saya sejelek apapun akan saya terima...tapi maaf saya tidak ada waktu buat mendengarkan anda ...permisi ". Adam terus berjalan , membiarkan Mama Hilda yang terus mengoceh tidak jelas.
Fatimah pun terpaksa menarik tangan sang Mama dan mengajaknya keluar.
" Mama buat aku malu saja ".
" Kamu mulai berani sama Mama Han ?".
" Mama itu egois , hanya memikirkan diri sendiri...apa arti aku dan Papa bagi Mama ?". Fatimah hampir menangis mengucapkan itu.
" Kalian itu tidak akan bisa hidup tanpa harta dari milik Mama ".
" Baik kalau itu pilihan Mama , kini aku tau apa arti aku dan Papa bagi Mama ....". Fatimah pergi begitu saja , ia menuju ke perusahaan untuk menemui Papa Antoni.
Mama Hilda tidak perduli , ia masuk ke dalam mobilnya dan pergi entah kemana.
" Papaaaa ".
Antoni langsung berdiri dan menyambut Fatimah ke dalam pelukannya .
" Ada apa sayang ...kenapa kamu menangis., siapa yang menyakiti kamu ?".
" Duduk dulu sayang !". Antoni membawa Fatimah duduk di sofa, lalu ia mengambilkan air minum untuk putri kesayangannya itu.
" Sekarang cerita sama Papa !".
Fatimah pun bercerita....
" Kamu mau ikut Papa , tapi mungkin kehidupan kamu tidak akan sama saat bersama dengan Mama Hilda ".
" Aku mau Pa , asal bersama dengan Papa , apa boleh ajak Bik Ida juga Pa ?".
" Kalau Bik Ida mau , tapi kita tidak boleh memaksanya ".
" Bik Ida pasti mau Pa , dia kan sebatang kara , hanya kita keluarga Bik Ida ".
" Baiklah , Papa akan menyelesaikan pekerjaan Papa dulu , nanti kita pulang bersama...kamu telpolah Bik Ida , untuk mulai berkemas, dan jangan lupa jelaskan juga padanya ".
" Baik Pa , aku akan menunggu Papa ".
Hilda melajukan mobilnya ke Bandara , tiba - tiba terbesit di kepalanya untuk liburan. Ia tidak berfikir apa yang akan di lakukan sang putri dan suaminya.
Karena ia merasa kedua orang itu tidak akan bisa menjauh darinya , ia pikir harta peninggalan sang Ayah membuatnya di atas segalanya , dan semua ada di bawah pengaturannya.
Bersambung....
Jangan lupa tinggalkan jejak ya 👍🏻😘🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments
Mur Wati
sombong nya melebihi iblis
2024-04-17
0
Mur Wati
👍👍👍buat adam tp mana mau tahu dan dengar hilda orang stres dia
2024-04-17
0
Ernadina 86
nah bagus...tinggalin aja orang gila itu
2024-03-17
0