Fatimah berdiam di kamarnya , ia merenungi semua ucapan Papa ntonie. Apa saatnya kini ia harus menyerah untuk berharap kasih sayang dari seorang ibu pada Hilda.
Hingga lamunannya buyar , ketika Mama Hilda masuk ke dalam kamarnya. " Mama ganggu Han ?".
" Eh Mama , enggak Ma...sini Ma !". Tumben sekali Mama Hilda mau masuk ke dalam kamarnya , sudah lama sekali sejak terakhir Mamanya itu masuk ke kamar ini , mungkin sekitar tujuh atau delapan tahun yang lalu , ingat Fatimah.
Mama Hilda pun melangkah dengan canggung , tentu saja ia merasa asing, ia sadar sudah terlalu lama ia mengabaikan sang putri.
Fatimah menepuk tempat di sebelahnya agar Mama Hilda duduk di sana , tapi ternyata harapannya kembali sirna.
" Mama di sini saja , Mama mau mengajakmu keluar sebentar apa kamu mau ?".
" Mau Mau....aku mau Ma ". dengan penuh semangat Fatimah menganggukkan kepalanya.
" Kalau begitu ganti baju kamu, Mama tunggu di mobil ".
" Iya Ma , aku akan segera bersiap ".
Tidak perlu menunggu lama , Fatimah sudah bersiap . Senyum ceria ia tampilkan di wajahnya.
" Ayo Ma...kita mau kemana ?". Fatimah bertanya sambil berdiri di samping pintu mobil.
" Masuklah !". " Mama cuma mau mengajak kamu di cafe ".
Tidak apalah meski hanya ke Cafe , ini kemajuan menurut Fatimah.
" Kamu mau pesan apa Han ?".
Lihatlah , Mama tidak tau meski hanya sekedar makanan kesukaan ku , berbanding terbalik dengan Papa , bahkan Papa tau semua apa yang aku suka dan tidak aku suka...
" Samakan saja dengan pesanan Mama , aku tidak pernah pilih - pilih makanan , semua bisa aku makan asalkan itu makanan berlabel halal ".
" Tapi minumnya aku minta air jeruk dan air mineral ".
" Siudah ?? itu saia ?? Fatimah mengangguk. " Kamu enggak mau yang lainnya , menu di sini semuanya enak - enak loh ".
" Cukup Ma , nanti bisa pesan lagi jika aku masih lapar , takut nanti malah mubazir ".
Hilda terkekeh, " Kamu rupanya sudah ketularan orang kampung Han , padahal kan belum lama kamu di sana , orang kaya mah bebas Han , kamu ini kenapa pusing- pusing mikirin makanan sisa ".
Fatimah terdiam, apa ada yang lucu , sampai Mama Hilda tertawa seperti itu. Bukannya benar apa yang tadi ia katakan.....Mama Hilda memang aneh, pemikirannya kadang di luar nalar.
Ia tidak menanggapi ucapan Mama Hilda , takut nanti malah salah paham.
Setelah makan selesai....
" Kapan kamu balik ke kampung?".
" Maaaa....aku baru kemaren sampai , teganya Mama menanyakan kapan aku kembali ke kampung ...apa Mama tidak senang aku ada di rumah ?".
" Kamu tau jawabannya , ada atau tidak adanya kamu di rumah tidak ngaruh tuh sama Mama ".
" Maaa ". hati Fatimah seperti tertusuk sembilu...langsung ngilu.
" Kamu itu harus menyelesaikan misi kamu Han...jangan di ulur - ulur terus ".
Sadar Hana...sadar, Mama Hilda memang tidak pernah mengharapkan dirimu , kamu itu hanya alat bagi Mama untuk kembalas dendam....Fatimah kecewa berat.
" Aku ingin pulang Ma ". ucap Fatimah tiba - tiba.
" Mama belum selesai membahas misi kamu Han ".
" Kalau boleh aku minta Mama jujur padaku , kenapa Mama sangat membenci tante Aisyah. , apa alasannya Ma ?".
" Dia itu wanita jahat Han , sudah merebut kekasih Mama , tapi ia malah menikah dengan kakaknya , serakah.....mungkin kalau saja wanita di perbolehkan poligami , dia pasti akan menikahi keduanya ".
" Jika itu memang benar , itu bukan urusan kita Ma ..Tapi itu masalah tante Aisyah sendiri , kenapa Mama juga yang harus serepot ini , biarkan dia yang menanggung dosanya, bahkan Mama sampai melibatkan aku untuk balas dendam , itu tidak masuk akal Ma....aku tidak tau apa - apa ".
" Dan lebih tidak masuk akal lagi kenapa harus Adam yang harus menerima pelampiasan kebencian Mama pada tante Aisyah....dia enggak salah apa - apa , dan aku yakin dia pun tidak tau masalah ini seperti diriku ".
" Kamu tidak tau rasanya orang yang kita cintai meninggalkan kita Han ". Hilda mulai menekan kata - katanya.
" Berarti dia bukan jodoh Mama ".
" Mama tidak terima Han ".
" Sebaik apa dia , apa dia lebih baik dari Papa Antoni , aku yakin Mama melupakan suami Mama itu ".
" Kurang baik apa Papa buat Mama , Papa tidak pernah memarahi Mama meski Mama tidak pernah melayaninya selayaknya suami, bahkan menurut aku , dia Papa terbaik di seluruh dunia , dan aku bersyukur dia menjadi Papa ku....Mama pasti lupa dengan keberadaan Papa , aku benar kan Ma ?".
" Tau apa kamu , Antoni itu setia ke Mama karena ia hidup dari uang Mama ".
" Maksud Mama , Papa benalu begitu....Mama lupa siapa yang bekerja mati - matian membesarkan perusahaan Kakek..semua karena Papa ".
" Pembicaraan kita sudah melenceng, rupanya Antoni sudah mempengaruhi otak kamu agar berani melawan Mama ".
" Aku sudah besar Ma , sudah tau mana yang benar dan mana yang salah , maaf Ma kali ini aku mundur , aku tidak mau lagi menjadi boneka Mama ".
" Kamu !!!! Inget Han , kamu itu harus tau balas budi , cuma kamu anak Mama yang bisa menjalankan perintah Mama ".
" Anak ???? apa Mama masih menganggap aku anak...dan balas budi yang mana ...Mama tidak pernah turut andil dalam membesarkanku , bahkan aku minum dari susu sapi , bukan Asi...jadi aku anak Mama apa anak Sapi ?".
Hilda makin geram , baru kali ini Fatimah menentangnya, ia tidak tau kalau Fatimah sudah benar - benar menyerah berharap padanya.
" Aku pulang Ma...dan terima kasih makan - makannya hari ini...akan aku ingat sepanjang hidupku , jik Mama pernah mengajak aku makan bersama di Cafe ini ".
" Hana...tunggu Mama...jangan kurang ajar kamu...Hana...!!. Hilda bergegas mengejar putrinya, ia meletakkan beberapa lembar uang begitu saja di meja.
Dan lagi - lagi kejadian di mall terulang kembali....Hilda menabrak seseorang.
Brughhhh.......
" Kamu ?????
" Ehhh....si Ibu galak , kita bertemu lagi "...
Bersambung dulu ya...othor ngantuk berat soalmya...🙂
Like dan comment juga vote nya ya jangan sampai lupa....👍🏻😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments
Mur Wati
emang picek mata dan hatinya si hilda
2024-04-17
1
Mur Wati
orang gila lagi ngehalu ..coba di ingat siapa yg salah ya lu sendiri lah
2024-04-17
1
Qaisaa Nazarudin
Gila ya si HILDA..
2024-04-01
1