...-<{ SELAMAT MEMBACA }>-...
"Ash, kita ubah rencana." ujar Eze tiba-tiba.
Ash yang sedang menulis laporan pemasukan hasil bisnis batu sihir menoleh pada Eze.
"Anda ingin rencana yang bagaimana?" Ash menatap penampilan tuannya yang terlihat lebih rapi. Suatu hal yang langka melihat tuannya mengikat surai hitamnya yang panjang.
Akan tetapi Ash tahu maksud penampilan tuannya mengikat rambutnya seperti itu, "Anda ingin berkunjung ke istana kekaisaran?"
Eze mengangguk, "Aku akan datang bersama Luke. Selama aku pergi ke istana, kau tuangkan ini ke sungai pusat kota." Eze memberikan sebuah botol ramuan pada Ash.
Ash menerima botol ramuan itu, "Ramuan apa ini, Tuan?"
Kekehan Eze membuat Ash yakin kalau ini adalah ramuan yang tentunya berefek negatif.
"Sungai pusat kota yang tidak pernah kering saat kemarau sekalipun tiba-tiba saja tercemar, bukankah itu kabar menyenangkan?" Eze menyeringai begitu lebar saat mengatakan itu.
"Lalu apalagi yang harus saya lakukan, Tuan?"
"Tinggalkan jejak kalau memang itu adalah ulahku." ucap Eze dingin.
Ash memandang tangan Tuannya yang terkepal erat seolah-olah dunia akan hancur dikepalan tangan itu.
Sudah biasa Ash menyaksikan keributan yang dibuat oleh Tuannya. Bagi Ash, hal yang dilakukan Eze sudah benar karena mereka semua memang pantas mendapat ganjarannya.
"Beraninya mereka hidup tenang setelah membuatku seperti ini dan selalu menjadikanku kambing hitam." gumam Eze yang masih bisa didengar oleh Ash.
"Bagaimana dengan penyerangan menggunakan monster, Tuan?" Ash memberi saran.
Eze manggut-manggut, "Itu juga boleh. Kau targetkan penyerangan di tempat para bangsawan besar berada termasuk wilayah Duke Wezen."
'Sudah lama aku ingin melakukan ini untuk diriku sendiri, semoga kau mengerti, Anna ...' batin Eze yang kembali teringat ucapan Arianna agar tidak membuat ayahnya kerepotan.
"Baik, Tuan!" Ash menjawab penuh semangat. Akan tetapi tidak lama raut wajah Ash berubah khawatir, "Sebentar lagi bulan silver akan tiba, Tuan."
Hampir saja Eze melupakan tentang itu. Pantas saja dia mulai merasakan gejala di tubuhnya.
"Jangan khawatir, Ash. Percaya padaku. Aku bisa menahan rasa sakitku tanpa harus mengorbankan peri lagi."
'Karena aku tidak ingin jiwaku semakin dikuasi oleh itu.' Eze menatap telapak tangannya yang sudah terlihat pucat.
"Tap-"
Tok tok tok
"Ezekiel! Cepat keluarlah sebentar!"
Tok tok tok
Dari luar ruangan, Arianna mengetuk pintu penuh ketidaksabaran. Kedua pria itu saling pandang karena bertanya-tanya apa yang terjadi karena selama ini Arianna bersikap tenang.
Eze kemudian keluar untuk menemui Arianna. Saat pintu terbuka, Eze mendapati wajah kesal Arianna.
"Ada apa, Anna?"
"Apa kau lupa dengan janjimu, Ezekiel?"
Lirikan sinis Arianna membuat Eze bingung. Memangnya dia menjanjikan apa hingga dia mendapatkan lirikan sinis dari Arianna?
"Sudah kuduga kau melupakan janjimu sendiri. Cih! Dasar pembohong!"
Dibelakang Eze, sosok Ash tercengang karena Arianna berani mengatai Tuannya seperti itu. Ash khawatir bila Arianna menjadi korban kekejaman Tuannya seperti wanita-wanita sebelumnya.
'Astaga-astaga! Apa benar orang didepanku adalah Tuan yang aku layani?' Ash semakin menganga lebar melihat kejadian langka di depannya.
"Aku benar-benar lupa, kau bisa mengatakannya lagi. Kecantikanmu hilang kalau kesal seperti itu." ucap Eze.
Arianna mendengus, "Katanya hari ini kau akan mengajakku berkeliling hutan untuk melihat para monster peliharaanmu."
Lelaki di depannya nampaknya benar-benar lupa. Terlihat dari wajahnya yang masih tidak yakin kalau yang Arianna ucapkan adalah janjinya kemarin.
"Sepertinya aku benar-benar lupa karena terlalu fokus memikirkan rencana untuk mendapatkan restu ayahmu." aku Eze yang benar-benar lupa.
"Jadi? Hari ini tidak jadi?" tanya Arianna memastikan. Padahal dia sudah dandan cantik karena Eze mengajaknya berkencan di hutan untuk menunjukkan dirinya pada para monster milik Eze.
Eze menggeleng, "Aku harus berkunjung ke suatu tempat untuk mengurus sesuatu. Tunggu aku pulang, barulah aku akan mengajakmu ke hutan."
Dipikir-pikir agak aneh juga karena Eze mengajaknya berkencan di hutan. Tetapi kata Eze itu harus dilakukannya agar para monster miliknya mengenal Arianna yang merupakan calon istri Eze.
"Aku akan menunggumu, ku harap kau tidak lagi mengingkari janji yang sudah kau buat sendiri."
Sudut bibir kanan Eze tertarik ke atas, 'Tunggu saja sebentar lagi, Anna.'
"Baiklah, aku tidak akan seperti itu lagi." Eze mengusap kepala Arianna.
...🤍🖤🤍...
"Sebenarnya Ezekiel kemana sih? Ash juga sering pergi entah kemana." gerutu Arianna yang berada di kastil besar ini bersama dua pelayan yang merupakan kepercayaan Eze.
Sudah lima hari Arianna menunggu kepulangan Ezekiel. Saat Ash ditanya olehnya, pria itu hanya tersenyum dan berkata bahwa Tuannya akan segera pulang.
"Nyonya, saya sudah selesai memandikan Cilor. Anda ingin menggendongnya?"
"Meow"
Seketika wajah Arianna merekah senang, "Cilorr!" Arianna membawa kucing yang diberinya nama 'Cilor' berada digendongannya.
Cilor adalah kucing putih dengan mata biru yang diberikan oleh Eze untuk Arianna. Cilor bukanlah kucing biasa, melainkan monster yang bisa berubah menjadi besar berkali-kali lipat dan menginjak tanpa ampun bila merasa kesal.
"Anda tahu, Nyonya? Hampir saja nyawa saya melayang karena tidak sengaja menginjak ekor Cilor."
Arianna tertawa mendengar itu, "Sudah tahu Cilor ini punya kesabaran setipis kertas, kau malah cari mati dengan Cilor. haha~"
Orang yang diajak bicara oleh Arianna adalah seorang pria yang merupakan pelayan di rumah ini. Pria itu bernama Fraz, salah satu orang kepercayaan Eze selain Ash.
"Oh iya, apa Ash pergi lagi?" tanya Arianna.
"Iya, Nyonya, dia baru saja pergi."
Arianna berdecak seraya mengusap bulu-bulu halus milik Cilor, "Dua orang itu benar-benar sok misterius sekali."
"Malam sudah larut, Nyonya. Sebaiknya Anda segera ke kamar untuk beristirahat."
Jujur, Arianna merasa kurang nyaman dipanggil 'Nyonya' oleh Fraz. Dia sudah pernah menegur Fraz yang sudah berkepala tiga itu untuk memanggilnya Nona saja, akan tetapi Fraz menolak.
"Nyawa saya bisa melayang kalau Tuan Eze tahu saya memanggil Nyonya dengan sebutan Nona. Tolong kasihanilah saya yang lemah tak berdaya ini, Nyonya ..."
"Sayang sekali, padahal aku masih ingin bermain dengan Cilor." Arianna mengecup wajah gembul Cilor berkali-kali.
"Bermainlah besok pagi saja, Nyonya. Saya tidak ingin dimarahi oleh Tuan jika membiarkan Nyonya tidur larut malam." ucap Fraz dengan nada merengek.
"Iya-iya, baiklah! Aku akan tidur." Arianna menyerahkan Cilor pada Fraz.
"Cilor, besok kita main ya? Hari ini aku harus tidur karena tidak ingin membuat pengasuhmu ini mati."
Fraz hanya bisa tersenyum miris mendengar ucapan Arianna, "Selamat malam, Nyonya Arianna."
"Malam, Fraz." balas Arianna.
Arianna pun benar-benar pergi ke kamarnya untuk segera tidur. Sesampainya di kamar, Arianna merebahkan tubuhnya yang merasa lelah karena seharian membuat kastil ini agar lebih hidup.
Seharian penuh Arianna, Fraz dan Cail yang juga seorang pelayan kepercayaan Eze memasang batu sihir warna-warni agar kastil suram Eze terlihat berwarna.
Intinya, apapun yang dilakukan Arianna, Eze mengizinkan asal Arianna tidak pergi dari kastil ini. Meskipun Arianna ingin pergi, dia tetap tidak akan bisa pergi karena tidak tahu jalan. Arianna realistis saja, disini pun dia merasa nyaman seperti saat di mansion Duke. Di kastil Eze, Arianna tidak merasa terbebani karena dia yang disangka sebagai Arianna Serafine padahal bukan.
"Apa yang direncanakan Ezekiel sampai dia tak pulang berhari-hari?" gumam Arianna yang mulai mengantuk.
Seiring waktu, Arianna terlelap hingga tak menyadari kedatangan seseorang yang dia tunggu-tunggu. Seseorang itu mendekati Arianna yang tengah tertidur.
"Aku pulang, Anna."
Di dalam tidurnya, Arianna samar-samar mencium anyir darah hingga membuatnya membuka mata.
Hal pertama yang menyambut penglihatan Arianna adalah sosok pria tampan yang tampilannya agak mengerikan karena berlumuran darah.
"ASTAGA!" Arianna terperanjat. Mata Arianna menyoroti penampilan Eze dari atas hingga bawah.
"Kau habis melakukan apa hingga berlumuran darah seperti ini?" tanya Arianna dengan sedikit menjaga jarak karena takut.
"Kau takut denganku sekarang, Anna?"
Arianna menggeleng patah-patah, "Ti-tidak kok! A-aku hanya tidak suka bau anyir yang membuatku mual." Arianna hanya beralibi saja.
"Aku sudah mendapatkan restu ayahmu, Arianna. Jadi, dua hari lagi kita menikah."
Mata Arianna berkedip-kedip beberapa kali karena masih memproses ucapan Eze yang langsung to the point.
"HAH?!! DUA HARI LAGI?" pekik Arianna yang mendengar kabar mengejutkan ini.
Bersambung ...
Hohoooo, kangen Arianna-Ezekiel nggak? Kangen dong masa engga wkwkwk. Sampai ketemu di part selanjutnya yaaa😊 Tolong bantu aku supaya tetep semangat buat lanjutin ini cerita disela gempuran target pabrik😭😭
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments
mommy lala
keren 🤩🤩🤩
2025-02-02
0
ndaaa
kangen bgt thor
smngt terus lnjtt
2024-01-31
0