...-<{ SELAMAT MEMBACA }>-...
BRAK
"Astaga!" Arianna terkejut saat pintu kamarnya dibuka dengan kasar oleh seorang wanita bersurai blue - grey yang terlihat berkilau saat tertimpa cahaya.
Dilihat-lihat dari ciri fisiknya, sepertinya Arianna tahu siapa wanita ini. Dia adalah Catalina Hermione Wezen, sang antagonis wanita di komik ini.
"Bagaimana keadaanmu?" tanya Catalina dengan wajah angkuhnya.
Karena sudah seperti ini, maka Arianna Safi akan berperan selayaknya Arianna Serafine Wezen yang setiap bertemu pasti akan terjadi adu mulut.
"Beraninya kau memperlihatkan wajahmu yang jelek itu dihadapan ku! Menurutmu karena siapa aku seperti ini?" ucap Arianna seraya memakan apel dan menatap malas Catalina.
Mulanya Catalina nampak ingin marah, tetapi setelah melihat kondisi Arianna, dia memilih untuk mengurungkan niatnya.
Arianna mengernyitkan keningnya saat tahu Catalina menundukkan kepalanya,
"Ada apa denganmu?" tanya Arianna karena Catalina yang masih setia untuk menunduk.
Tidak ada jawaban dari Catalina, tetapi telinga Arianna mendengar isakan kecil yang bisa dia pastikan berasal dari Catalina.
"Hei! Kau menangis?" Melihat air mata Catalina yang menetes di bajunya, Arianna hanya bisa tersenyum tipis.
Meskipun Catalina diam saja, Arianna tahu Catalina sudah menyesali perbuatannya, "Aku sudah memaafkanmu, jadi tak perlu menangis lagi."
Catalina sontak mendongak memperlihatkan wajahnya yang masih menangis, "Apa kau yakin memaafkanku?"
"Cih! Melihatmu menangis seperti ini aku jadi tidak tega tahu!" balas Arianna.
"Huwaaa~ Maafkan aku Arianna ..." Catalina memeluk erat Arianna, "Aku pikir kau tidak akan bangun lagi, huwaaa~"
Arianna mengernyitkan keningnya lagi, dia baru menyadari kalau Duchess tidak memberitahunya berapa lama dia tidak sadarkan diri.
"Memangnya berapa lama aku tidak sadarkan diri?" tanya Arianna penasaran.
Catalina mengurai pelukannya, "Dua bulan!" jawab Catalina dengan memperlihatkan dua jarinya, "Dua bulan kau tidak sadarkan diri, Arianna! Bahkan para dokter yang menanganimu bilang kau sudah tidak ada harapan lagi!"
Arianna mengangguk-angguk, pantas saja raut wajah Duchess yang dia lihat kemarin saat dia sadar nampak begitu lega setelah melihatnya.
"Pantas saja tubuhku masih begitu lemas meskipun sudah makan banyak." gumam Arianna.
Arianna menatap Catalina yang tengah menghapus air matanya. Melihat Catalina yang seperti ini, andaikata dia berakhir seperti yang ditakdirkan dalam novel membuat Arianna merasa iba.
Karakter Catalina dalam komik nampak tidak sama dengan yang dia lihat sekarang. Bisa saja Catalina adalah orang baik yang tidak tahu caranya berbuat baik.
Bisakah Arianna merubah takdir Catalina? Kalau Catalina tidak mati lalu dia berhasil merelakan Gavriel untuk Isabelle, bukankah takdir dirinya yang mati karena dibunuh tidak akan terjadi?
"Catalina." panggil Arianna.
"Ya? Ada apa? Kau butuh sesuatu?" Catalina bertanya dengan raut wajah khawatir.
Arianna menggeleng, "Aku bermimpi buruk yang teramat panjang. Kau mau mendengarnya?"
Catalina mengangguk antusias, "Tentu aku mau mendengarkannya. Aku ingin tahu kau bermimpi apa sampai tidak bangun selama dua bulan lamanya."
Arianna lantas menceritakan tentang sosok Arianna Serafine Wezen yang mati karena dibunuh, lalu Catalina yang akan dihukum mati karena berkhianat dengan negara musuh serta mencelakai Isabelle.
Di dalam komik dijelaskan bahwa Catalina bertemu dengan antagonis laki-laki yang merupakan penyihir hitam. Catalina bekerja sama dengan penyihir hitam itu yang merupakan musuh negara, penyihir hitam itu memberikan penawaran bagus.
Bila Catalina memberikan informasi penting tentang situasi Kekaisaran maka penyihir hitam itu memberikan sedikit kekuatannya pada Catalina.
Dengan kekuatan itu Catalina mencelakai Isabelle dan hampir membunuhnya. Saat hampir ending cerita, Catalina dan penyihir hitam yang bersekutu dengan negara musuh pun menyerang Kekaisaran serta Kerajaan Naveer.
Puncaknya, pemeran utama dipastikan menang karena ternyata Isabelle mendapat kekuatan suci kuno yang selama ini melindungi benua Atlanta, tempat dimana Kekaisaran Linchia yang menaungi beberapa Kerajaan, salah satunya Kerajaan Naveer berada. Berkat kekuatan itulah, penyihir hitam serta musuh Kekaisaran berhasil dikalahkan.
Arianna turut bercerita tentang kondisi keluarganya yang hancur. Nama Keluarga Wezen yang merupakan keluarga Kekaisaran sudah tidak ada artinya lagi karena pengkhianatan Catalina.
"Aku pikir mimpi yang kulihat seperti sebuah ramalan yang akan terjadi di masa depan. Aku sungguh takut bila mimpi itu menjadi nyata." Arianna mengakhiri ceritanya dengan raut wajah sendu.
Tidak lama raut wajah Arianna berubah, ada yang ingin dia tanyakan lagi pada Catalina. Ini persoalan tentang pertengkaran yang membuatnya tertabrak kereta kuda Pangeran kedua Kekaisaran, yaitu Pangeran Nicholas.
"Ada yang ingin kutanyakan padamu karena aku lupa. Sebenarnya kita bertengkar karena apa hingga kau mendorongku ke jalanan?"
"Aku sungguh tidak sengaja mendorongmu!" sahut Catalina cepat, "Saat itu aku marah karena kau terus menyuruhku untuk berhenti mengejar cinta Pangeran Gavriel."
"Jadi kau mendorongku ke jalanan hanya karena alasan se-sepele itu?" Arianna berkacak pinggang.
Catalina nampak tidak terima, "Bukan hanya itu! Kau juga menyarankanku menikah saja dengan Pangeran Alucard yang kejam itu!"
Arianna ingat, diantara orang yang berkhianat ada pula nama Pangeran Alucard. Pangeran kedua Kerajaan Naveer alias adik Gavriel. Mereka memang membentuk sebuah kelompok pemberontakan yang dipimpin oleh Putra Mahkota Kerajaan Helio, kakak Isabelle.
"Tapi berkat ceritamu, aku jadi teringat seseorang yang pernah kutemui karena tidak sengaja di malam festival Kerajaan empat bulan lalu." cerita Catalina.
"Siapa dia?"
"Dia adalah penyihir hitam yang memang sengaja ingin bertemu denganku. Kemudian dua minggu lalu aku mendapatkan surat misterius yang datang dari seekor burung gagak. Ternyata surat itu dari penyihir hitam yang memintaku untuk bertemu dengannya."
Catalina merasa tidak masalah bila dia menceritakan ini pada saudara kembarnya yang sama-sama dijuluki sebagai wanita gila Wezen.
Catalina mendapat julukan itu karena dia akan menggila bila melihat Gavriel dekat dengan perempuan manapun. Sedangkan Arianna mendapat julukan itu karena terlalu terobsesi dengan barang mewah. Jika barang mewah yang dia incar tidak dia dapat maka dia akan menggila.
"Apa kau membalas surat itu?"
Catalina menggeleng, "Belum. Aku sedikit takut sebenarnya bertemu dengan penyihir hitam yang merupakan musuh Kekaisaran."
Mendengar ucapan Catalina membuat Arianna berpikir, kalau Catalina tidak bertemu penyihir hitam itu, maka resiko kehancuran Keluarga Wezen tidak akan terjadi.
"Sebaiknya kau tidak usah bertemu dengannya. Salah-salah kau malah dikutuk penyihir itu jadi kodok bila membuatnya tidak puas." ucap Arianna pada akhirnya.
Catalina mengangguk, "Untuk kali ini aku akan menuruti ucapanmu."
Plak
"Tentu kau harus seperti itu karena aku adalah kakakmu." ucap Arianna jumawa setelah menggeplak kepala Catalina.
"Hei! Apa kau tidak tahu aku sedang menahan diri karena kau belum pulih?" geram Catalina.
Arianna tertawa kencang karena merasa puas sudah membuat Catalina naik darah. Tapi tawa itu tak berangsur lama. Arianna memperlihatkan raut wajah serius pada Catalina.
"Tapi ucapanku sebelum kecelakaan sungguh serius, Catalina. Sebaiknya kau berhenti mengejar-ngejar cinta Pangeran sialan itu. Matamu itu hanya terlalu fokus pada bunga bangkai padahal masih banyak bunga cantik lainnya."
Catalina menganga tidak percaya atas ucapan Arianna. Meskipun Arianna saudara kembarnya ini memang suka blak-blakan, tapi ucapannya akan menjadi berbahaya bila ada orang yang mendengar karena menghina anggota keluarga Kerajaan.
"Aku sih tidak heran karena kau memang bodoh! Maka dari itu, sebaiknya berhenti, Catalina! Aku takut mimpiku menjadi kenyataan dan membuat kita semua sengsara." Arianna menggenggam tangan Catalina,
"Kenapa kau peduli dengan percintaanku?" tanya Catalina pelan.
"Karena percintaanmu sangat menyedihkan. Dan sebagai keluargamu, aku memberimu saran. Siapa tahu kelak kau akan bertemu dengan orang yang lebih-lebih dari Pangeran sialan itu." Arianna mencoba meyakinkan Catalina.
Catalina nampak diam berpikir. Diam-diam Arianna tersenyum. Bila Catalina tidak lagi mengejar Gavriel, maka resiko mengerikan itu tidak akan terjadi.
"Aku akan memikirkan saranmu. Sebaiknya kau istirahat sekarang agar cepat pulih." Catalina berdiri dan berjalan meninggalkan kamar Arianna yang dipenuhi dengan gemerlapnya berlian.
Bersambung ....
Ayok-ayookk bantu ramaikan😊
Terima kasih sudah mampir🖤✨
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments
🌹𝓡𝓸𝓼𝓮_𝓺𝓾𝓮𝓮𝓷🌹
aku suka suka
2025-01-21
0
Ari Peny
kelihatannya bagus ceritanya
2024-10-27
0
Nazwa Fika
wahhh..sampai disini aja udh oke alurnya ..
lanjuttt....
2024-06-16
0