...-<{ SELAMAT MEMBACA }>-...
"Terima kasih sudah memberikan tepuk tangan yang meriah untuk pertunjukan musik yang kami hadiahkan untuk Yang Mulia Putri Mahkota dan Yang Mulia Putra Mahkota." ujar Arianna seraya berdiri menghadap pada semua tamu yang tatapannya tertuju padanya.
Tak sengaja, tatapan Arianna bertemu dengan Pangeran Nicholas yang memandangnya dengan pandangan yang mampu menguncinya.
'Waduh! Pake tatap-tatapan lagi.' Pekik Arianna dalam hati saat tak sengaja bertatapan mata dengan Pangeran Nicholas.
Saat mengalihkan pandangannya, Arianna juga tak sengaja bertemu pandang dengan seseorang yang amat sangat dia kenali.
"Berengs-" Arianna segera menghentikan mulutnya yang hampir saja keceplosan berbicara kasar di depan banyak orang.
Mata Arianna membulat saat seseorang itu mengedipkan sebelah matanya untuk menggodanya.
'Apa-apaan si berengsek itu! Oke, abaikan saja dia! Abaikan!'
Arianna memperhatikan penampilan pria itu yang memang sedikit berbeda. Mungkin saja pria itu tengah menyamar? Tapi anehnya, kenapa dirinya bisa langsung tahu bahwa pria itu adalah penyihir hitam yang sedang menyamar?
Sialnya Arianna justru terpana dengan penampilan penyihir hitam. Rambut hitamnya yang berganti silver dan dia yang memakai kacamata membuat pria itu terlihat lebih tampan berkali-kali lipat.
Arianna pun kembali fokus, "Sebetulnya masih ada satu lagu lagi yang ingin dinyanyikan oleh Catalina, saudaraku. Lagu ini adalah hadiah terakhir darinya untuk Pangeran Gavriel, Apakah Yang Mulia Putri Mahkota Isabelle yang anggun mengijinkan?"
Semua perhatian teralih pada Isabelle, mereka semua menunggu izin wanita itu. Karena semuanya sedang menatapnya, Isabelle tidak punya pilihan selain mengiyakan.
Arianna melirik Catalina sambil tersenyum puas, "Kau maju satu langkah, Catalina." Arianna kembali menatap ke arah Isabelle yang nampak menampilkan senyum keterpaksaan.
'Isabelle ... Sebenarnya apa yang buat dia jadi kayak gitu? Emang bener quotes yang bilang kalau kita jangan lihat sesuatu dari covernya doang.'
Arianna pun duduk di tempatnya kembali untuk mulai memainkan piano lagi. Karena kali ini, dialah yang memainkan piano sementara Catalina yang bernyanyi.
Lagu yang akan dibawakan oleh Catalina adalah rekomendasi dari Arianna untuk kisah cintanya Catalina yang menyedihkan.
Tuts-tuts piano kembali ditekan oleh Arianna dan suara yang terdengar pun mengalun sendu.
Catalina pun bersiap untuk bernyanyi. Dia memejamkan matanya untuk memulai bernyanyi.
A broken heart is all that's left
I'm still fixing all the cracks
Lost a couple of pieces when
I carried it, carried it, carried it home
I'm afraid of all I am
My mind feels like a foreign land
Silence ringing inside my head
Please, carry me, carry me, carry me home
Gavriel menegang mendengar awal lagu yang dinyanyikan oleh Catalina untuknya, terlebih saat melihat wanita itu yang memejamkan matanya sambil bernyanyi, tampak begitu menghayati sekali
I've spent all of the love I saved
We were always a losing game
Small-town boy in a big arcade
I got addicted to a losing game
Oh-oh-oh-oh, oh-oh-oh-oh
All I know, all I know
Loving you is a losing game
Do you love me, or love me not?
Peeling pieces from my heart
And my rose-colored lens is gone
Still I carry, I carry, I carry on
Agar lagu yang dinyanyikan Catalina lebih dramatis, Arianna pun ikut bernyanyi secara bersamaan dengan Catalina, tetapi tetap Catalina yang lebih mendominasi.
Oh-oh-oh-oh, oh-oh-oh-oh
All I know, all I know
Loving you is a losing game
Oh-oh-oh-oh, oh-oh-oh-oh
All I know, all I know
Loving you is a losing game
Catalina dan Arianna saling tatap dengan terus bernyanyi bersama. Arianna menganggukkan kepalanya yakin sebagai dukungan untuk Catalina bahwa dia bisa menyelesaikan lagu ini sampai selesai.
I don't need your games, game over
Get me off this roller coaster
Kedua wanita itu bersiap untuk menyelesaikan lagu yang mereka bawakan dengan nada tinggi.
Oh-oh-oh-oh, oh-oh-oh-oh
All I know, all I know
Loving you is a losing game
Oh-oh-oh-oh, oh-oh-oh-oh
All I know, all I know
Loving you is a losing game
Air mata Catalina kembali menetes setelah selesai menyanyikan lagu itu. Tetapi dengan cepat Arianna menghapus air mata Catalina.
"Kau berhasil, Catalina. Terima kasih sudah berusaha untuk dirimu sendiri." bisik Arianna yang disambut senyuman tulus Catalina.
Catalina yang merasa terharu pun memeluk Arianna erat, "Terima kasih, Arianna. Berkatmu aku merasa lega sekarang."
Tepukan tangan dari para tamu yang hadir menghentikan pelukan mereka berdua. Seperti yang sudah direncanakan sebelumnya, Arianna dan Catalina memilih kembali lebih dulu meskipun pesta belum berakhir.
...🤍🖤🤍...
Arianna masuk ke dalam kamarnya lalu segera merebahkan tubuhnya yang terasa lega. Dirinya memandang lampu gantung mewah yang menggantung di langit kamarnya.
"Ahh~ senangnya ..."
Mengingat kejadian yang baru saja berlangsung, Ariannna tersenyum lebar karena puas.
"Kalau sudah seperti ini, aku tidak lagi menjadi figuran antagonis. Aku juga membantu Catalina agar bisa melupakan Gavriel yang sudah mematahkan hatinya."
Arianna bersyukur bisa memiliki keluarga baru seperti keluarga Duke Wezen. Sebagai rasa terima kasihnya, rasanya membuat Catalina bersinar seperti tadi masihlah belum cukup.
"Haruskah aku mencarikan jodoh untuknya?"
"Siapa yang ingin kau carikan jodoh?"
"Catalina." jawab Arianna cepat. Tidak lama otaknya nampak memproses tentang pertanyaan yang baru saja dia jawab.
Tubuh Arianna bergerak cepat untuk duduk. Tatapan Arianna memutari kamarnya yang luas dan temaram ini dengan serius.
"P-penyihir hitam?" Arianna yakin yang bertanya barusan adalah si penyihir hitam. Dari suara Arianna langsung mengenalinya.
Brugh
Tubuh Arianna telentang di atas ranjang dengan sosok penyihir hitam yang berada di atasnya.
"Panggil aku Ezekiel." ucap Eze seraya menatap mata ungu Arianna yang terlihat bercahaya di suasana yang temaram ini.
Arianna memandang Eze yang masih menyamar dengan rambut silvernya dengan was-was.
"Minggir!" Arianna mencoba menyingkirkan tubuh Eze dari atas tubuhnya, tapi tidak bisa, "Kau itu kenapa sih?"
"Panggil aku Ezekiel." kekeuh Eze.
"Bukankah sebelumnya kau tidak ingin memberitahukan namamu? Kenapa sekarang kau begitu kekeuh ingin kusebut namamu?" tanya Arianna yang sudah pasrah karena tidak bisa menyingkirkan tubuh Eze.
"Karena aku yang menginginkannya. Jika aku tidak menginginkannya maka aku tidak akan memberitahukan namaku." jawab Eze dengan sorot mata tajam.
"Jika aku menyebut namamu, apa kau akan menyingkir?"
Eze menyeringai, "Akan kupikirkan setelah kau menyebut namaku."
Arianna mendecih sinis atas ucapan Eze yang penuh kelicikan. Tapi karena dirinya yang sudah lelah dan ingin ini semua segera berakhir, Arianna pun menghela nafas panjang.
"Ezekiel." ucap Arianna setelah selesai menghela nafas.
Deg.
Ada yang aneh dengan Eze saat wanita dibawahnya menyebut namanya. Rasanya Eze ingin mendengar wanita ini menyebut namanya lagi.
"Panggil aku lagi." suruh Eze yang semakin mengikis jarak diantara keduanya.
"Ezekiel." Arianna tanpa sadar menyingkirkan kacamata yang tengah dipakai Eze.
"Tampan ..." gumam Arianna yang masih bisa didengar oleh Eze.
Seluruh kesadaran Arianna seolah terenggut saat melihat wajah yang begitu tampan yang berada di hadapannya. Arianna tidak bisa mengalihkan pandangannya, ditambah rasa was-was yang tadinya menghinggapinya kini hilang digantikan dengan dentuman keras dari jantungnya.
"Ezekiel ..." cicit Arianna saat jarak diantara keduanya benar-benar tipis, "Menj- hmpt,"
Mata Eze terpejam saat bibirnya menyapu bibir merah muda milik Arianna. Ini adalah yang kedua kalinya dia menikmati kesalahan manis yang membuatnya candu.
Arianna melotot melihat Eze yang memejamkan matanya. Perut Arianna seperti dipenuhi banyak kupu-kupu saat merasakan hisapan di bibirnya karena ulah Eze.
Eze lantas membuka matanya dan melepas pagutannya. Ibu jari Eze menyapu bibir pink Arianna yang basah akibat ulahnya. Eze merasakan energi penuh ketenangan menyebar ke seluruh tubuhnya.
"Aku menginginkanmu, sungguh!" tatapan mata Eze kembali tertuju pada bibir Arianna.
Refleks Arianna menutupi bibirnya dengan kedua tangannya, "Dasar mesum! Cepat menyingkir, berengsek!"
Eze tetap setia berada di atas tubuh Arianna. Ada perasaan aneh yang membuat jantungnya berdetak kencang setelah mencium Arianna. Maka dari itu dia tidak bisa mengalihkan pandangannya dari Arianna.
"Cepat menyingkir!"
Anehnya Arianna tidak bisa melakukan kebrutalan untuk menyingkirkan Eze dari atas tubuhnya, padahal sebelumnya dia bisa menumbangkan sepuluh pria meskipun mengenakan gaun yang berat.
"Siapa nama aslimu?" tanya Eze serius.
Melihat keseriusan Eze, Arianna nampak ragu. Haruskah dia memberitahu nama aslinya pada pria yang dia ketahui merupakan antagonis komik?
Arianna memiringkan kepalanya berusaha mengindari tatapan Eze yang nampak begiu serius.
"KYAAA!!" Pekik Arianna karena ulah Eze yang mencium lehernya.
Eze menyeringai lagi, "Jangan alihkan pandanganmu saat sedang berbicara denganku. Jadi, katakan! Siapa nama aslimu?"
"Kau ini memaksa sekali ya!" dengus Arianna, "Namaku ... A-arianna Safi."
'Ternyata sama seperti pemilik tubuh ini.' ucap Eze dalam hati.
"Sudah kan? Bisakah kau minggir sekarang? Apa kau tahu yang kau lakukan sekarang adalah tindakan yang kurangajar?" cecar Arianna pada Eze.
"Terimalah permintaanku selagi aku masih mengatakannya dengan baik-baik."
Arianna menghela nafas lelah, "Aku tidak mau. Menikah belum ada didaftarku sekarang."
Eze menyingkir dari atas tubuh Arianna. Setelahnya Arianna merasa lega karena pria itu sudah menyingkir.
Arianna pun duduk, dia menatap Eze yang juga menatapnya, "Apa yang membuatmu bisa menjadi penyihir hitam?"
"Apa aku terlihat seperti seseorang yang menginginkan menjadi seperti ini?"
Pertanyaan dibalas pertanyaan. Pria di depannya ini sulit sekali untuk menjawab pertanyaan Arianna.
"Anna." panggil Eze sambil menarik tangan Arianna untuk dia kecup punggung tangannya.
"Kertas putih pun akan ternoda bila terkena tumpahan tinta meskipun kertas putih itu tidak menginginkannya." sambung Eze setelah memanggil Arianna dengan nama 'Anna'.
Sudah lama Arianna tidak mendengar nama panggilannya sewaktu kecil. Nama panggilan yang amat sangat dia rindukan. Tapi kenapa harus Ezekiel yang membuatnya kembali mendengar nama itu?
Karena pria ini, perasaan Arianna menjadi nano-nano.
BRAK
"Arianna, ayo kita minum-min-" Catalina berhenti diambang pintu kamar Arianna. Tangan Catalina yang memegang sebotol wine nampak mengendur dan ...
PRANG
Catalina menatap pria itu dan Arianna bergantian. Di pikirannya dia terus bertanya-tanya.
"SEJAK KAPAN KAU PUNYA KEKASIH GELAP, ARIANNA!!"
Arianna semakin panik kala menyadari Eze tidak lagi menyamar menjadi pria berambut silver melainkan menunjukkan jati dirinya yang asli di depan Catalina.
"Halo adik ipar!" sapa Eze seraya tersenyum miring pada Catalina.
Dengan cepat Eze menarik tangan Arianna hingga jatuh ke dalam pelukannya. Eze memeluk Arianna erat.
"LEPASKAN ARIANNA!" Catalina merangsak maju.
"Aku pinjam sebentar saudara kembarmu, Lady Catalina." ucap Eze sebelum menghilang bersama dengan Arianna.
Catalina melongo, dia kalah cepat dengan penyihir hitam yang berhasil menculik Arianna.
"Oh sial!" Catalina menepuk keningnya kuat, "Arianna diculik penyihir hitam!" Seketika Catalina panik bukan main.
Catalina lantas berlari keluar kamar Arianna sambil berteriak meminta tolong. Berkat keributan yang dibuat oleh Catalina, semua orang menjadi tahu bahwa Arianna diculik oleh penyihir hitam.
Bersambung ...
Kelakuan Ezekiel emang minta ditampol hahahaha😁
Gimana sama part ini? Lanjut terus nggak nih? Ayo-ayo kasih komen kalian! Notif dari kalian adalah semangat untuk aku😊
Terima kasih untuk yang sudah mampir dan meninggalkan jejak cantiknya🤍🖤 LOPE SEKEBON UNTUK KALIAN🤩
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments
Ririn Santi
agak lain nih cerita, tokoh utama pria jd gebetan penyihir bukan putra mahkota, 👍
2024-05-14
0
☠zephir atrophos☠
lagu apa nih?
2024-02-11
0
Dhevandra Alfariano_03
seruuu kalo Ariana vs eze pasti ada drama panjang eaeaea
2024-02-07
1